DIAM-DIAM MENYUKAI IBU TIRI

"Saya permisi ke toilet sebentar," ucap Gabriel. 

"Silahkan, nak Gabriel!" sahut Pras sambil menatap ke arah Natasha yang sedang mengaduk-aduk minuman nya. Vero yang disebelah Pras seperti tidak dianggap oleh Pras. Saat ini Pras seperti sangat tertarik dengan Natasha yang memperhatikan dan berusaha meneliti penampilan Natasha dari ujung Kepala sampai ujung kaki. Hal itu membuat Vero gerah dan seperti tersingkir dari perhatian suaminya itu. Akhirnya Vero mencari alasan untuk meninggalkan Pras yang masih saja menatap Natasha tanpa berkedip. 

"Aku juga mau ke toilet sebentar!" ucap Vero. Pras cuek saja tanpa menanggapi Vero yang meminta ijin ke toilet. Sedangkan Natasha akhirnya mulai terkejut saat menyadari kalau sekarang hanya tinggal dirinya dengan Pras di meja itu. 

"Kamu cantik sekali, nona! Sudah lama berhubungan dan menjadi kekasih Gabriel?" tanya Pras penuh selidik. 

"Hah?" Natasha sangat terkejut dengan pertanyaan itu. 

"Sudah lama atau baru saja jadian? Aku melihat nya, anda masih biasa-biasa saja dengan Gabriel. Seperti menjaga jarak dan seperti bukan hubungan seorang kekasih," nilai Pras. 

"Hah?" Natasha bingung harus menjawab apa. 

"Kami sudah menjadi pasangan kekasih sudah lama," jawab Natasha bohong. 

"Oh mungkin saja karena itu. Kamu menjadi merasakan kebosanan mempertahankan hubungan dengan Gabriel. Apakah Gabriel tidak romantis? Atau dia kurang memberikan kamu kesenangan yang kamu inginkan?" ucap Pras. 

"Kesenangan? Kesenangan seperti apa yang anda maksud kan, om?" tanya Natasha. 

"Jangan memanggil aku dengan om dong. Kok kesannya aku sudah sangat tua," Protes Pras. Natasha mengerutkan dahinya. 

"Loh, nyata nya rambutnya sudah beruban kan? Apa dia minta aku panggil dengan kakek atau eyang?" batin Natasha sambil memperhatikan rambut Pras. 

"Kenapa?" Tanya Pras. 

"Tidak apa-apa om!" Sahut Natasha. 

"Om lagi! Panggil aku abang atau kakak gitu loh!" kata Pras. 

"What?? Abang? Kakak? Astaga kakek ini ada-ada saja," batin Natasha. 

"Tapi dia memang terlihat masih sangat muda dan gagah. Namun hanya rambutnya saja yang terlihat beruban. Itu menunjukkan kalau dia laki-laki sudah berumur, Kira-kira empat puluh lima tahun an lah," Batin Natasha sambil mengamati wajah Pras. 

"Eh, iya bang!" Sahut Natasha. Pras terkekeh. 

"Terdengar sangat manis dan lebih intim. Aku belum lima puluh tahun, nona. Usia ku empat puluh tiga. Jadi tidak jauh berbeda dengan usia kamu bukan? Berapa usia kamu?" Kata Pras. 

"Aku? Eh saya masih dua puluh satu tahun," Jawab Natasha. 

"Hah? Usia sangat muda sekali kamu!" sahut Pras. 

"Benar, bang! Baru juga lulus sekolah menengah atas tiga tahun yang lalu di usia delapan belas tahun," terang Natasha. 

"Hem, usia dua puluh satu tahun. Apakah gaya pacaran kamu dengan Gabriel sudah..... Sudah.... " ucap Pras berusaha menyelidik. Natasha menyipitkan bola matanya. 

"Kenapa?" tanya Natasha. 

"Oh tidak, tidak! Lupakan saja! Aku sudah bisa menebaknya sekarang. Di jaman sekarang sangat susah mencari gadis-gadis muda yang masih bertahan dengan kehormatan nya," ucap Pras. Natasha melotot tajam ke arah Pras. 

"Tidak semua seperti itu, bang!" sahut Natasha. Nyatanya memang Natasha melepaskan keperawanannya pada suaminya, Waode diusianya dua puluh tahun. Jadi menikah dengan Waode masih jalan satu tahunan. 

"Hem, jadi gaya berpacaran kamu dengan Gabriel apakah masih seperti anak ABG atau anak SMP?" tanya Pras penasaran. 

"Saya tidak perlu menjawabnya, abang sudah bisa menebaknya bukan?" sahut Natasha. Pras terkekeh mendengar nya. 

"Hahaha saya suka dengan kejujuran kamu, nona! Saya pikir kamu akan membohongi saya dan mengatakan kamu masih perawan. Kalau tidak, aku mau membuktikan nya semua perkataan kamu itu," ucap Pras. Natasha menyipitkan bola matanya menatap ke arah laki-laki dewasa yang saat ini mulai genit terhadap dirinya. 

Natasha mulai celingukan mencari Gabriel dan Vero yang tidak kunjung tiba. Natasha tentu sudah paham  sekarang kalau Vero adalah mantan pacar dari Gabriel. Sedangkan Vero sekarang sudah bersuami. Dan saat bertemu di acara pesta pernikahan teman Gabriel, Vero mengajak kencan dengan Gabriel supaya Vero bisa secepatnya bisa hamil dan mengandung. Kalau tidak, laki-laki di depan nya ini akan menceraikan nya. 

Kini Natasha mulai tergelitik untuk bertanya dengan laki-laki yang menjadi suami dari Vero itu. 

"Kalau boleh tahu, apa tujuan abang menikahi nyonya Vero tadi?" tanya Natasha. Pras terkejut mendengar pertanyaan itu. 

"Tujuan? Tentu saja ingin mendapatkan keturunan! Jujur saja, aku sudah memiliki istri yang lain selain Vero ini. Dan aku belum mendapatkan keturunan dari mereka. Jadi aku menikah dengan Vero untuk itu. Selain itu aku juga butuh fantasi dan kebutuhan biologis ku. Aku orang kaya dan berduit. Tapi ketika aku belum memiliki keturunan, rasanya apa yang aku upayakan dan aku miliki dari hartaku itu seperti kurang lengkap. Jika aku sudah tua dan akhirnya ajal menjemput ku, aku butuh anak keturunan ku yang meneruskan usaha dan perusahaan ku itu," jelas Pras. Natasha mulai mengerti dan paham kenapa Vero sangat berambisi ingin hamil. Walaupun meminta pada Gabriel untuk menghamili nya. 

"Jadi, apakah anda menikahi nyonya Vero tidak didasari dengan cinta?" tanya Natasha. 

"Hem, entahlah! Aku sekarang tidak bisa membedakan lagi antara cinta dan keinginan. Aku hanya tertarik dan menyukai wanita muda, yang cantik dan juga seksi. Bisa membuat aku senang. Bisa melayani aku dalam segala hal baik di atas ranjang maupun apa yang aku ingin kan," terang Pras. 

"Tapi ini berbeda dengan saat aku menikahi istri pertama ku. Tentu saja aku menikahi nya karena aku sangat mencintai dan menyayangi nya. Walaupun sampai sekarang dia belum bisa memberikan aku keturunan," cerita Pras. 

"Sebelum aku menikahi istriku yang pertama itu, aku memang memiliki seorang kekasih yang benar-benar aku cinta. Namun dia dijodohkan dengan laki-laki lain. Hingga suatu hari dia meminta ku untuk melakukan itu. Akulah laki-laki yang pertama yang mendapatkan mahkota kewanitaan nya sebelum suaminya. Setelah kami berpisah akhirnya aku bertemu dengan wanita lain yang akhirnya menjadi istriku yang pertama," cerita Pras panjang lebar. 

"Rumit juga kisah percintaan abang! Jika suatu hari nanti abang dipertemukan dengan kekasih abang yang dulu bagaimana?" tanya Natasha. 

"Hahaha, pasti itu akan lucu, nona! Kami sudah sama-sama tua. Mungkin soal kasih sayang itu tetap kami akan kembali kami rasakan," jawab Pras. 

"Perasaan cinta memang tidak bisa ditebak dan diatur. Apalagi jarak usia abang dengan nyonya Vero juga sangat jauh. Mungkin saja nyonya Vero dengan saya usianya tidak jauh berbeda," kata Natasha. 

"Benar! Vero masih sangat muda sama dengan kamu, nona! Aku sangat menyukai wanita-wanita yang masih muda yang bisa membuat aku berasa muda dan awet muda," sahut Pras. Natasha ikut terkekeh mendengar nya. 

"Mungkin sekali-kali, kamu harus merasakan bagaimana berhubungan dengan laki-laki dewasa yang umurnya jauh lebih tua dari kamu, nona! Contohnya dengan aku," kata Pras.

Ucapan itu sukses membuat Natasha menyemburkan minuman nya ke muka Pras. 

*****

"Terimakasih, tuan Pras dan juga nyonya Vero! Sepertinya kekasihku sudah sangat lelah. Saya pamit dulu. Mungkin lain waktu kita bisa bertemu kembali," pamit Gabriel sambil menggandeng pinggang Natasha dengan mesra. Vero yang melihat nya seperti terbakar api cemburu.

"Tentu saja, nak Gabriel! Senang bekerja sama dengan nak Gabriel dan juga anda sangat enak diajak ngobrol. Tentu lain waktu saya akan mengundang anda kembali untuk sekedar minum kopi bersama," kata Pras. Pras mengulurkan tangannya menjabat tangan Gabriel dan juga Natasha. Vero ikut bersalaman juga mengikuti Pras. Gabriel meninggalkan kafe itu dengan menggandeng pinggang Natasha menuju mobil yang diparkirkan di area parkiran.

"Hai sudah, lepas kan tangan kamu!" ucap Natasha ketus. Gabriel tersenyum cekikikan mendapati mama tiri nya yang galak.