Sebuah rasa cemburu, membuatku melakukan hal yang paling gila. Aku nekat meniduri seorang pria yang sedang koma.
Tahun berlalu dan kini, ada sosok kecil yang membuatku hidup dalam kebahagian. Hingga suatu hari, sosok kecil yang tak lain adalah anakku dan pria yang koma waktu itu, membawaku kembali.
Kembali ke kehidupanku yang dulu. Tempat dimana, aku akan memulai kisah yang baru dari lingkungan yang sama.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dewi wahyuningsih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TES DNA
Nathan kecil masih terus termangu memandang orang yang berdiri dihadapannya.
Karena Nathan tak kunjung kembali, Vanya berjalan untuk menghampiri Nathan dan melihat siapa yang datang. " Sayang, siapa yang datang?
Pandangan Vanya terhenti saat menatap orang yang juga memandanginya dengan wajah sendu. Wajah yang menggambarkan kesedihan dan kerinduan.
" Vanya,....
Vanya kembali mendapatkan kesadarannya. Ia terkesiap mendengar suara yang hampir enam tahun ta ia dengar. " Bibi?...
Dia adalah Istri muda Ayahnya Vanya. Seorang Ibu tiri yang memperlakukannya dengan baik. Air mata jatuh di pelupuk matanya.
" Vanya, apa kabarmu? kenapa tidak langsung memberi kabar kepada kami? " Air matanya semakin deras terjatuh membasahi pipi.
" Masuklah bibi. " Vanya mempersilahkan masuk agar leluasa untuk berbicara. Meski jauh didalam lubuk hatinya menyimpan kekesalan yang teramat dalam kepada sang Ayah, namun wanita yang kini menjadi Ibu tirinya itu, bukanlah orang yang bisa ia benci.
Setelah Ibu tiri Nathan dan Vanya duduk di ruang tamu, Vanya mengawali pertanyaannya.
" Ada apa Bi? " Pertanyaan Vanya mengalihkan tatapan Ibu dari Nathan. Mata tak bisa lepas dari anak kecil yang berparas tampan itu.
" Vanya apa dia anakmu? " Tanya Ibu yang tak menggubris pertanyaan Vanya.
" Iya. " Mendengar jawaban Vanya, Ibu tersenyum dengan genangan air mata di pelupuk matanya.
" Hai sayang, siapa namamu?
" Nathan. " Taka ada ekspresi apapun yang terlihat diwajah Nathan selain tatapan bingung.
" Nama yang sangat bagus dan kau juga memiliki wajah yang tampan. " Ujar Ibu tiri sembari menatap Nathan dengan kekaguman.
" Terimakasih.
" Oya, perkenalkan. Aku adalah nenekmu. Kau bisa memanggilku nenek Nisa. " Ujar Ibu Nisa yang sedari menahan diri untuk tidak memeluk Nathan. Ia merasa takut kalau Vanya tida akan menyukainya jadi lebih baik dia menahannya.
Nathan menatap Vanya meminta kejelasan. Vanya tersenyum dan mengangguk. " Iya. Dia nenekmu.
Nathan bangkit dari posisinya dan langsung memeluk Ibu Nisa. Ini adalah kali pertama Vanya mengenalkan Nathan dengan anggota keluarganya. Tidak bisa dipungkiri, Nathan benar-benar bahagia.
" Nenek, aku senang bertemu denganmu.
Ibu Nisa yang masih terkejut mendapat pelukan secara tiba-tiba, dia semakin terkejut mendengar pengakuan Nathan. Tangan serta tubuhnya gemetar. Ia juga tidak menyangka akan mendapat respon sebaik ini dari putranya Vanya.
Tak terasa, air mata yang sedari tadi menggenang di pelupuk mata jatuh membasahi pipi. Dengan perasaan campur aduk, Ibu Nisa membalas pelukan dari Nathan. Dia juga mengelus kepala Nathan dan menciuminya.
Setelah momen haru itu usai, Vanya kembali bertanya tentang kedatangan Ibu Nisa ke Apartemennya.
" Ada apa Bi?
Ibu Nisa menatap Vanya dengan tatapan sendu.
" Vanya, apa kau ingat? lusa adalah ulang tahun Ayahmu.
Vanya menghela nafasnya. " Tadinya aku lupa.
" Bisakah kau datang ke rumah? kami akan mengadakan pesta untuk beliau. Selama lima tahun terakhir, Ayahmu tidak pernah terlihat bahagia. Dia selalu saja murung. Vanya, Ayahmu sangat merindukanmu.
" Tapi aku tidak merindukannya. " Jawab Vanya tegas.
Ibu Nisa kembali menatap Vanya dengan tatapan memohon. " Vanya, Ibu tahu. Bahkan sangat tahu. Rasa sakit di hatimu sangatlah besar. Tapi cobalah sedikit saja untuk melihat Ayahmu. Dia juga tidak mudah menjalani hidupnya setelah kau pergi. Dia diam-diam menangis memandangi photo mu dan Ibumu. Dia juga sama menderitanya.
Vanya kembali menghela nafasnya. " Dulu, aku sempat berpikir. Jika saja Bibi dan Rina tidak hadir dalam hidupku. Aku pasti akan baik-baik saja. Ayah pasti tidak akan membedakan siapa yang lebih unggul di matanya.
" Maaf..." Ucap Ibu Nisa lirih. Benar. Jika saja dulu ia lebih menolak suaminya itu, pasti tidak akan terjadi hal seperti ini. Tidak akan ada perselisihan yang akarnya adalah anaknya sendiri.
" Sudahlah. Membicarakan masa lalu juga tidak akan ada habisnya. Lagi pula, aku sudah cukup bahagia sekarang ini. Tentang pesta itu, akan ku usahakan datang sebagai tamu. Bukan sebagai Vanya dirgantara. " Ucap Vanya tegas.
Ibu Nisa hanya bisa menggenggam erat tali selempang tasnya. Ingin sekali dia lebih memohon kepada Vanya untuk memaafkan segala kesalahannya. Tapi dilihat dari wajah Vanya yang tak mendukung, Ibu Nisa memilih untuk menahannya.
" Baiklah Vanya. Terimakasih. Sampai bertemu lusa. Sampaikan salamku untuk Nathan. " Ucapan Ibu Nisa diakhiri dengan senyuman.
***
Nath, Lexi dan Kevin sudah berada di sebuah Bar tempat biasa mereka berkumpul.
Tak ada wanita yang menemani mereka seperti para pendatang lainnya. Mereka hanya fokus membicarakan hal-hak penting sembari menenggak alkohol dari pada bermain dengan wanita yang tidak jelas.
" Jadi kau benar-benar sudah resmi membatalkan pernikahanmu? " Tanya Lexi yang masih tak percaya. Bagaimana tidak? sahabat yang satu ini terlihat selalu mesra dan baik-baik saja. Bagaimana mungkin bisa sampai begini? batinnya.
" Iya. " Jawab Kevin sembari meletakkan gelas ke meja.
" Ckckck.... Kasihan sekali Pak Dokter yang satu ini. " Ejek Lexi sembari menggelengkan kepala beberapa kali.
" Aku tidak butuh belas kasihan mu yang terlihat terpaksa. " Kesal Kevin sembari menatap tajam Lexi.
" Mau ku kenalkan dengan wanita?
" Ck...! harusnya kau pakai wanita itu untukmu. Dasar jomblo permanen!
" Kau bilang apa?! " Lexi.
" Jomblo permanen. " Kevin.
" Jangan menghinaku. Khawatirkan dirimu juga. Jangan sampai, gelar itu berpindah padamu.
" Dasar gila! banyak wanita yang mengantri untuk menjadi kekasihku. " Tegas Kevin sembari tersenyum bangga.
" Cih! sok ganteng.
" Nath? kenapa kau diam saja? " Tegur Leci yang merasa keheranan. Sedari tadi, sahabatnya ini hanya diam sembari menatap gelas yang ia genggam.
" Nath! " Kevin meninggikan suaranya karena Nath masih tak merespon.
Nath terperanjak langsung menatap Kevin dan Lexi bergantian. " Apa?
" Ada apa tanya Kevin.
" Aku masih memikirkan soal yang tadi. " Ujar Nath kaku menenggak kembali sisa minuman yang ada di gelasnya.
Lexi dan Kevin tersenyum sembari saling menatap.
" Apa yang membuatmu terus memikirkannya? " Tanya Kevin.
" Aku takut.
Kevin dan Lexi kompak mengerutkan dahinya karena bingung. " Apa yang membuatmu takut? " Tanya Lexi dan Kevin bersamaan.
" Aku takut kalau ternyata anak itu adalah anakku. Aku takut Vanya akan mengakhiri hubungan ini. " Nath tertunduk lesu. Membayangkan Vanya meninggalkannya saja, sudah membuat moodnya buruk. Dia bahkan tidak semangat melakukan apapun.
Lexi dan Kevin saling melempar senyum. Iya. Kevin dan Lexi sudah mengetahui tentang Nathan dan Vanya. Mereka sengaja tidak memberi tahu tentang ini karena ingin menjahili serta melihat keseriusan yang dimiliki Nathan kepada Vanya.
Lexi menepuk punggung Nath beberapa kali untuk menenangkannya. " Sudahlah Nath. Tidak perlu dipikirkan. Jika Vanya benar-benar mencintaimu, dia tidak akan memperdulikannya. Dia juga pasti akan menerima bocah itu.
Kevin menganggukkan kepalanya. Ia tahu, saat ini bercandanya memang kelewatan. Tapi ini juga ia gunakan sebagai pengujian cinta untuk Nath dan Vanya. Lagi pula, Kevin baru akan menemui Nathan dan mencari cara agar bisa melakukan DNA tes.
" Nath, jika kau tidak keberatan, aku akan mencari cara untuk tes DNA.
To Be Continued.