Fahrul Bramantyo dan Fahrasyah Akira merupakan sahabat sejak kecil, bahkan sejak dalam kandungan. Mereka sangat akrab bak saudara kembar yang merasakan setiap suka dan duka satu sama lain.
Namun semuanya berubah saat kesalahpahaman terjadi. Fahrul menjadi pria yang sangat kasar terhadap Fahra. Beberapa kali pria itu membuat Fahra terluka, hingga membuat tubuh Fahra berdarah. Padahal ia tau bahwa Fahra nya itu sangat takut akan darah.
Karena Fahra kecil yang merasa takut kepada Fahrul, akhirnya mereka pindah ke Malang dan disana Fahra bertemu dengan Fahri.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LoveHR23, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Teringat
Kini mata mereka sedang beradu tatap dengan jarak sekitar 10cm.
"Fa-Fahrul?" ujar Fahra memecahkan keheningan dan tatapan mereka. Namun Fahrul tak melarikan sorot matanya. Ia terus menatap Fahra dengan tatapan yang sulit diartikan.
Deg!
Kini jantung Fahra seolah sedang bermarathon tanpa pendaftaran. Jantungnya berdetak begitu kencang. Dengan cepat gadis itu mengedarkan pandangannya dan mulai menjauhkan tubuhnya dari Fahrul.
Tanpa mengubah posisi, Fahrul hanya mengangkat satu alisnya. Terlihat sekali, Fahra sedang kikuk. Ia tak tau harus berkata apa. Ia takut Fahrul akan memarahi dan mendorongnya lagi hingga terjatuh.
"Maaf" ucap Fahra lirih. Gadis itu menundukkan kepalanya lemas.
Fahrul memutar bola matanya malas. Tanpa berkata apapun ia mulai beranjak dan meninggalkan Fahra yang ada didepannya. Tiba-tiba tangan Fahrul diraih oleh Fahra. Tubuh Fahrul sedikit menegang, namun dia tetap berusaha untuk tenang.
"Minggir!" tandasnya kasar.
"Gak mau. Fahrul plisss, maafin aku." jawab Fahra masih dengan menunduk.
Fahrul menghempaskan tangan Fahra kasar. Gadis itu meringis kesakitan. Tak hanya itu, Fahrul juga mendorong Fahra hingga terjatuh. Cinta terkejut saat melihat Fahra terjatuh. Matanya melirik Fahrul tajam. Fahrul berjongkok dan menyamakan posisi wajahnya dengan Fahra.
Pria itu menatap Fahra tajam. Jari telunjuknya mulai terangkat sejajar dengan mata Fahra. "Jangan pernah sentuh gue dengan tangan kriminal lo! Dasar pembunuh!" tandas Fahrul dengan penuh penekanan. "Cuihh" pria itu berdecih dihadapan Fahra. Fahrul beranjak dan langsung meninggalkan Fahra yang masih terduduk dilantai.
"Ayok" ajak Fahrul pada kedua sahabatnya. Dengan sigap, Beni dan Ridho mengikuti langkah Fahrul di belakang. Ridho merasa iba dengan Fahra. Ia ingin sekali membantu gadis itu, namun ia juga tak ingin mencari masalah dengan sahabatnya. Hingga akhirnya ia memilih untuk diam saja.
"Raa, lo gakpapa?" tanya Cinta sembari membantu Fahra untuk berdiri.
"Iya aku baik-baik aja kok." gadis itu tersenyum tipis. Ia berusaha menutupi kesedihannya terhadap sikap Fahrul. "Yaudah, masuk kelas yuk."
"Yakin, lo beneran gakpapa?"
"Yo i, gue yakin seribu persen." jawab Fahra menirukan gaya bicara orang Jakarta. Cinta mengerutkan dahinya sembari tersenyum. Gadis itu menatap Fahra tak percaya. Fahra hanya terkekeh melihat ekspresi Cinta. "Ayok Cin, masuk kelas. Atau lo mau gue tinggal?" ucap Fahra lagi masih dengan gaya bicara yang sama. Fahra menarik tangan Cinta yang masih tercengang. Cinta hanya mengikut saja tanpa berbicara apapun.
Tak begitu lama mereka masuk kelas, seorang guru wanita yang tak lain adalah bu Tutik, masuk kelas. Semua memberi salam dan mengikuti pelajaran dengan baik hingga selesai. Diakhiri pelajaran, Bu Tutik memberikan selama pada kedua muridnya yang berhasil membuat sekolah bangga.
"Selamat ya, Cinta, Fahrul. Ibu sangat bangga pada kalian berdua. Terutama kamu, Cinta. Kamu hebat sekali, Nak. Baru pertama ikut lomba, kamu langsung bisa menaklukkannya.Dan ibu juga sangat bangga dengan jagoan sekolah kita, Fahrul. Kamu selalu memenangkan setiap lomba dan kejuaraan apapun. Kalian berdua adalah murid kebangga ibu." Bu Tutik tak henti-hentinya tersenyum bangga pada Fahrul dan Cinta.
Tringgggg tringggg
Bel istirahat berbunyi. Para siswa berbondong-bondong menyerbu kantin. Begitu juga Cinta dan Fahra. Walau membawa bekal, Cinta sengaja mengajak Fahra untuk makan dikantin. Gadis itu begitu senang dengan pujian yang ia dapatkan bertubi-tubi hari ini. Ia berencana untuk mentraktir Fahra dikantin sebagai perayaan kemenangannya. Tentu saja, jajan dikantin adalah hal langkah bagi Cinta.
Dia mengajak Fahra duduk disebuah kursi panjang. Mereka sengaja memilih kantin yang agak sepi agar tak bedesak-desakkan. Dan tentunya, Cinta juga mencari kawasan yang tidak ada tanda-tanda keberadaan That Lion disana.
"Lo mau makan apa, Raa?"
"Eumm" Fahra memegang dagunya seolah berfikir. "Bukannya kita ada bekal, ya?"
"Ehh udah, lo kagak usah malu. Pesen aja. Gue yang traktir."
"Tapi bekal aku bagaimana? Nanti kalau gak dimakan, Bunda akan marah." cerocos Fahra memanyungkan bibirnya.
"Gampang. Gue ada disini, buat abisin masakan Bunda lo. Santuy ae lah heheh" ucap Cinta santai. Ia mengangkat satu tangannya keatas dan melambai ke arah seorang wanita yang berdiri dibelakang meja dapur. "Bu, pesen bakso 2 mangkok. 1 pedes, 1 nya...." gadis itu melirik ke arah Fahra. "Lo pedes apa nggak?"
"Ha? Emangnya Fahra mau pesen bakso? Kayaknya Fahra belum tentuin apa-apa deh. Cinta sok tau ih!" Fahra merengek bak seorang bayi yang sedang kesal.
Melihat tingkah Fahra, Cinta mengangguk. Ia tersenyum ke arah Fahra dan kembali melirik ke arah ibu kantin. "Yang satunya gak usah pedes ya Bu." tanpa menanya lagi, Cinta langsung memutuskan.
"Tuhkan, Cinta sok tau lagi!"
"Emang kenapa? Lo gak suka pedes? Lo mau makan bakso yang pedes?"
"Gak mau, gak mau. Fahra gak suka pedes." Fahra menutup mulutnya. Ia juga menggeleng cepat. Cinta hanya terkekeh dan tersenyum lega. Tentu saja, karena ternyata tebakkannya benar.
Gadis manja nan lembut, memang kebanyakkan tidak suka hal-hal yang begitu ekstrem. Mereka cenderung lebih menyukai hal-hal yang berbau soft.
"Eh iya, gue penasaran sama omongan lo dikoridor tadi. Emangnya kenapa sama tanggal 23 maret? Kenapa lo sepanik itu? " tanya Cinta menyelidik.
"Oh itu, iya aku lupa. Tanggal 23 maret itu adalah hari ulang tahun sahabat aku."
"Siapa?" sambar Cinta cepat.
"Ihh dengerin dulu. Kan aku sama Fahrul cuma beda 2 bulan dan kami lahir ditanggal yang sama. Dan tanggal 23 maret itu ulang tahun Fahrul. Aduhh aku sahabat yang buruk banget. Masak sama ultah sahabat sendiri bisa lupa." Fahra menepuk kepalanya dengan kasar.
"Ha? Fahrul ultah bulan maret? Bukannya april? Kayaknya dia selalu ngerayain ultah tanggal 23 april deh."
"Ihhh, bukan. Fahrul itu lahir dibulan maret. Kalau april itu hari perayaan ulang tahun kami." jelas Fahra sedikit frustrasi.
Saat sedang asyik berbicara, tiba-tiba datang seorang wanita paruh baya yang tengah membawakan bakso ke meja Fahra dan Cinta.
"Makasih, Bu" ucap Cinta dan Fahra bergantian. Ibu kantin hanya tersenyum dan segera kembali ke mejanya. "Nih, bakso lo" Cinta menyodorkan semangkok bakso kepada Fahra.
"Mana bekel lo? Bawa sini.". Fahra mengerutkan dahinya. Dengan senang hati Fahra segera memberikan bekalnya pada Cinta. Fahra terkekeh melihat Cinta yang begitu lahap makan.
"3 makanan sekaligus? Cinta kesurupan ya?" tanya Fahra.
"Biasa mah itu. Lo kagak tau aja gue kalau makan dirumah."
"Hmm. Yaudah deh, Fahra makan baksonya ya." mereka berdua makan dengan lahap. Bakso Cinta pun sudah habis. Ia terlihat sibuk memakan bekal Fahra yang hampir habis. Sementara Fahra baru selesai dengan baksonya.
"Cinta.. Kayaknya Fahra harus lakuin sesuatu deh untuk nebus kesalahan Fahra. Harusnya Fahra gak lupa sama ulang tahun Fahrul. Ah Fahra emang bukan sahabat yang baik. Tapi Fahra bisa lakuin apa ya? Apa Fahra buat kue untuk ngasi kejutan ke Fahrul ya?"
Uhukk!