Nama gue Arin.Umur dua puluh tahun. Gue hanya gadis miskin .Keinginan gue hanya satu yaitu menaikkan derajat hidup keluarga gue agar tidak dihina dan direndahkan.Gue bekerja sebagai buruh pabrik di siang hari ,sore harinya gue kuliah. Jalan hidup gue penuh dengan liku-liku dan jalan terjal. Banyak cobaan cacian dan makian . Tapi gue tidak akan patah semangat walaupun gue terjatuh berkali-kali gue akan terus bangkit. Ini hidup gue ,dan gue akan terus bangkit dan berjalan menuju cita-cita dan cinta gue. Yuk ikuti dan lihat perjalanan hidup gue untuk memperjuangkan cita-cita dan cinta gue. Karena disitu akan penuh dengan canda tawa dan air mata juga tentang persahabatan yang abadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 🌹Ossy😘, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32
Bara Vs Fian lagi
Di balik jeruji besi, tiga orang pemuda belum bisa tidur. Padahal hari sudah larut malam. Jam sudah menunjukan pukul sebelas. Tapi mereka masih saja belum bisa tidur.
"Omed, kenapa lo ga tidur?" Maul bertanya kepada temannya, karena dilihatnya Omed belum tidur dan terlihat sangat gelisah. Yang ditanya cuma diam saja. Mungkin memang sedang melamun. Dia terlihat menerawang menatap langit-langit kamar.
"Hey...Omed ditanya diam saja." Asep menepuk tangan omed. Omed terkejut.
"Ada apa? Kaget gue.. Ngomong yang jelas. Gue ga denger." Omed menjawab dengan nada seperti marah.
"Bagaimana mau denger, lo melamun. Apa yang lo pikirkan si." Maul memandang omed dengan intens.
Lima hari tinggal di bui Omed terlihat agak kurus. Memang Omed tidak nafsu makan.Dia hanya makan sedikit yang penting terisi, itu kata dia. Dia hanya melamun dan melamun. Pernah di hari yang ketiga Asep dan Maul melihat Omed menangis. Tapi mereka diam saja, takut Omed malu dan marah. Omed tidak mau terlihat lemah di hadapan teman-temannya. Mereka tahu Omed sangat menyesal dengan kejadian ini. Mereka juga tau kalau Omed sangat menyayangi Arin.
"Omed, Lo udah mendengar kabar tentang Arin belum?" Asep bertanya lagi.
"Sudah, kemarin mama bilang dia belum sadar juga. Inilah yang gue pikirin. Gue telah membuat orang yang gue sayangi menjadi terluka. Apa pantas gue di maafkan. Gue jahat Maul.. gue jahat Asep.. gue jahat..gue jahat." Omed memukul dadanya sendiri berulang kali. Dia ikut merasa sakit mendengar kabar Arin yang belum sadar juga.
"Sudah Med, sudah . semua salah gue. Gue yang memberi ide." Asep menghentikan apa yang dilakukan Omed yang menyiksa dirinya sendiri. Asep juga ikut merasa bersalah juga, karena dialah pencetus ide itu. Seandainya dia tidak punya ide seperti itu.
"Yang menusuk gue, yang salah gue. Tapi semua sudah terjadi. Mau menyesal seperti apa tidak akan bisa kembali seperti semula. Sekarang yang penting berdoa semoga Arin segera sadar dan sembuh. Itu baik buat kita dan juga baik buat dia." Maul berkata juga tak mau kalah.
"Lo bisa bilang begitu Maul, seandainya lo ga bawa pisau, semua ini tidak akan terjadi." Omed maju mau memukul Maul. Dia sudah memegang kerah baju Maul. Dia terlihat sudah emosi.
"Sudah Med, sudah. Mau lo pukul berapa kali atau sampai Maul mati pun, tidak akan bisa kembali seperti semula. Tidak akan mengubah apapun." Asep menengahi mereka berdua. Menenangkan Omed yang sudah emosi .
Omed duduk kembali. Nafasnya turun naik tanda menahan emosi. Begitu juga dengan Maul. Mereka berdua sama- sama dalam keadaan penuh emosi. Menyesal tapi tidak bisa berbuat apa-apa.
"Ini salah kita semua. Jangan menyalahkan orang lain dan juga jangan menyalahkan diri sendiri. Kita semua salah. Mari kita tanggung bersama hukuman ini. Semua sudah terjadi." Asep mencoba menenangkan mereka berdua. Sebenarnya dialah yang paling merasa bersalah karena semua ide dari dia. Ide yang muncul tiba-tiba telah merubah cerita hidup mereka.
"Sudah kalian baikan, kita disini sama-sama, salah kita tanggung sama-sama. Hukuman juga tanggung bersama." sambung Asep menenangkan mereka berdua.
Memang selama di penjara mereka sudah intropeksi diri, sudah menyesali perbuatannya.Mereka sering menyalahkan diri mereka sendiri. Polisi yang jaga tersenyum mendengar percakapan mereka. Bersyukur karena mereka bertiga menyesali perbuatannya.
"Makanya ini semua kalian jadikan pelajaran yang berharga, kalau mau berbuat dipikir dulu. Jangan diulangi lagi. Sekarang tidur sudah malam. Jangan berisik. Mengganggu orang lain."
Omed dan kedua temannya terdiam. Lalu mereka merebahkan diri. Berusaha untuk tidur. Walaupun susah dipaksakan juga,tapi tetap tidak bisa tidur. Mana bisa tidur di lantai yang hanya beralas tikar. Keras pasti. Biasanya di rumah tidur di kasur empuk. Ditambah lagi pikiran yang tidak tenang karena merasa bersalah. Hukuman yang mereka terima berlipat yaitu hukuman moril dan materil. Makanya jangan suka berbuat jahat. Semua hal yang akan dilakukan dipikir lebih dulu. Kalau sudah begini siapa yang akan menanggung. Ya harus siap. Karena hukuman pasti menanti.
🌸🌸🌸
Fian dan Andra serta Toni dan Irwan pulang pukul delapan. Di tengah jalan mereka mampir dulu di warung angkringan. Mereka merasa lapar. Sambil menunggu makanan datang mereka berbincang tentang berbagai hal apa saja. Saling mengejek dan bergurau.
"Kalian tahu ga si, dongeng tentang putri salju atau putri tidur?" Toni tiba-tiba memikirkan sesuatu. Ya dia Inget dongeng tentang putri salju.
"Memangnya kenapa Ton?" Irwan tidak mengerti apa yang diucapkan Toni.
"Memang kenapa Bang?" Fian pun bingung. Kenapa tiba-tiba Toni berkata demikian. Andra cuma mendengarkan sambil terus makan.
"Apa kalian semua tidak memikirkan sesuatu gitu tentang Arin?" Sambung Toni.
" Tentu sangat memikirkan lah bang. Berpikir bagaimana agar Arin bisa cepat sadar." Ucap Fian.
"Sudah tidak usah bertele-tele. Ngomong yang jelas. Apa maksudnya?"
Andra tampak tidak sabar ingin tau maksud ucapan Toni.
"Sabar bos, galak amat. Lagi PMS ya bos. Hahaha. gue demen ni yang begini." Toni malah semakin menggoda Andra.
"Cepet ngomong Ton. Atau gue bilang mak lo yang kemarin." Andra sudah semakin penasaran dengan yang akan di ucapkan Toni. Dia melempar Toni dengan potongan mentimun.
"Eits kenapa harus menyinggung yang itu. Tidak ada hubungannya dengan ini. Iya..Ini gue lanjutkan. Begini, Arin kan belum sadar sudah lima hari ini. Dan kita tau bahwa luka Arin sebenarnya tidak parah. Seharusnya dia sudah sadar . Dokter juga bilang begitu kan." Toni berhenti sebentar. Dia meminum minuman yang dia pesan dulu karena saking semangatnya berbicara, jadi merasa haus.
"Lalu. Kenapa berhenti? Cepet terusin bang." Fian juga penasaran kelanjutan ucapan Toni. Sedangkan Toni malah sengaja berlama-lama menjeda ucapannya.
"Hahaha.. kalian penasaran kan? Sabar... sabar. Begini, jadi Arin itu ibarat putri salju atau putri tidur. Dia hanya bangun kalau dicium si pangeran pujaan hati. Begitu maksud gue."
"Oooh.... lalu? Bagaimana maksudnya? Jangan setengah-setengah kalau ngomong." Mereka bertiga berkata bersamaan.
"Hahaha ... kompak banget kalian. Belum ada yang paham kah? Begini gue jelasin lagi ya. Jadi biar Arin bangun, dia dicium dulu oleh sang pangeran. Pernah mendengar cerita putri salju kan? "
"Iya pernah, Lalu siapa pangeran yang akan mencium Arin ?" Fian bertanya pelan karena dia masih sedikit bingung dengan ucapan Toni. Menurut dia apa hubungannya Arin dengan cerita putri salju.
"Lo..siapa lagi coba yang disukai Arin." Andra ,Toni dan Irwan berkata serempak sambil menunjuk Fian.
"Kok gue,kenapa harus gue?" Fian semakin bingung.
"Dasar lo, lemot. Kan selama ini Arin suka sama lo. Jadi lo adalah pangeran buat Arin." Irwan memotong ucapan Fian.
"Gue ya? Memang Arin mau? Memang Arin suka sama gue?" Fian malah semakin bingung.
"Andra, getok adik lo ya.Boleh ga? Gemes gue. Di kasih tau masih aja bingung." Toni benar-benar memukul Fian dengan koran yang kebetulan ada di atas meja.
" Haduh, sakit bang. Apa salah gue coba." Fian meringis kesakitan. Toni memukul Fian lumayan keras.
"Udah paham belum?" Toni masih mengacungkan gulungan koran tadi.
"Belum" Jawab Fian dengan polosnya.
"Gue sudah jelasin sampai berbusa begini, lo belum paham juga. Ini yang terakhir gue ngomong ya. Begini Fian. Di cerita dongeng putri tidur, sang putri kan tertidur lama dan baru bangun setelah sang pangeran menciumnya. Sama juga dengan Arin, siapa tau setelah lo cium dia bangun. Kan kita semua tau kalau lo pangerannya Arin. Paham sekarang?" Toni berhenti berbicara langsung meminum habis minuman Fian.
"Minuman gue itu bang, kok diminum. Dihabisin lagi."
"Pesen lagi sono, capek gue ngomong lo ga paham-paham." Andra dan Irwan tertawa melihat muka Toni. Apalagi muka Fian yang terlihat sangat jengkel melihat Toni.
"Sudah paham belum Fian?" Irwan sekarang yang bertanya.
"Sudah bang, jadi gue harus mencium Arin kan. Tapi apa Arin mengijinkan?"
"Kan Arin tidak sadar dan tidak tau .Tidak usah minta ijin sama Arinlah."
"Bunda bagaimana. Apa beliau mengijinkan.Terus semisal sudah dicium, iya kalau Arin bangun. Kalau tidak bagaimana?" Fian masih belum yakin dengan usul Toni.
"Kalau bunda mungkin sebaiknya minta ijin. Kan bunda ada si sana . Malam begini bunda mau diusir kemana? Namanya usaha, kita berspekulasi saja. Semoga Arin bisa sadar. Paling tidak kita mencoba." Irwan memberi semangat pada Fian.
"Baiklah besok gue coba semoga berhasil." Akhirnya Fian mau melakukan ide dari Toni
"Kenapa harus besok. Sekarang saja, jangan ditunda-tunda."
"Tapi ini sudah malam bang. Besok saja." Fian memang belum yakin, makanya dia menundanya.
"Besok lo berubah pikiran. Mumpung ini belum jauh. Masih pukul sebelas kurang. Ayo sekarang. Andra bayarin makanan gue." Toni benar-benar memaksa Fian kali ini.
"Kok gue yang harus membayar semua ini. Kalian ngerjain gue ya." Walaupun terpaksa Andra tetap membayar semua makanan yang mereka pesan.
Dan dengan berat hati Fian menyanggupi ide gila Toni. Mereka berempat kembali lagi ke rumah sakit. Mengemban misi penting demi kesembuhan sang putri. Sang pangeran datang putri Arin. Segera bangunlah ucap Fian dalam hati. Semoga berhasil.
🌸🌸🌸
Trio B pergi menuju kamar Arin. Sebenarnya ini sudah terlalu malam. Sudah pukul sebelas malam. Tapi tekad sudah bulat. Bara mau menjadi sang pangeran untuk sang putri tidur. Mereka bertiga sudah memutuskan untuk melanjutkan ide konyol mereka. Apa salahnya mencoba. Sebab ini sudah terlalu lama Arin tertidur. Mereka sudah tidak sabar. Walaupun dihati Bara ada rasa ragu, namun kedua temannya terus saja membujuknya. Mereka berjalan pelan.
Di malam hari rumah sakit terlihat lengang. Hawa mistis terasa jelas. Tapi bukan itu yang membuat Bara merinding. Tapi dia harus mencium Arin itu yang membuat dia berdebar dan terasa merinding. Keringat dingin sudah keluar di sekujur tubuhnya. Mending menghadapi pasien kritis daripada harus mencium Arin.Dia saja belum pernah berciuman. Dan sekarang harus mencium Arin dihadapan orang. Apa dia sanggup. Bara berjalan pelan dibelakang kedua temannya.
"Ayo cepet , kenapa jalannya pelan sekali. Apa kamu takut ya Bar." Bima menengok ke belakang. Dilihatnya Bara yang tertinggal di belakang.
"Tidak usah grogi begitu. Ciuman Bar, cuma cium bibir sebentar. Apa jangan- jangan lo belum pernah berciuman ya." Bram semakin menggoda Bara.
"Kalian berdua kan tau gue belum pernah pacaran. Dulu jadian sama Sheila karena kalian yang maksa. Bukan karena gua suka sama dia."
"Hahaha..Bara.. Bara.. Iya kita tau. Kita ingat waktu itu. Lo selalu cemberut kalau Sheila datang." Bima tertawa mengingat jaman sekolah dulu.
"Itu tahu. Bagaimana gue melakukannya pada Arin. Tidak ada yang lebih ekstrim lagi kah?"
"Hahaha.. hm.. gaya lo mau yang lebih ekstrim. Ciuman aja buat lo sudah sangat ekstrim." Bima suka sekali melihat wajah teraniaya Bara. Sangat lucu dan menggemaskan. Wajah pangeran es yang teraniaya.
"Kalian suka banget mengejek gue. Iya mang gue belum pernah ciuman. Jadi bibir gue masih perawan dong. Hehehe.."
"Hahaha.. Si pangeran culun dan polos. Belum pernah ciuman. Padahal sudah mulai tumbuh uban. Hahaha..."
Bima dan Bram semakin santer menggoda Bara. Membuat suasana menjadi ramai. padahal ini kan rumah sakit. Para dokter malah melanggar aturan. Berisik dan apalagi ini malam hari.
Tak terasa berjalan sambil bergurau, ternyata sudah sampai di depan pintu ruangan Arin. Mereka bertiga berhenti. Mereka saling pandang.
"Bagaimana ini? Sepertinya bunda sudah tidur. Yakin mau masuk.Apa kita tunda saja." Bara mulai ragu. Sebenarnya dia sangat grogi. Kalau bisa pengennya ditunda.
"Kita lihat dulu, coba intip Bram."
"Lo aja Bim."
"Kalian berdua kok malah saling tunjuk." Ucap Bara. Bara duduk saja diam di kursi tunggu memperhatikan kedua temannya yang mengintip ke dalam.
"Hehehe.. mengapa kita jadi seperti anak kecil ya." Bram meringis. Merasa aneh dengan yang mereka lakukan.
"Hahaha.. baru sadar kalian." Bara menertawakan tingkah Bram dan Bima.
"Sialan lo. Tapi benar juga tingkah kita seperti bocah. hahaha..." Bram juga tertawa.
"Sudah tertawanya, Ini sudah malam, berisik tau, diomelin petugas baru tau rasa. Para dokter memberi contoh yang tidak benar." Bima mengingatkan Bara dan Bram. Mereka berdua malah tertawa.
Dari kejauhan terlihat rombongan orang berjalan beriringan. Mereka berhenti melihat ada tiga orang di depan pintu kamar Arin.
"Ada siapa di depan ruangan Arin?" Ucap Toni. Mereka semua memperhatikan ke arah depan.
"Ada Dokter Bara , Dokter Bram dan temannya. Ada apa ya? Apa terjadi sesuatu lagi dengan Arin?" Fian kelihatan panik.
"Mereka dokternya Arin ya." Tanya Toni yang terus saja melihat ke arah ruangan Arin.
"Bagaimana dengan rencana kita. Mau lanjut atau ditunda?" Tanya Andra.
Mereka berhenti lumayan jauh dari ruangan Arin. Mereka memperhatikan gerak gerik ketiga orang tersebut. Fian merasa aneh dengan kehadiran ketiga orang tersebut. Fian melanjutkan langkahnya. Dia penasaran dengan tingkah ketiga orang tersebut.
"Pak dokter, apa yang kalian lakukan di sini? Apa ada yang terjadi dengan Arin?"
Ketiga orang tersebut terkejut. Lebih terkejut lagi Bara dan juga Bram. Mengetahui yang datang adalah Fian.
"Ambyar...." Ucap Bram.
Bara dan Bram saling pandang. Akankah missi tetap berjalan?
Bersambung..
Jangan lupa tinggalkan like dan komen.
Terima kasih ❤️❤️❤️
aku menanti mu....
kenapa seperti ini....
🤔🤔🤔🤔
semua masalah ada penyelesaiannya
jangan berbuat konyol ..dan merugikan diri sendiri
karna kau siram dengan kasih sayang mu 😘😘😘😘😘
ngak ngaca apa yg menimpa diri nya 😡😡😡 masih untung selamat dari maut kecelakaan kok gak Sada mulut masih lemes aja
dasar Mak Mak komplek 😡😡😡😡
pada akhirnya penderitaan Arin berakhir seiring dengan hembusan nafas nya juga ikut berakhir....
tega banget kamu thor,,,,
gak kasih kesempatan Arin buat ngerasain kebahagiaan.... 😭😭
kenapa harus meninggalkan
kisah Airin sangat nyenyak didada. rasa rasa nya. jarang ke bahagian menghampiri nya
takdir Airin memilukan.
terus kapan pertemuan di ujung jalan nya 🤗🙏🥰 apa bertemu dokter bara di jembatan siritolmustakim 😭😭😭😭