Jangan Cintai Aku, Tuan Casanova

"Kau sudah menyiapkannya? baik pastikan tidak ada yang kurang" tukas Daffin

Daffin menutup pesawat telepon di meja kerjanya begitu ia selesai berbicara dengan sekertarisnya yang ia perintahkan untuk menyiapkan segala keperluannya untuk kembali tinggal di Apartemennya.

Brak!

Pintu ruangan Daffin dibuka dengan kasar, siapa lagi pelakunya jika bukan Melvin, hanya pria itu yang berani berbuat seperti itu.

Dada Melvin naik turun dengan kedua tangan yang bertumpu pada meja kerja Daffin. sorot matanya dalam menatap sepupunya yang masih nampak acuh dihadapannya.

"Apa kau pria seperti itu? Daffin Jaxton yang aku kenal adalah seorang pria yang memegang teguh kata katanya!" tuntut Melvin, yah ia baru saja mengetahui kabar Daffin yang berencana meninggalkan mansion utamanya dan kembali ke apartemen.

"Tidak ada kontal fisik, saling mencampuri kehidupan pribadi, dan tidak tinggal se atap, kau sendiri yang memutuskannya Daffin!"

Daffin tertawa miris, ia benar benar bisa melihat kilatan cinta untuk pelangi dari manik mata Melvin.

"Persetan dengan perjanjian itu, Pelangi istriku sekarang!" Jawab Daffin

"Kau tidak bisa berbuat semaumu kepada Pelangi Daff karena kondisinya yang " Melvin menghentikan kata katanya. Ia teringat Pelangi yang tidak ingin kondisi tubuhnya diketahui banyak orang termasuk Daffin.

"Kondisi apa? kondisi hatimu?" Daffin tersenyum mencibir, "Kau harus ingat posisimu vin! Sebaiknya kau menyiapkan pesta yang akan aku hadiri nanti malam" Daffin berlalu meninggalkan melvin dengan segudang kekesalan didalam hatinya.

Seringai tipis muncul diwajah Melvin, Ia tahu Daffin berpesan pada sekertarisnya agar memesan sebuah gaun pesta atas nama Pelangi namun Melvin tidak bisa membiarkan Pelangi menghadiri acara dengan Daffin karena alasan yang paling masuk akal.

Tanpa sepengetahuan Daffin, Melvin malah menghubungi Cleo, jangan ditanya betapa bahagianya wanita itu saat mengetahui ia akan kembali menghadiri pesta bersama Daffin Jaxton sehingga rencana yang sudah lama ia susun bisa segera terlaksana.

'Thanks laila' Gumam Cleo bahagia, sesaat setelah ia mengakhiri panggilan dari Melvin.

.

.

Sementara di Apartemen Pelangi nampak bingung saat beberapa orang yang tengah menata ulang kamar Daffin. Kamar utama yang tak pernah ia masuki karena pasan Melvin.

"Apa tuan kalian akan tinggal disini?"

"Maaf nona kami juga tidak tahu, kami hanya diperintahkan untuk melakukan ini"Jawab salah satu dari pesuruh Daffin, dan ia memang tidak berbohong.

Huh....Pelangi menghela nafas kasar, rasanya kesabaran yang ia miliki sudah habis, pria itu sudah semena mena dan melanggar kontrak yang sudah mereka sepakati berdua.

Pelangi tak bisa lagi berdiam diri dan membiarkan semuanya terjadi, ia akan meminta penjelasan kepada Melvin secara langsung, renovasi kamar itu mengisyaratkan semuanya jika Daffin memang berniat kembali keapartemennya. Lalu bagaimana dengan dirinya? Apakah ia akan diusir dan diberikan tempat tinggal yang lain atau malah mereka akan tinggal seatap?

Pelangi melangkah gusar menuju apartemen Melvin namun berapa kalipun ia menekan bell tetap tak pernah ada jawaban.

Masih didepan pintu Melvin, Pelangi merogoh ponselnya dari dalam tas yang talinya tersampir dipundaknya, mencari Kontak Melvin dan melakukan panggilan namun tidak terjawab juga, karena Melvin sibuk mengurusi pesta hlang tahun yang diadakan oleh salah satu wanita yang berfrofesi sebagai pengacara ternama yang mengkhususkan dirinya menangani kasus kasus KDRT dan perselingkuhan para selebriti dan orang orang ternama lainnya.

Akhirnya Pelangi kembali kedalam apartemennya, namun ia merasa tidak nyaman karena beberapa orang yang melakukan pekerjaan adalah pria asing. Pelangi pun memutuskan meninggalkan apartemen itu sampai semua pekerjaan mereka selesai.

Pelangi melangkah pelan menuju lift kali ini tujuannya adalah taman di halaman gedung yang menjulang tinggi yang kini menjadi tempat tinggalnya, namun saat hendak keluar dari loby seorang wanita paruh baya yang baru melewatinya kembali dan menarik pundaknya hingga langkah pelangi tertahan.

"Pelangi?"

"Dokter lim?"

Keduanya saling menyinggungkan senyuman, Dokter Lim yang memang sudah sangat lama penasaran dengan keadaan Pelangi kini menarik tangan gadis itu menuju sebuah kursi taman. Tempat yang memang menjadi tujuan utama Pelangi.

Dokter lim mengatakan jika ia tengah melihat salah satu unit kosong diapartemen ini untuk ia beli dan tempati, namun karena tidak menemukan kecocokan mungkin ia akan mencari apartemen lainnya.

"Bagaimana kabarmu Pelangi" Dokter lim menatap sendu wajah teduh Pelangi yang melihatnya saja bisa mendatangkan ketenangan.

Ia teringat kondisi tragis gadis itu sekitar 4 tahun yang lalu saat Dokter Isyana membawanya ke tempat prakteknya. Pelangi terlihat sangat depresi dengan kondisi kejiwaan yang terguncang, ia harus hidup sebagai korban perkosaan yang hamil namun pada akhirnya ia pun harus kehilangan janin didalam kandungannya.

"Pelangi baik baik saja dokter" Jawab Pelangi dengan seutas senyuman.

Melihat senyuman Pelangi Kini Dokter Lim yakin Dokter Isyana tidak berbohong, terakhir kali bertemu dengan dokter isyana, Lim meminta temannya itu untuk melanjutkan pengobatan Pelangi dan ia akan memberikannya secara cuma cuma namun Dokter Isyana kekeuh jika kondisi Pelangi sudah sangat membaik. Dokter Lim selama ini berfikir Pelangi menghentikan pengobatannya karena terkendala biaya, dan itu tidak salah, Pelangi sadar kondisinya kala itu sangat merepotkan bagi Dokter Isyana sehingga ia bersusah payah untuk sembuh secara sendirinya agar tidak menjadi beban bagi ibu angkatnya.

"Kau sangat kuat Pelangi, Aku bangga padamu" Dokter Lim mengusap bahu pelangi, "Apa yang membuatmu begitu kuat nak padahal satu satunya pendukungmu sudah tak ada"

"Pelangi punya Tuhan dan ini" Pelangi mengusap dada sebelah kirinya, "Selama ia masih berdetak, Pelangi tidak akan menyerah dengan kehidupan ini dokter " Lagi lagi Pelangi tersenyum.

"Sekarang bagaimana kehidupanmu nak?" Dokter Lim sedikit penasaran karena melihat Pelangi baru keluar dari sebuah gedung Apartemen Elit.

"Pelangi tinggal disalah satu Apartemen kosong milik orang lain Dokter, dan orang itu memberikan Pelangi sejumlah uang karena sudah menjaga Apartemennya" sesimpel itu pemikiran Pelangi mengenai pernikahannya, dan membuat Dokter Lim percaya.

"Bagaimana dengan kondisi jantungmu nak?"

"Pelangi kemungkinan akan menjalani operasi pergantian katup jantung yg ketiga kalinya, namun hal itu tidak menjamin, untuk itu dokter yang menangani Pelangi sudah memasukkan namaku kedalam daftar nama calon penerima donor jantung" jelas Pelangi, ironi kehidupannya ia ceritakan dengan sebuah senyuman yang terus merekah sempurna.

Cukup lama Pelangi dan Dokter Lim bertukar cerita, mereka tidak sadar seorang pria mengamatinya dari kejauhan.

.

.

"Dokter Lim" Sapa Daffin, yah pria yang mengamati Pelangi dan Dokter Lim sedari tadi adalah Daffin.

Pria itu berlari kecil untuk menyapa Dokter yang pernah menangani kasus trauma yang ia derita.

"Tuan Daffin Jaxton apa kabar?" Dokter Lim urung membuka pintu mobilnya.

"Aku baik, Apa Dokter memgenal wanita itu?" Daffin menunjuk Pelangi yang masih duduk dibangku taman dengan posisi membelakangi mereka, jaraknya cukup jauh dari tempat mereka berdua berdiri.

"Pelangi?" Dokter Lim mengikuti arah telujuk Daffin.

"Dia salah satu mantan pasienku Tuan, sama seperti anda" terang Dokter Lim tetap menunjukkan rasa hormatnya kepada CEO Jaxton grup itu, meski usianya jauh lebih muda.

"Apa dia juga memiliki masalah yang sama denganku?" Tatapan Daffin penuh selidik.

Dokter Lim tersenyum tipis, "Aku seorang psikiater Tuan Jaxton, jadi anda bisa menyimpulkannya sendiri"

"Apa dia sama sepertiku?"

"Maafkan aku Tuan, tapi seorang Dokter tidak bisa menceritakan secara rinci mengenai kondisi pasiennya, namun satu hal yang perlu tuan tahu Pelangi adalah gadis yang kuat ia bisa melalui sesuatu yang mungkin tidak bisa dilalui kebanyakan orang, jika Tuan mengenalnya secara pribadi mungkin Tuan bisa meminta sedikit tips darinya" Dokter Lim tahu Daffin masih berusaha menyembuhkan traumanya, terbukti sudah berapa kali ia mengganti dokternya.

Setelah kepergian Dokter Lim, Daffin menatap punggung Pelangi sambil berjalan mendekatinya.

'Kau sebenarnya gadis yang seperti apa Pelangi?' Daffin membatin.