Alana, gadis SMA yang 'ditakuti' karena sikapnya yang galak, judes dan keras kepala. "Jangan deket-deket Alana, dia itu singa betina di kelas kita," ucap seorang siswa pada teman barunya.
Namun, di sisi lain, Alana juga menyimpan luka yang masih terkunci rapat dari siapa pun. Dia juga harus berjuang untuk dirinya sendiri juga satu orang yang sangat dia sayang.
Mampukah Alana menapaki lika-liku hidupnya hingga akhir?
Salahkah ketika dia menginginkan 'kasih sayang' yang lebih dari orang-orang di sekitarnya?
Yuk, ikuti kisah Alana di sini.
Selamat membaca. ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bulan.bintang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21 | Joging
Sesuai jadwal dari sekolah, untuk kelas X dan XI diminta belajar di rumah karena kelas XII akan melaksanakan ujian akhir.
Kesempatan itu digunakan mereka untuk berlibur atau sekedar diam di rumah, tanpa harus berpacu dengan jalanan kota yang selalu padat setiap harinya.
Pagi ini, Alana sudah siap untuk joging di lapangan, bersama Sisi dan Vio yang masih dalam perjalanan.
Tak berapa lama, kedua temannya datang dengan sepeda. Senyum Sisi mengembang saat matanya menatap Alana yang duduk seorang diri di bawah pohon.
"Sorry, Na. Tadi ban sepeda gue kempes. Mau mulai sekarang?" Sisi memarkirkan sepedanya tepat di samping milik Alana. Gerakan itu diikuti Vio yang langsung berlari kecil meninggalkan sahabatnya.
"Parah lo, Vi. Gue udah nungguin dari tadi, malah ditinggal." Alana menarik tangan Sisi, keduanya mengikuti Vio dan berlari sejajar mengitari lapangan.
Suasana di sana cukup sejuk dan terkesan lengang karena belum banyak orang yang datang. Mereka berlari kecil sambil sesekali bersenda gurau.
"Na, istirahat dulu ih. Capek banget." Wajah Sisi penuh dengan keringat yang mengalir dan menetes di baju. Begitu juga dengan Vio, napasnya menderu hingga berulang kali tangannya mengusap pelipis yang basah.
"Baru juga 3 puteran, masa udah tumbang." Alana tertawa mengejek, membuat Sisi melayangkan handuk kecil ke arahnya.
Alana makin menggodanya, dia berlari kecil dan Sisi makin mengejar.
"Ups, maaf, maaf nggak sengaja." Alana menundukkan kepala saat tubuhnya menabrak seseorang.
"Makanya, kalo lari tu liat jalan."
Suara itu membuat Alana mendongak.
Sial!! Kenapa harus ketemu makhluk ini sih?
Orang itu adalah Gala, dia tertawa mengejek lalu kembali berlari diikuti teman-temannya.
"Cie, janjian ya?" Sisi mendekat dengan senyum jahil membuat Alana mencubit lengan temannya dengan raut wajah kesal.
Mereka kembali berlari, namun Alana menyadari sesuatu.
"Si, Vio mana?"
Keduanya celingukan mencari sosok Vio yang tiba-tiba menghilang.
"Noh, malah mojok. Pantesan tadi semangat banget ngajak cepet-cepet ke sini." Sisi menunjuk sebuah bangku taman dengan sepasang manusia yang sedang mengobrol.
"Juna? Dia sama Juna, Si? Nggak salah?" Alana tertawa, Sisi pun ikut terkikik geli, mengingat Juna adalah raja tidur di kelas.
Sementara di sisi lain lapangan, Gala cs tengah beristirahat. Kesempatan itu digunakan Juna untuk mendekati Vio, sedangkan Rio dan Adit entah pergi ke mana.
"Emang pada mata keranjang, nggak bisa diem liat cewek bening." Gala duduk dan menatap lurus ke satu titik di tempat yang berlawanan dengannya.
"Termasuk gue yang nggak bisa kalo nggak liat dia." Gala tersenyum lalu membuka botol minumnya.
Di kejauhan, Gala melihat seorang laki-laki datang menghampiri Alana yang duduk sendiri.
Lho, ke mana Sisi? Eh, eh ... mau ngapain tu orang?
Gala bangkit dan berlari ke titik yang dituju. Langkahnya melambat saat dia mengenali pria dengan masker di samping Alana.
Dia kan dokter mesum itu? Ngapain? Apa jangan-jangan mereka janjian di sini?
Dia bersembunyi di balik pohon yang dekat dengan target. Gala mengendap dan menajamkan pendengarannya, mencoba menangkap setiap informasi yang ada.
Alana terkejut saat tahu dr. Rian datang menghampirinya, dia sedikit canggung karena baru kali ini duduk berdua dengan laki-laki itu di luar rumah sakit.
"Alana, tadi saya mau ke rumah tapi satpam bilang kamu olahraga. Jadilah saya ke sini." Laki-laki itu menyodorkan sebotol air mineral yang ditolak halus oleh si gadis.
"Maaf, dok. Aku udah bawa sendiri." Alana meraih tumbler di samping kakinya.
Dari tempat persembunyian, Gala tersenyum senang melihat momen itu.
Bagus, Na. Lo nggak boleh asal nerima. Siapa tahu udah dicampur obat tidur atau apa kek.
dokter Rian tak menyerah, kini dia menanyakan tentang sekolah Alana, lalu beralih pada kesehatan gadis itu.
"Semua baik, dok. Obat juga rutin diminum." Alana sedikit beringsut menjauh saat sekumpulan orang melewati mereka.
dr. Rian menatap Alana dengan senyum tipis lalu kembali mengajaknya berbincang.
Sisi ke mana sih? Lama bener cuma ke toilet doang? Apa ngantri di sana?
Alana mengalihkan pandangannya ke arah bangunan di tepi lapangan.
Sedangkan di dalam toilet umum, Sisi baru saja keluar bilik setelah mengantri cukup lama.
Gila ya, untung gue bisa nahan. Gimana kalo nggak?
Dia melangkah keluar dan melihat Alana tengah duduk dengan seorang pria yang tak dikenal.
Lah? Baru ditinggal bentar udah dapet sugar daddy aja. Eh bentar, kayaknya masih muda ini mah, belom pantes jadi om-om.
Sisi terkikik sendiri, namun matanya menangkap seseorang tengah berdiri mencondongkan tubuh di balik pohon.
Gala? Ngapain dia? ... oohh lagi nguping?
Buru-buru Sisi mengambil ponsel dalam tas kecil yang dia bawa.
Gala terkejut saat ponsel di saku bergetar menampilkan sebuah pesan masuk.
Untung udah silent jadi nggak ketangkep basah kalo lagi mata-mata ... lah? Ni anak di mana? Kok tau gue?
Mata Gala terbelalak saat menatap gambar dirinya dengan posisi rukuk. Dia terus mencari keberadaan Sisi namun tak juga dia temukan.
Baik Sisi maupun Gala sama-sama sibuk berbalas pesan, hingga keduanya terkejut saat bangku Alana sudah kosong.
Lho, ke mana dia? Apa mau diajak jalan sama tu dokter? Tapi ke mana?
Sementara Sisi segera menghubungi Vio yang masih bersenda gurau bersama Juna.
"Vi, cepetan ke sini. Gue di depan toilet umum. Alana dibawa kabur sama sugar daddy, eh bukan sama ... nggak tau dia siapa, orangnya pake masker. Jangan-jangan Alana mau diapa-apain. Buruan ke sini!"
Sisi memutus sambungan lalu melihat sekeliling berharap Alana belum jauh dari tempatnya.
Berbeda dengan Sisi. Gala berlari ke arah sepedanya lalu mencari Alana memutari sekitar, namun nihil. Tak ada tanda-tanda keberadaan gadis itu di sana.
Sementara dalam sebuah mobil yang melaju sedang di jalanan kota, Alana duduk dengan wajah tegang. Di sampingnya, dokter Rian tetap fokus pada lalu lintas yang mulai padat.
Mobil terus melaju membelah jalanan kota menuju suatu tempat yang baru pertama kali Alana datangi.
"Ini di mana, dok?" Alana menatap sekeliling dengan raut kebingungan. dr. Rian tak menjawab, dia terus membawa gadis itu sampai di tepi danau yang indah.
"Kamu belum pernah ke sini, Na?"
Alana menggeleng, dia masih terhipnotis akan kecantikan pemandangan yang ada di hadapannya.
dr. Rian mengajak Alana untuk duduk, dia terus menatap si pemilik wajah ayu, yang terus menjadi bunga tidurnya.
Duh, kenapa jadi gugup gini? Calm down, Rian. Jangan bikin malu.
Laki-laki itu mencoba meraih tangan Alana yang terkulai di samping tubuhnya. Namun, hampir saja didapat, gadis itu menutup mulutnya dan bersin.
"Maaf, dok. Maaf. Hidungku gatel banget," Alana memaksakan senyum namun hati dan pikirannya sangat berisik.
Ni orang ngapain sih? Pake pegang-pegang segala, emang dia nggak kerja apa? Emang dia nggak punya cewek? Nggak lucu kan, kalo gue tahu-tahu dilabrak. Isshh.
Alana menyeringai saat laki-laki di sampingnya menoleh ke arah lain.
Keduanya saling diam, sibuk dengan isi kepala masing-masing. Hingga akhirnya, datang seorang wanita dengan penampilan modis yang cukup menarik. Rambutnya dicat pirang dengan kacamata bertengger di pangkal hidungnya.
"Rian? Lo ngapain di sini? Cuti?" Dia menyapa laki-laki itu tanpa sedikit pun menoleh ke arah Alana.
"Eh, iya." dr. Rian terlihat gugup dan salah tingkah.
Alana merasa ada sesuatu yang akan terjadi.
"Maaf, dok. Saya mau beli minum dulu." Alana berlalu meninggalkan sejoli itu.
Alana celingukan mencari tempat yang nyaman, dia merutuki diri yang tak membawa ponsel.
Apa gue minggat aja ya?
Gadis itu merogoh kantong celana dan mengeluarkan sejumlah uang.
Ok, bye, dokter. Selamat bersenang-senang.
*
jika berkenan mampir juga yuk ke karya ku.