Ketidaksengajaan nya bertemu seorang pria di sebuah pesta danca membuat nya terpaksa mengakui pria itu sebagai pacarnya, padahal dia tidak mengenal sama sekali pria tersebut.
Hingga dia dibuat terkejut ketika mengetahui bahwa pria yang dia sewa sebagai pacar semalamnya adalah Presdir diperusahaan tempatnya bekerja........
Aluna Agung Santoso, usia 25 tahun. Cantik. Periang. Somplak. Lucu dan ceroboh dia harus terikat hubungan dengan Presdir nya sendiri.
Alvaro Radiana Putra Zein, Pria matang berusia 30 tahun. Dia Presdir diperusahaan milik keluarga nya sendiri. Dia pria dingin tak tersentuh. Tak pernah tersenyum. Terkesan cuek dan sombong. Pertemuannya dengan seorang gadis mengubah segalanya, dia menjadi pria yang bucin tingkat dewa.
Bagaimana kah kisah mereka?
Yuk simak.
Ini sekedar hiburan jadi mohon bijak dalam menanggapi bacaan.......
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon FitrianiYuriKwon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacarku Presdir-31
Happy Reading 🌹🌹🌹🌹 🌹🌹🌹🌹🌹
"Lun, semua udah kamu siapin kan?". Tanya Andre sambil menenteng tasnya keluar dari ruangan bersama Aluna.
"Rebes Pak. Semua udah saya siapin". Sahut Aluna berjalan sejajar dengan Andre.
"Oke. Kita langsung tinjau ke lokasi saja". Ucap Andre lagi
"Siap Pak".
Mereka berdua menuju pintu lift sambil mengobrol tentang pekerjaan. Tak lupa diselingi dengan canda dan tawa. Aluna yang berisik luar biasa itu selalu bisa menghidupkan kembali suasana canggung.
Aluna dan Andre masuk kedalam lift.
"Ehem".
Kedua orang itu langsung kikuk saat melihat Alvaro yang berdiri didalam lift.
"Siang Pak Alvaro. Siang Pak Sonny". Sapa Andre tersenyum ramah.
"Siang Pak".
Alvaro menatap Aluna dengan tajam. Seakan dia sudah lapar dan ingin menyantap daging gadis itu.
Namun Aluna justru cuek bebek dan tidak peduli pada Presdir menyebalkan itu.
"Saya akan ikut kalian". Ucap Alvaro memecahkan keheningan.
"Ba-bapak yakin?". Tanya Andre setengah tak percaya begitu juga dengan Sonny.
"Saya ingin liat gimana cara kalian nanganin proyek ini". Sahut Alvaro tapi matanya justru tertuju pada Aluna yang tidak peduli padanya.
"Gimana Ibu Aluna? Apa Ibu gak senang saya ikut?". Tanya Alvaro memincingkan matanya.
"Gak kok Pak. Saya senang Bapak bisa ikut. Sekalian pantau kita". Sahut Aluna memaksakan senyum dibibirnya. Padahal dalam hati gadis itu sudah mengumpat kesal.
Mereka berempat keluar dari lift. Aluna dan Alvaro menjadi pusat perhatian. Karena mereka berdua paling mencolok. Entah kebetulan atau memang sudah janjian, baju yang mereka kenakan memiliki warna yang sama. Jas yang dipakai Alvaro, senada dengan warna blazer yang dikenakan Aluna. Sehingga keduanya cocok. Namun, baik Aluna atau pun Alvaro tidak ada yang menyadari jika mereka memakai warna baju yang sama.
"Naik mobil saya aja". Suruh Alvaro.
"Saya pakai mobil saya aja Pak". Tolak Andre halus. Dia sedikit canggung satu mobil dengan Alvaro.
"Cepat masuk". Suruh Alvaro "Dan kamu, duduk dibelakang sama saya. Pak Andre duduk didepan sama Sonny".
Aluna mengerutu dalam hati. Pasti Presdir menyebalkan nya itu akan mengambil kesempatan dalam kesempitan.
Alvaro menyembunyikan senyum nya. Dia tahu jika Aluna setengah kesal padanya. Aluna memang seperti sengaja menghindarinya dan Alvaro tidak suka jika Aluna menjauh dari dia.
"Ohhh ya Lun, Proposal nya kamu bawa kan?". Tanya Andre dibangku depan.
"Ada Pak". Sahut Aluna sambil menujukkan jempolnya tanda oke.
Alvaro mengendus kesal. Saat berbicara dengannya Aluna ketus tapi saat berbicara dengan Andre gadis itu malah tersenyum.
Kriukkkkkkkkkkkkkk
Perut Aluna berbunyi. Rasanya Aluna ingin mengumpat saja dibawah kolong jembatan. Dia malu bukan main.
"Kamu lapar Lun?". Andre tersenyum gemes.
"Dikit Pak". Jawab Aluna malu-malu.
"Sonny, kita singgah makan siang sebentar". Perintah Alvaro.
"Baik Tuan".
Aluna tersenyum. Kadang dia merasa senang jika Alvaro memperhatikannya.
"Jangan ge-er, saya juga lapar". Bisik Alvaro yang melihat jika Aluna tersenyum.
Wajah Aluna langsung masam. Dia menyimpitkan matanya menatap Alvaro tajam. Alvaro justru terkekeh.
"Bercanda sayang. Aku tahu jika kamu lapar. Ayo kita makan". Bisik Alvaro dengan suara manjanya dan sengaja membuat Aluna tersipu.
Aluna malah mendelik merinding. Jika saja tidak ada Andre pasti mereka berdua sudah beradu debat.
.
.
.
.
Rayyan menepikan mobilnya disebuah restorant. Hari ini dia akan makan sendiri. Yandi dan Bayu, makan siang bersama Yura dan Mira. Sedangkan Aluna tidak ikut, karena ada proyek bersama Andre. Rayyan sengaja tidak mau ikut Yandi dan Bayu, dia tidak mau jadi obat nyamuk.
Rayyan masuk sambil mengenggam handphone, kunci mobil dan dompetnya.
Brakkkkkkkkkkk
Rayyan menabrak seseorang
"Maaf. Maaf". Ucap Rayyan membantu gadis itu berdiri.
"Ck, kamu bisa liat- liat gak sih". Gerutu gadis itu membersihkan rok.
"Maaf aku gak sengaja". Ucap Rayyan
Gadis itu mengangkat pandangannya. Dia langsung terpesona melihat wajah tampan Rayyan. Benar-benar tampan pria ini, batinnya .
"Hei, Nona saya minta maaf. Saya gak sengaja". Ucap Rayyan lagi.
"Kamu harus traktir saya makan karena kamu udah nabrak saya". Ujar gadis itu
"Lho, kenapa saya harus traktir kamu makan? Kan saya cuma nabrak doank, bukan ambil bagian makanan kamu kan?". Tanya Rayyan heran melihat gadis didepannya ini.
"Saya gak mau tahu, pokoknya kamu harus traktir saya makan". Tintah gadis itu merenggek.
"Iya. Iya. Ayo". Ucap Rayyan dingin dan berjalan duluan mendahului gadis itu
"Yessss". Gadis itu bersorak gembira sambil tersenyum lebar.
Mereka berdua duduk "Silahkan pesan. Saya yang akan bayar". Rayyan menyerahkan buku menu.
"Makasih".
Mereka berdua menunggu pesanan mereka datang.
"Ohh ya kenalin nama saya Alya". Gadis itu mengulurkan tangan pada Rayyan.
"Rayyan". Rayyan tidak menyambut uluran tangan Alya dan malah asyik dengan ponsel nya.
Alya mengendus kesal. Laki-laki ini cuek sekali, sama dengan Kakaknya.
Pesanan mereka berdua datang. Alya hanya memesan beberapa makanan saja. Sebagai seorang model tentu dia harus menjaga pola makannya dan tidak boleh makan sembarangan, karena itu akan berpengaruh pada bentuk tubuh idealnya.
Rayyan makan dengan lahap. Sedangkan Alya makan dengan gaya feminimnya. Dia memang begitu harus menjaga image apalagi didepan lelaki tampan seperti Rayyan.
Mereka berdua dalam diam. Tak ada yang berbicara hanya suara sendok yang saling bersahutan.
Bersambung.....