Apakah pengorbananku tidak ada artinya? Luna, untuk apa kamu pertahankan lelaki seperti itu? lebih baik tinggalkan dia! Seluruh keluarga besar Luna sudah meminta Luna untuk meninggalkan Suaminya Bram yang tak pernah menghargainya sebagai seorang istri.
Hingga Luna menyaksikan langsung pengkhianatan sang suami. Bahkan dengan terang terangan suaminya bercumbu mesra dengan wanita lain di depan mata Luna. Apakah Luna akan mampu bertahan? yuk simak ceritanya di " Pengorbananku di hargai Pengkhianatan."
origina by Morata
Ig sihalohoherlita
FB. Nolan s
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Morata, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22. RENCANA _PDHP
Tak terasa waktu sudah menunjukkan hampir tengah hari, Luna coba mengirim chat pada Desi. Bahwa sebentar lagi Luna jalan ke kantornya bersama Khairul.
Tak lama Desi membalas pesan Luna, disertai share lokasi tempat mereka bertemu. Desi mengajak luna bertemu di cafe sebuah Mall.
Luna langsung beranjak ke lokasi yang sudah dikirimkan oleh Desi, dan Khairul duduk di jok belakang Luna. Tak lupa Luna membawa semua berkas yang sudah dipersiapkan semua arahan Desi.
Sekitar dua puluh lima menit kemudian, luna sampai di sebuah mall yang lumayan besar di pusat kota Jakarta.
Ting!
Bunyi pesan masuk berdeting dari ponsel luna yang tersimpan di dalam tas handbag miliknya. Segera Luna membuka tas dan mengambil benda pipih itu.
"Lun langsung ke lantai empat ya Di foodcourt
"Okey." balas Luna
Luna langsung menggamit tangan Khairul dan berjalan menuju lift.
"Ma, kita mau jalan-jalan ya?"tanya Khairul. sambil melihat-lihat ke kanan ke kiri, di tengah keramaian mall.
"Iya, sayang!"jawab Luna singkat.
Mereka menaiki lift menuju lantai empat sesuai arahan Desi. Tak butuh waktu lama untuk sampai ke lantai empat, Luna edarkan pandangan mencari sosok sahabatnya.
"Luna! di sini!"Panggil Desi melambaikan tangan ke arah Luna yang tak jauh dari lift, tampaknya ia duduk bersama seorang laki-laki. Mungkin itu temannya yang akan membantu Luna mengurus urusan ini.
Luna balas dengan lambaian tangan. kemudian menghampirinya.
"Duduk Lun." ucap Desi menepuk kursi di sampingnya.
"Maaf menunggu lama ya Des." ucap Luna memandang Desi dan teman lelakinya secara bergantian. Kemudian menjatuhkan bobotnya di samping Desi.
"Duduk sini sayang!"Luna menarik bangku di sampingnya untuk Khairul. Ia mengangguk kedua matanya masih melihat-lihat sekeliling.
"Nggak, Aku juga baru sampai kok,
"Luna, kenalin ini Anggara temanku yang aku ceritakan kemarin. Anggara ini Luna."Desi memperkenalkan lelaki yang duduk di sampingnya.
Lelaki gagah berperawakan tinggi putih dan mengenakan kacamata itu, mengulurkan tangannya. Luna menyambut uluran tangannya.
"Anggara."ucapnya pada luna dengan senyum mengulas di bibirnya
"Luna."balas Luna
"Kita makan dulu ya, aku sudah pesan makanan tadi." ucap Desi dan mereka mengangguk.
"Ma...., mau main ke sana Ma?" rengek Khairul menunjuk sebuah arena bermain anak-anak yang tak jauh dari tempat mereka duduk.
"Nanti ya nak, kita makan dulu sebentar. Nanti Khairul boleh main di sana kok." rayu Luna pada jagoan kecilnya. Ia memang sudah lama tidak main ke arena tempat bermain seperti itu. Tepatnya saat Bram mulai main gila dengan perempuan sialan itu, mereka jadi tak pernah pergi bersama lagi.
Khairul mengangguk. Tak Berapa lama seorang waiters mengantar pesanan mereka menghidangkan menu steak yang sudah dipesan Desi. Desi dan Anggara tampak begitu akrab sesekali bercanda dan melempar senyum Jika dilihat mereka pasangan yang serasi.
"Khairul mau mama suapi atau mau makan sendiri?" tanya Luna
"Suapi aja Ma, biar cepat. Aku mau main ke sana." ucapnya menggemaskan.
Anggara dan Desi pun tersenyum melihat tingkah Khairul.
"Ya udah sini mama suapi, ya." ujar luna mencubit hidung putranya.
Mereka menikmati makan siang itu. sementara makanan luna belum luna sentuh karena masih menyuapi Khairul.
Khairul makan dengan lahap. Alhamdulillah
Aku bukan tipe anak susah makan. Jadi Luna tak dibuat pusing untuk urusan makannya.
"Udah ya, ma." aku mau main-main Kak Irul sudah turun dari tempat duduknya dan bersiap lari ke arena bermain.
"Khairul Tunggu sayang, ini minum dulu nanti ke sana Mama antari ya. Jangan sendirian." ucap Luna.
Setelah Khairul minum air mineral, Luna pun beranjak dari tempat duduknya
"Luna antar Khairul ke sana dulu ya Desi." pamit Luna. Desi yang masih mengunyah makanan pun mengangguk disertai senyum.
Luna antar khairul ke arena bermain anak anak dan Khairul sudah cukup tahu arena bermain di sana dan sudah terbiasa sendiri. Biasanya Luna hanya mengawasi dari luar arena.
Setelah memastikan Khairul masuk dan membeli cukup banyak koin, tak lupa memberi kartu yang sudah terisi saldo untuk permainan yang menggunakan saldo.
"Khairul, Mama duduk di sana ya sama Tante Desi dan Om Anggara. Khairul jangan nakal, dan hati-hati ya. kartunya juga jangan hilang ya Nak." pesan luna sebelum meninggalkannya.
Luna beranjak kembali ke meja tempat mereka duduk. Tak lupa juga Luna titip pesan pada pengawas arena, kalau-kalau ada apa-apa dengan anaknya.
Makanan Luna sudah tak hangat tadi. Ia melirik makanan Desi dan anggara sudah tinggal seperempat. Mereka makan cukup lama, karena diselingi ngobrol. Luna pun mulai makan. Sesekali Luna siku lengan sahabatnya yang tampak merah merona pipinya.
"Mbak!" Anggara memanggil salah satu waitress untuk datang ke meja itu,
minta bielnya, Dan tolong ini dibereskan." ucapnya dengan sopan
Gadis muda yang menggunakan pakaian seragam restoran ini, mengangguk
"Baik Pak." ucapnya dengan ramah.
Tak lama, seorang temannya datang dan membereskan meja mereka, disusul olehnya membawa bil pembayaran. Anggara membaca kemudian memberikan beberapa lembar uang berwarna merah pada gadis itu.
"Kembaliannya ambil aja ya. Mbak terima kasih." ucap Anggara usai menyerahkan uang itu
"Lun, mana berkas-berkasnya? kamu bawa semua." tanya Desi mencolek lengan Luna
"Aku udah bawa semua Des, sebentar. Luna membuka tas handbag yang tak cukup besar itu, tapi cukup untuk menyimpan berkas itu.
"Ini des, Luna menyerahkan semua berkas itu, dan Desi menyerahkan semua pada Anggara.
"Okey semuanya sudah lengkap ya." ucap Anggara setelah memeriksa satu persatu semua berkas yang Luna berikan, dan menggabungkan jadi satu dengan berkas yang ia pegang.
Luna dan Desi mengangguk.
"Jadi gimana Anggara? Apa bisa diurus secepatnya?" tanya Desi pada lelaki yang duduk di sampingnya.
"Akan saya usahakan, asal semua berkas lengkap insya Allah akan cepat selesai. Aku akan bantu semampuku ya, Des." jawabnya
"Kalian tidak perlu khawatir, aku ada beberapa kendala yang bekerja di bank. Jadi insya Allah semuanya akan selesai dalam waktu singkat." tambahannya lagi. Meyakinkan Luna dan Desi bisa bernafas lega sekarang.
"Terima kasih banyak anggara atas semua bantuannya." ucap Luna pada Anggara karena sudah membantunya mengurus semuanya.
"Sama-sama Lun, aku bantu semampuku. Desi sudah menceritakan semuanya. Sudah simpan tasnya, kamu mendapatkan apa yang harus menjadi milikmu." sahutnya.
Desi menoleh ke arah luna. Kemudian tersenyum.
"Berapa lama kira-kira semua selesai Angga?" tanya Desi
"Nanti aku kabari ya Des, kayaknya aku harus pamit sekarang. Karena aku ada janji bertemu klien usai jam makan siang ini." ucap Anggara setelah memasukkan semua berkas ke dalam tas miliknya.
"Okey hati-hati Anggara, Terima kasih banyak loh." Desi menyambut uluran tangan lelaki itu
"Iya sama-sama, aku pamit ya Luna,des." balasnya dengan senyum merekah dan menyalami luna
Anggara beranjak kemudian meninggalkan mereka.
"Cie... kayaknya ada yang lagi berbunga-bunga nih." ledek Luna pada sahabatnya. Tampak Desi tersipu malu dengan pipi bersemu kemarahan.
"Apaan sih, aku kenal Anggara karena dia sering datang ke kantor. Karena ada urusan dengan atasanku lun!" sahutnya eks presiden sedikit salah tingkah.
Bersambung.....
hai hai redears dukung terus karya author agar outhor lebih semangat untuk berkarya trimakasih 🙏💓🙏
JANGAN LUPA TEKAN, FAVORIT, LIKE, COMMENT, VOTE, DAN HADIAHNYA YA TRIMAKASIH 🙏💓
JANGAN LUPA MAMPIR KE KARYA EMAK