Persahabatan dua generasi.
Antara seorang pemuda dengan seorang kakek tua pensiunan pegawai negeri.
Lucunya, sang kakek tidak mengetahui bahwa sahabatnya sebenarnya seorang CEO dari perusahaan terkenal.
Persahabatan yang telah terjalin beberapa tahu itu sangat terjalin erat hingga akhirnya, di penghujung akhir hayatnya, sang kakek meminta sahabatnya untuk menikahi cucu satu satunya.
Akankah sang CEO akan menuruti permintaan sahabatnya untuk menikahi cucunya yang ternyata adalah sekretaris yang bekerja dengannya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Almaira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kotak Bekal..
Sementara Devan rapat di sebuah hotel, Nando menemui salah seorang pengacara kepercayaan Devan untuk memintanya mengurus pendaftaran pernikahan antara Devan dan Asha di KUA, tanpa banyak bertanya dan berjanji untuk sementara merahasiakannya, pengacara itu dengan senang hati membantu mereka.
Siang hari.
Nando sudah kembali dari kantor pengacara, dia kembali ke tempat dilaksanakannya rapat Devan bersama dengan para kliennya.
Menjelang makan siang, rapat dihentikan, Devan sedang berbincang dengan beberapa klien sambil menunggu makan siang dihidangkan, tiba tiba Nando menghampirinya dan membisikkan sesuatu.
Devan langsung terperanjat kaget dan melihat Nando.
"Kenapa tidak bilang dari tadi..?" Ucapnya melihat Nando dengan kesal sambil beranjak dari duduknya.
"Maaf pak..saya lupa.." Jawab Nando menundukkan kepalanya.
"Maaf..tiba tiba ada urusan mendadak..saya pergi dulu sebentar, setelah makan siang saya akan segera kembali untuk melanjutkan rapat.." Devan pamit kepada semua orang.
Devan berjalan setengah berlari menaiki mobilnya, disusul oleh Nando dibelakangnya, mereka segera melajukan mobilnya dengan cepat.
"Harusnya kamu bilang dari tadi kalau Asha membawa makan siang untukku.."
"Maaf pak, saya benar-benar lupa.."
Devan menginjak pedal gas, melajukan kendaraannya dengan kecepatan penuh agar bisa dengan segera sampai di kantor.
"Bapak tenang saja, ini belum waktunya jam makan siang, Asha pasti belum pergi ke kantin.."
Sementara di kantor.
Asha melihat kotak bekal yang dia simpan di bawah mejanya dengan sedih, mengingat kembali perjuangannya pagi ini pergi ke pasar dan memasak untuk suaminya telah sia sia.
Namun Asha tersenyum, dia menghibur dirinya sendiri, walaupun tak dimakan suaminya, dia akan meminta teman temannya untuk memakannya nanti di kantin.
Della dan Riri memanggilnya untuk pergi makan siang, Asha tersenyum dan mengangguk.
"Duluan, aku akan menyusul.." Jawab Asha.
Asha mengambil kotak bekal di bawah mejanya, ketika dia berdiri, Asha sungguh terkejut melihat Devan yang sudah berdiri di depan mejanya.
Asha keheranan melihat Devan dan Nando dengan napas mereka yang tersengal-sengal.
"Kenapa kalian disini..?"
"Bawa kotak bekal itu ke ruanganku.." Ucap Devan sambil memasuki ruangannya.
Asha melihat Nando dengan heran.
"Kalian makanlah.. aku akan berjaga disini.." Ucap Nando menyuruh Asha masuk sambil mengatur napas yang masih belum beraturan.
"Kamu ikut makan saja bersama kami.."
"Tidak usah..aku tidak mau jadi obat nyamuk di dalam sana.."
Asha tersenyum malu.
"Baiklah..aku masuk ya.."
Nando hanya menganggukkan kepalanya.
Asha memasuki ruangan, melihat Devan yang sudah membuka jasnya dan mengendurkan dasinya sedang duduk di sofa sambil mengatur napas.
Asha menghampiri dan duduk disebelahnya.
"Apa kalian berlari kesini..?"
Devan melihat Asha dan mengangguk.
"Kenapa tadi kamu tidak bilang kalau sudah bawa bekal makan siang untukku..?"
"Karena kamu akan makan siang diluar.."
Tiba tiba ponsel Asha berdering.
"Asha dimana kamu..?" Tanya Della di ujung telepon
"Maaf teman teman, aku tidak ikut makan siang bersama kalian..aku makan siang dengan......?" Asha melihat Devan.
"Nando dan pak Devan sambil mengerjakan beberapa tugas.."
"Baiklah kalau begitu..tidak apa apa" Jawab Della sambil menutup teleponnya.
Asha melihat Devan.
"Apa kamu kesini karena diberi tahu Nando kalau aku membawa bekal makan siang untukmu..?"
Devan mengangguk.
"Padahal kamu tidak harus melakukan itu.." Asha merasa bersalah.
"Bukalah..aku lapar.."
Asha membuka kotak bekal itu perlahan.
Devan memperhatikan wajah cantik istrinya yang terlihat serius mempersiapkan makan siang untuk mereka berdua.
Tiba tiba Devan memegang tangan Asha, membuat Asha kaget dan langsung melihat suaminya.
"Apa..?"
"Semoga sebentar lagi, kamu bisa menyiapkan sarapan, makan siang dan makan malamku.."
Asha tersenyum dan mengangguk.
"Di rumah kita sendiri.." Lanjut Devan melihat Asha lekat.
Kali ini Asha tidak menjawab, melepaskan tangan Devan dan kembali fokus menyiapkan makanan.
"Bagaimana..?"
"Makanlah.." Asha memberikan sendok kepada Devan.
"Kenapa aku merasa kamu sangat pesimis pada hubungan ini..?"
"Makanlah dulu.." Asha melihat Devan.
Devan mengangguk, melihat nasi dan lauk yang terhidang di meja.
"Kamu juga makanlah.." Pinta Devan.
Asha mengambil sendok.
Devan terlihat makan dengan lahap, bukan berpura-pura untuk lahap tapi karena makanan yang dimasak Asha memang sangat enak menurutnya.
Asha terlihat senang melihat suaminya hampir menghabiskan semua makanan yang dibawanya.
"Kamu yakin ini semua masakan kamu..?" Tanya Devan penasaran.
Asha tersenyum dan mengangguk.
"Aku akan gemuk kalau tiap hari kamu memasak untukku.."
Asha tersenyum.
Dia mengambil botol air dan memberikannya pada Devan.
"Aku senang kamu menyukai masakanku.."
"Masakanmu sangat enak, tidak sia sia tadi aku berlari kesini.." Jawab Devan sambil menutup botol minum.
Asha melihat Devan yang sepertinya kekenyangan dan menyandarkan tubuhnya pada sandaran sofa.
Devan kembali memegang tangan Asha di sampingnya.
Asha melihat tangan suaminya. Mengelusnya perlahan. Devan terus memperhatikan Asha. Menikmati wajah cantik istrinya.
Mereka terdiam beberapa saat, sibuk dengan pikirannya masing-masing
"Kata Nando kamu berniat mendaftarkan pernikahan kita.."
Asha melihat Devan.
"Sudah.."
"Apa..?" Asha kaget.
"Nando sudah menyuruh pengacara untuk mendaftarkannya tadi.."
"Darimana kalian mendapat pas fotoku dan foto copy KTP ku..?"
"Dari CV yang kamu kirimkan untuk melamar kerja" Jawab Devan santai.
Asha mendesah.
"Kenapa kamu melakukan itu..?"
Devan mendekati Asha.
"Melakukan apa..?"
"Kamu harus menikahi tunanganmu.."
"Aku tidak akan menikahinya.."
"Kamu harus.."
"Tidak akan.."
Asha menundukkan wajahnya.
"Aku akan sangat merasa bersalah kalau sampai kamu tidak menikahinya.." Asha menahan tangisnya.
Devan mengangkat wajah Asha dengan tangannya.
Mendekatkan wajahnya pada Asha.
"Aku mencintaimu, dan tidak akan pernah mengkhianatimu.."
Mereka saling bertatapan.
"Tapi kita jangan egois dan hanya memikirkan diri kita sendiri.." Asha menahan tangisnya.
Devan menggelengkan kepalanya.
"Kalau aku menikahinya, justru itu akan membuatnya menderita.."
Asha terdiam.
Memalingkan wajahnya dari Devan.
"Aku akan membuatnya mengerti bahwa pernikahanku dengannya tidak bisa terjadi.."
"Karena aku tidak mencintainya.."
"Tapi dia mencintaimu.." Jawab Asha cepat sambil melihat Devan.
"Kamu akan menghancurkan perasaannya, aku dan dia sama sama wanita, aku mengerti sekali bagaimana perasaannya nanti jika tiba-tiba kamu memutuskannya begitu saja.." Asha berlinang air mata.
Devan kaget melihat Asha yang kini menangis, Devan kembali memegang tangannya dan menarik tubuhnya perlahan ke pelukannya.
"Jangan menangis.." Bisik Devan.
Asha mengangguk.
"Maafkan aku..aku hanya tidak mau menyakiti wanita lain.."
"Aku hanya tidak mau bahagia sementara ada wanita lain yang menderita karena aku.."
"Aku mengerti.. bersabarlah, aku akan mencari jalan terbaik untuk kita.."
Asha mengangguk-anggukan kepalanya.
Devan melepaskan pelukannya, melihat wajah Asha dan menghapus air matanya, kemudian melihat jam tangannya.
"Aku harus kembali lagi ke rapat itu.."
Asha mengangguk.
Devan berdiri, diikuti Asha.
"Tunggu sebentar.." Asha menarik tangan Devan.
Asha membenarkan dasi Devan yang kendor, merapihkan bajunya dan mengambil jas milik suaminya kemudian memakaikannya.
Devan tersenyum bahagia.
"Sekarang sudah rapi.."
"Terima kasih.." Devan kembali menghapus sisa sisa air mata di pipi istrinya.
***
Ketika keluar ruangan, mereka kaget melihat Nando yang duduk kekenyangan dengan kotak bekal yang sudah kosong di atas mejanya.
"Kamu juga bawa bekal makan siang..?" Tanya Devan penasaran
Nando tersenyum seringai.
FLASHBACK
Nando menghadang Angel yang akan masuk ke ruangannya.
"Pak Devan tidak ada di ruangannya sedang pergi rapat diluar.."
"Baiklah..aku akan tunggu di dalam.." Angel melangkah maju.
Nando menghalangi pintu.
"Dia tidak akan pulang sampai sore ini.."
"Benarkah.." Angel terlihat kecewa, dia melihat makanan yang dibawanya.
"Kalau begitu, begitu dia kembali nanti, berikan ini kepadanya.." Angel menyerahkan kotak bekal pada Nando.
"Baiklah nona..saya akan memberikannya.."
"Terima kasih...saya pergi dulu.." Angel pergi meninggalkan Nando.
Nando melihat kotak bekal ditangannya, seketika perutnya berbunyi keras.