Kayla datang untuk menghadiri pesta pernikahan sepupunya. Namun, pernikahan itu menjadi pernikahan mendadak baginya karena sepupunya kabur dari rumah.
Untuk menutupi rasa malu pada tamu undangan, Ibu Kayla meminta Kayla menggantikan posisi sang sepupu. Dia tak ingin nama baik keluarga besar menjadi cemoohan tamu undangan.
Kayla tidak bisa menerima pernikahan ini, tapi demi mengabulkan permintaan sang ayah yang di paksa ibunya untuk membujuk Kayla, akhirnya dia terpaksa menerima takdirnya.
Dengan terpaksa dan hati yang luka Kayla melaksanakan permintaan sang ayah, pria terhebat dihidupnya.
Perjodohan ini mengantarkan mereka pada cinta pertama yang dulu sempat dikuburnya.
lanjut baca yukk...novel ini akan update setiap hari 🙏🙏🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Ghina Fithri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Tak berapa lama Nick membawa pergi Rio dan Dani, Raffa melangkah menuju tenda Kayla. Ada rasa rindu yang membuncah di hatinya ingin melihat paras cantik sang istri.
“Hem,” gumam Raffa saat berada di depan empat bersahabat itu.
Seketika empat orang gadis itu menghentikan obrolan mereka.
Gita menoleh ke arah pria yang datang menghampiri mereka, dia menatap kagum pada pria tampan yang kini berada di hadapan mereka. Semakin hari pesona Raffa semakin menyelimuti dirinya.
Dian menoleh ke arah Kayla yang kini tersenyum malu menatap sang suami. Terlihat jelas dari tatapan mereka ada cinta di hati keduanya. Dian ikut bahagia dengan apa yang tengah dirasakan oleh sahabatnya itu.
“Eh, ada Kak Raffa,” seru Lisa berdiri menghampiri Raffa.
“Ada yang bisa kami bantu, Kak?” tanya Lisa ramah.
“Kalian sudah selesai menyiapkan sarapan?” tanya Raffa dengan gaya berwibawa mencari bahan pembicaraan agar dia tidak kaku mengobrol dengan juniornya itu.
“Udah, Kak. Kayla menyelesaikannya tepat pada waktunya,” jawab Lisa memuji sang sahabat.
Pandangan Raffa tidak berpindah dari sang istri, melihat hal itu Lisa merasa kesal karena dicuekkin oleh Raffa. Kayla menyadari Lisa yang tengah cemberut gara-gara sikap Raffa.
“Lis, kayaknya Bang Raffa mau mencicipi masakan kita,” ujar Kayla dengan senyuman yang memukau.
“Biarkan aku yang mengambilkan untuknya.” Gita bergegas mengambil piring di dalam tenda.
Belum sempat Gita masuk tenda. Raffa menghentikan langkah Kayla.
“Eh, enggak usah. Nanti jatah kalian kurang.” Raffa mencoba menolak dengan halus, karena dia ingin Kayla yang mengambil sarapan untuknya.
“Tenang aja, Kak. Cemilan yang kakak berikan kemarin masih banyak. Kalau kami lapar kan bisa ngemil,” celetuk Gita.
Semua yang ada di situ pun tertawa mendengar kepolosan Gita. Kayla hanya tersenyum, dia masih tersipu malu menatap sang suami.
“Bang Raffa, mau minum kopi?” tawar Kayla mengalihkan pembicaraan.
“Boleh,” jawab Raffa cepat.
Dia tak mau kehilangan kesempatan untuk mencicipi kopi sang istri pagi ini.
Kayla memberikan kursi portabel miliknya pada Raffa.
“Abang duduk dulu di sini!” pinta Kayla.
Tanpa berpikir panjang, Raffa pun duduk di kursi yang baru saja diberikan oleh sang istri. Kemudian Kayla menghidupkan kompor untuk memanaskan sedikit air. Kayla mengingat ada kopi sachet yang sudah dibelikan Raffa kemarin dalam tas. Kayla masuk ke dalam tenda dan mempersiapkan kopi untuk sang suami.
“Bang Raffa ketemu Kayla kemarin di mana?” tanya Gita pada Raffa.
Dia sengaja mencari topik pembicaraan agar Raffa merasa nyaman mengobrol dengan mereka. Kebetulan Kayla belum menceritakan apa yang terjadi padanya kemarin malam.
Raffa pun mulai bercerita dengan apa yang dialami Kayla, tapi tidak secara keseluruhan, dia menyimpan sepenggal cerita yang akan membuat istrinya malu, karena dia tidak ingin aib istrinya diketahui oleh orang lain meskipun itu sahabatnya.
Raffa berusaha akrab dengan ketiga sahabat istrinya, dia menganggap mereka sebagai adik.
“Eh, tunggu. Kayaknya aku belum kenal satu per satu dari kalian, boleh kenalkan diri kalian dan dari mana asalnya?” tanya Raffa pada ketiga sahabat Kayla.
“Aku Gita dari Yogyakarta, Kak.” Gita lebih dulu memperkenalkan dirinya.
“Aku Lisa dari Lampung, dan ini Dian dari Bandung sama dengan Kayla,” ujar Lisa memperkenalkan dirinya dan Dian.
Dian merupakan sahabat Kayla semenjak mereka duduk di bangku SMA, sebelum melanjutkan kuliah di Universitas Al-azhar.
“Nah, kalau begitu kita bisa mengobrol lebih akrab lagi.” Raffa tersenyum senang melihat istrinya memiliki sahabat yang ramah dan baik hati.
Dia akan merasa tenang untuk membiarkan Kayla bersama ketiga sahabatnya di saat dirinya tidak berada di samping Kayla.
Ketiga sahabatnya asyik mengobrol dengan sang suami, Kayla menyeduh kopi sachet rasa jahe buat Raffa, Kayla mengaduk kopi itu sambil membacakan surat al-fatihah, memohon pada Allah hati suaminya selalu ada untuk dirinya.
“Ini Bang,” ujar Kayla mengulurkan sebuah cangkir berisi kopi pada Raffa.
Gita dan Lisa menangkap sesuatu yang aneh di antara Raffa dan Kayla. Mereka mulai mencurigai hubungan keduanya.
“Kak, kayla bilang Kak Raffa, saudaranya. Bagaimana tali persaudaraan kalian?” tanya Gita memberanikan diri.
Kayla dan Raffa memutar bola matanya, mereka kaget mendapat pertanyaan yang mematikan secara langsung dari sang sahabat.
Mereka saling melempar pandangan, lalu mengangkat bahu mereka.
“Mhm, Bang Raffa ini keluarga jauh dari Ibu Rita,” jawab Kayla berusaha menjawab pertanyaan Gita.
“Apakah kalian muhrim?” tanya Gita terus terang.
Saat ini Gita ingin mengetahui lebih lanjut status hubungan Kayla dan Raffa.
“I-iya,”
“Bu-bukan.”
Kayla dan Raffa menjawab pertanyaan Gita dengan jawaban yang berbeda, membuat Gita dann Lisa semakin mencurigai mereka.
“Kay,” lirih Gita dengan tatapan yang tajam.
“Mhm,” gumam Kayla bingung.
“Sebenarnya, aku dan Kayla itu,--“
“Sepupu jauh,”celetuk kayla memotong ucapan Raffa.
Saat ini dia merasa belum tepat memberitahukan Gita dan Lisa tentang hubungan Kayla dan Raffa yang sebenarnya.
“Ntar aku jelasin deh, jangan tanya Bang Raffa lagi,” ujar Kayla memohon pada Gita dan Lisa.
Gita dan Lisa menghela napas, mereka semakin penasaran dengan hubungan Kayla dan Raffa, sementara itu Dian hanya diam mendengar perdebatan yang terjadi di hadapannya. Dia tak ingin ikut campur,karena dia sendiri sudah tahu hubungan Raffa dan Kayla yang sesungguhnya.
“Kopinya enak!” puji Raffa sengaja mengalihkan pembicaraan.
“Aku tinggal dulu, masih ada yang harus aku selesaikan,” ujar Raffa pamit hendak meninggalkan mereka.
“Iya, Kak. Sering-sering gabung sama kami,” ujar Gita yang merasa senang mengobrol dengan Raffa.
Seketika dia melupakan kecurigaannya terhadap sepasang suami istri itu.
Raffa berdiri lalu menghampiri istrinya sambil memberikan cangkir yang sudah kosong.
“Aku mau sarapan nasi goreng buatan kamu,” bisik Raffa.
Kayla mengangguk tersenyum, dia merasa bahagia. Saat ini dia yakin sang suami sudah memiliki rasa cinta untuk dirinya.
“Aku balik ke tendaku,” ujar Raffa.
Raffa pun melangkah meninggalkan tenda Kayla dan teman-temannya sambil melambaikan tangannya.
“Kayla, kamu harus jelaskan padaku!” Gita menarik Kayla untuk duduk di kursi yang di duduki oleh Raffa tadi.
Kayla menghela napasnya kasar, dia menoleh kearah Dian meminta pendapat.
“Sebaiknya kamu jujur saja pada Gita dan Lisa,” ujar Dian pada Kayla.
“Jujur?” Gita dan Lisa mengernyitkan kedua alisnya.
“Oke, aku akan mengatakan semuanya dengan jujur. Tapi kalian janji jangan marah padaku,” ujar Kayla memohon.
“Iya, janji,” lirih Gita dan Lisa serentak.
“Sebenarnya aku dan Raffa sudah menikah,” ujar Kayla menundukkan kepala.
Dia benar-benar merasa bersalah sudah menyimpan rahasia ini dari kedua sahabatnya.
“Apa? Aku tidak percaya," teriak Gita tak percaya.
Bersambung . . .
.
.
.
.
Hai readers, terima kasih sudah membaca karya Author🙏🙏🙏
Tetaplah dukung Author dengan meninggalkan jejak berupa . . .
- Like
- Komentar
- Hadiah
dan
-Vote
Terima kasih atas dukungannya 🙏🙏🙏