Leon salah satu pewaris perusahaan terbesar di Eropa. Bertemu dengan Pamela gadis sederhana yang berkerja sebagai pelayan bar. Leon menikahi Pamela karena ingin membuat mantan kekasihnya cemburu akibat meninggalkannya pergi bersama seorang pengusaha muda pesaingnya. Pamela menerima tawaran yang diberikan oleh Leon, ia pun memanfaatkan situasi untuk menukarnya dengan uang yang akan digunakan sebagai biaya pengobatan neneknya.
Sejak awal menikah Pamela tidak pernah mendapat simpatik, kasih sayang bahkan cinta dari Leon. Pria itu pergi pagi dan pulang malam hari, Leon hanya menjadikannya wanita pelampiasan. Pamela yang memang memiliki perasaan pada Leon memilih bertahan di satu sisi ia memerlukan uang Leon untuk pengobatan neneknya, batin serta raganya kerap menangis di saat suaminya tidak ada di rumah
Simak kelanjutannya dalam Novel
Penyesalan Suami : Forgive Me My Wife
Selamat Membaca
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maciba, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 - Ternyata Leon
BAB 32
Pamela mengurungkan langkah ke kamar mandi mendengar dering ponselnya, sudut mata memicing dan alisnya mengkerut membaca nama penelepon. “Alonso”, gumam Pamela. Tangannya tertahan untuk menerima panggilan video itu, melayang di udara tepat di atas gawai. Ragu dan takut, itu yang dirasakan Pamela. Dirinya yakin jika Leon mengirim pengintai yang mengawasi kegiatannya hari ini, dan takut pria kejam itu akan kembali menghukumnya.
“Oh ayolah Pamela, jangan takut. Bukankan aku sudah bertekad akan menentangnya?”, bibir Pamela mengucap teguh kalimat itu namun dalam relung hatinya tak bisa dipungkiri ada rasa takut yang menggelayuti. Benar, dirinya belum siap menerima hukuman dari Leon untuk saat ini.
Pamela menggigit bibir bawah, paru-parunya kembang kempis memasok oksigen sebanyak mungkin dengan menarik napas secara dalam. Sebelum menerima gawai yang terus berdering, Pamela menetralkan perasaannya lebih dulu. Ia pun mulai mengangkat benda pipih yang terselip di tas, mengarahkan kamera ke arah lain.
Jarinya bergerak ragu menyentuh icon hijau pada layar, “Terima saja Pamela, mungkin Alonso mau mengabarkan keberadaan Tuan Leon”, gumamnya dalam hati meyakinkan jika tak masalah menerima panggilan itu.
“Ha.....”, belum juga dirinya menyelesaikan kata pembuka. Suara bariton yang memekakkan telinga menggema dalam ruangan, meskipun melalui perantara tetap saja membuat bising seisi kamar.
“LAMA SEKALI, PAMELA KAU SANGAT LAMBAN”, ucap Leon dari dalam layar berukuran 8 inch.
“Leon”, lirihnya pelan. Pamela tak berani mengintip apalagi melihat pria kejam itu, dari suaranya sangat jelas kalau Leon marah. Ia hanya bisa merutuki diri pertemuannya dengan Dylan di rumah sakit hingga mengantarnya pulang ke apartemen.
Pamela memejamkan mata beberapa detik, menghembuskan napas sepelan mungkin. Telinga, otak dan hatinya harus siap mendengar caci maki yang keluar dari bibir Leon, ya harus. Meski lelah tetapi ingat tujuannya yang masih membutuhkan uang Leon untuk biaya pengobatan sang nenek.
“Ya tuan”, lirih Pamela, menjauhkan ponsel dari telinga dan wajahnya menghadap ke arah berlawanan.
“Apa-apaan ini? Kau dimana? Cepat katakan padaku, bodoh”, bentak Leon karena hanya melihat dinding bercat putih saja pada layar ponsel Alonso.
“Aku di kamar, maaf tuan tidak bisa. Saat ini aku sedang –“, lagi kalimatnya terputus karena Leon langsung menyambar dan memutusnya apa yang akan dikatakan oleh Pamela.
“Kau bersama seseorang? Ck, murahan. Berani sekali”, seru Leon, rahangnya berkedut, otot-otot pada lehernya sangat nampak, sorot matanya pun tajam membidik apapun yang dilihatnya.
“Bukan tuan”, cicit Pamela, sedikit menekuk wajahnya. Ia menunduk sebelum kamera di arahkan padanya. “Aku ingin mandi, tapi tuan menelepon. Aku tidak menggunakan apapun saat ini”, terang Pamela, bahkan suaranya berbisik, ia tak ingin siapapun mendengar kalimatnya kecuali sang suami di sebrang sana.
Pamela melirik sekilas sosok pria dalam ponselnya, ia pun merasakan jika tatapan Leon berubah tak seseram beberapa detik lalu. Kini pria itu bersandar pada kursi kebesarannya, Pamela sedikit tenang, mengusap dada dan menghembuskan napas pelan.
“Ingat Pamela, jangan membantah apapun yang aku katakan”
“Jika itu terjadi kau akan menanggung akibatnya”
Nada suara Leon sangat datar dan dingin, menusuk dalam dada Pamela. Karena saat ini ia takut, ya takut Leon menghentikan aliran dananya. Pamela merapatkan gigi, tersenyum kaku pada kamera, menunggu sampai 2 menit tak ada kata terucap dari Leon, tetapi pria berjas hitam itu masih setia memandangi Pamela dengan tajam seakan menguliti istrinya, bertanya dalam kepala mengapa Pamela yang hanya diam di apartemen harus mandi sesore ini.
Pamela bisa bernapas lega ketika ponselnya mati, itu artinya beberapa jam ini ia aman dari pengawasan singa lapar.
“Huh”, membuang napas kasar, mengusap kasar wajahnya, memijat pangkal hidung untuk menghilangkan pusing akibat ancaman Leon.
Pamela bergegas membersihkan tubuhnya yang terasa lengket usai mengunci pintu. Apalagi yang ditakutkannya? Tidak mungkin kan orang asing masuk ke penthouse dengan sistem keamanan canggih ini.
Tentu saja Leon, Pamela tidak ingin suami kejamnya itu masuk kamar tiba-tiba dan menghukumnya. Ia hanya bergidik ngeri membayangkan betapa cepatnya Leon kembali ke apartemen. Terlintas dalam kepala penyiksaan yang selama ini diterima.
**
Apartemen Dylan
Di sisi lain seorang wanita cantik, rambut pirang, dengan wajah oval dan bibir seksi bertengkar hebat dengan tunangannya. Megan yang selalu berambisi serta keras kepala, sama dengan Dylan yang menginginkan segala sesuatu tercapai.
“KATAKAN SEKALI LAGI, MEGAN. KATAKAN!!!!”, bentak Dylan, pria ini bagai memiliki dua sisi berbeda ketika bersama Pamela, Dylan akan berubah lembut, penuh perhatian dan sosok hangat, mudah larut dalam situasi namun sayangnya itu hanya topeng yang menutupi siapa seorang Dylan Manassero.
Sama halnya dengan Megan yang kini beringsut ketakutan di sudut kamar, memeluk kedua kakinya, Megan hanya tahu jika Dylan adalah pria penuh sejuta cinta yang bisa memanjakannya tidak akan membuat hari-harinya sepi tanpa belaian. Namun usai bertunangan, semua sikap Dylan seolah mulai terkuak satu per satu. Kini Megan menyesal telah meninggal Leon.
“Kau ingin mendengarnya sekali lagi Dylan?”, tantang Megan, riasan di wajah cantiknya sudah tak berbentuk akibat tangis dan amarah serta tanda dari kelima jari Dylan yang tercetak di pipi kirinya. “Aku ingin pertunangan kita berakhir dan batal, aku tidak mau menjadi istrimu”, suara Megan bergetar, tangis dan benci pada pria yang selalu mendapat kepuasan darinya.
“Baik, jika itu maumu, dasar j***** tidak tahu malu. Sekarang kembalikan semua uangku, sepeserpun kau tidak boleh membawanya keluar dari sini, ingat itu Megan”, bengis Dylan, selain ia tahu alasan tunangannya ini ingin berpisah karena Leon, Dylan juga membutuhkan uang banyak sebagai dana segar untuk hidup perusahaannya.
Megan mendelik kesal pada Dylan, lelaki yang beberapa bulan lalu dianggap sempurna olehnya tega menyakiti hati dan kini raganya.
“Dengar Dylan, uang itu sudah kau berikan padaku. Aku tidak akan mengembalikannya padamu. Lihat saja ketika aku sudah menjadi Nyonya Torres, kau orang pertama yang akan aku hancurkan, DYLAN !!!!”, teriak Megan di sela tangisnya.
Sungguh Megan ingin secepatnya kembali pada Leon, berada di sisi kekasihnya itu membuat Megan tenang. Apalagi kini ia tahu Leon berasal dari keluarga yang memiliki kekuasaan di negeri ini.
“Kembali lah pada kekasihmu itu , dan asal kau tahu Megan, aku juga tidak menginginkan dirimu lagi, wanita lintah hanya menghisap uangku saja, pergilah malam ini juga”, Dylan menarik tubuh mantan tunangannya ini keluar kamar. “Tak ada satupun barang yang boleh kau bawa, kecuali pakaian yang melekat di tubuhmu”, desis Dylan, wajah tampan dan penuh pesonanya berganti menjadi sosok kejam dan berdarah dingin.
“Dan aku berharap Leonard segera menikahi mu”, Dylan tersenyum licik dan melirik tajam wanita yang hanya bisa menatap nyalang padanya. “Tentu saja, karena jika dia telah memiliki istri, Pamela akan menjadi milikku”, dalam hati Dylan yang sangat terobsesi pada Pamela.
...TBC...
../Good/
juga kelahiran putera ke dua Pamela dan Leon dilanjutin thor ditunggu juga karyamu yang lain semangat