Kisah ini menceritakan tentang pernikahan di usia yang terbilang masih sangat belia, ALZAIRA KIANA PUTRI gadis cantik yang banyak di idolakan kaum Adam di sekolahnya. Zaira seorang siswi di SMA Darma Bangsa dia termasuk primadona di sekolahnya. banyak para siswa yang mencoba mendekatinya namun selalu saja ditolaknya karena Zaira di larang berpacaran oleh ayahnya yaitu HENDRA WIRATMAJA.
HENDRA melarang putri kesayangannya berpacaran karena ia dan sahabatnya yaitu SAMUEL AFRIZAL DINATA sudah merencanakan untuk menjodohkan anak-anak mereka.
BAGASKARA AFRAZA DINATA anak sulung dari pasangan Suami istri Samuel dan Maria, Azka pria tampan berumur 25 tahun. Azka mempunyai adik perempuan yang bernama FARISA MELIANI DINATA dan seumuran dengan Zaira yaitu berusia 17 tahun.
Bagaimana reaksi Ziara setelah tau bahwa dirinya sudah dijodohkan dengan pria yang jauh lebih dewasa dari dirinya. akankah ia menerima perjodohan yang direncanakan oleh kedua orangtuanya.
simak kelanjutan ceritanya ya...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon dianshen, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Zaira dan Azka
Zaira turun dari mobil Lia dan masuk ke dalam mobil Azka. Lia melambaikan tangannya begitu juga Zaira mereka pun berpisah.
Azka melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, Zaira menyenderkan tubuhnya ke jok mobil lalu memejamkan mata.
" Kenapa, apa hari ini begitu melelahkan?" tanya Azka membuyarkan keheningan.
Zaira membuka matanya lalu menoleh ke arah Azka dan menggelengkan kepalanya. " Tidak" jawab Zaira singkat
" Lalu kenapa, apa kamu tidak suka pergi denganku?" tanya Azka
" ahh... tidak bukan begitu hanya saja..!" ucapan Zaira menggantung
" Hanya saja apa?" tanya Azka lembut
" Aku... , ah tidak apa-apa?" ucap Zaira tersenyum tipis dan mengibaskan tangannya ke udara. " kakak sebenarnya mau mengajak aku kemana?" tanya Zaira mengalihkan pembicaraan.
" Jangan pernah menutupi apapun dari ku, aku gak suka kalau kau menyembunyikan hal apapun dari ku karena aku adalah suamimu. ingat itu!" ucap Azka tegas membuat Zaira terkesiap dan sulit menelan salivanya.
" Iya kak!" ucap Zaira menunduk.
" Dan satu lagi disekolah kau memang muridku wajar jika memanggilku pak tapi diluar sekolah aku tidak ingin kau masih memanggilku dengan panggilan kakak!" ucap Azka tanpa menoleh
" Iya maaf mas!" sahut Zaira
" Hari ini aku akan membawamu kesuatu tempat dan aku harap kamu menyukainya" Azka menoleh ke Zaira yang masih menunduk lalu meraih tangannya menggenggamnya erat dan dikecupnya lembut.
Zaira terkejut dengan sikap hangat Azka yang secara tiba-tiba itu, ia menatap lekat wajah tampan suaminya tersebut dan berusaha mengendalikan degup jantungnya yang berpacu sangat cepat.
" Kau adalah isteri kecilku, aku ingin apapun yang terjadi tetap aku yang akan menjadi sandaran mu dan tempat berbagi suka dan dukamu. kita jalani bahtera rumah tangga ini dengan saling jujur, rasa saling percaya satu sama lain saling berbagi dan saling menerima kekurangan dan kelebihan satu sama lain" ucap Azka dengan tangan masih menggenggam erat tangan Zaira.
Tiada kuasa air mata Zaira meluncur begitu saja, Azka yang melihat Zaira menangis langsung menepikan mobilnya.
" Maafkan aku sayang jika kata-kata ku tadi membuatmu merasa tidak nyaman dan terbebani. aku mohon jangan menangis lagi aku tidak sanggup bila melihatmu seperti ini" ucap Azka membuka seat belt nya dan menghadap ke arah Zaira.
Azka mengusap air mata yang menetes membasahi pipi mulus Zaira dengan ibu jarinya. " Aku mohon jangan menangis, maafkan aku!" ucap Azka dengan sangat lembut.
Zaira menggeleng matanya menatap mata Azka lekat dan seketika Zaira berhambur memeluk tubuh Azka dengan erat.
" Ak..aku merasa sangat bersyukur memiliki mas Azka sebagai suami aku. aku akan belajar dan berusaha menjadi isteri yang baik. mas Azka harus membantu aku dan membimbing aku agar bisa menjadi isteri yang mas Azka harapkan." ucap Zaira disela tangisnya.
" Kau pun begitu, ingatkan mas dan tegur mas jika mas berbuat salah dan terlalu membebani hidup kamu" ucap Azka dengan tangan mengelus lembut pucuk kepala Zaira.
" Ceritakan apapun yang tengah kamu rasakan, baik disekolah maupun di rumah" ucap Azka lagi
" Iya mas" sahut Zaira lalu mengurai pelukannya.
Zaira menunduk ingin ia ceritakan tentang Mario kepada Azka tapi ia takut masalah akan bertambah rumit namun jika ia tidak cerita bagaimana jika nanti Azka tahu sendiri dari orang lain yang ada dia pasti ia akan membuat Azka kecewa.
melihat raut wajah Zaira yang murung membuat Azka cemas. ia meraih dagu Zaira dan mengangkatnya pelan agar menghadap ke arahnya. tatapan mata keduanya bertemu Zaira tidak kuasa lagi memendam kegelisahan yang seharian ini menghantuinya.
" Kamu kenapa?" tanya Azka dengan suara yang sangat lembut
" Mas sebenarnya aku...!" Zaira menggantungkan ucapannya.
" Kamu sebenarnya kenapa sayang?" Azka mengelus pipi Zaira pelan membuat Zaira meremang dan hatinya menghangat.
" Sebenarnya aku merasa tidak nyaman disekolah hari ini" jujur Zaira.
" Tidak nyaman, kenapa?" tanya Azka penasaran.
" Emmmm... tapi mas janji tidak akan marah ya" Zaira saat ini merasa takut jika cerita pada Azka laki-laki itu akan marah besar. Zaira merasa ragu untuk mengatakan yang sebenarnya.
" Mas sudah bilang kan jangan pernah menutupi atau menyembunyikan apapun dari mas, ingat mas ini suami kamu yang memiliki tanggung jawab penuh atas diri kamu sebagai isteri mas" tutur Azka mengingatkan Zaira.
" Iya mas aku tahu, tapi aku takut jika aku cerita akan menimbulkan masalah untuk mas di sekolah" Zaira meremas jari jemarinya.
Azka kembali membawa Zaira ke dalam pelukannya. " Apa yang kamu takutkan hemm... ?" tanya Azka lembut " Apapun yang terjadi suamimu ini pasti akan selalu berusaha melindungi dan menjagamu sayang" tambahnya lagi.
" Sebenarnya aku merasa tidak nyaman aja mas dengan tatapan seorang siswa di sekolah, apalagi dia itu salah satu siswa yang selalu sering membuat masalah di sekolah. ya aku takut aja karena dia itu terkadang suka berbuat seenaknya dan nekat" jujur Zaira
" Maksud kamu si Rio.. Rio.. siapa yang mas lupa" ucap Azka sambil mengingat-ingat nama siswa yang memang terkenal pembuat masalah
" Mario!" Zaira mengingatkan.
" Iya Mario, jadi anak itu sudah mengganggu kamu? tapi kamu tidak apa-apa kan?" tanya Azka khawatir.
" Aku gak apa-apa mas karena sedari tadi aku selalu berusaha menghindari anak itu" jawab Zaira
" Syukurlah!" Azka menghela napas panjang. " ya sudah mulai sekarang Kamu harus lebih hati-hati lagi jangan pernah pergi sendiri kalau ada apa-apa langsung hubungi mas!" ucap Azka.
" Iya mas"
" Sekarang kita lanjutkan perjalanan kita ya, jangan cemas lagi mas pastikan anak itu tidak akan berani lagi mengganggu kamu jika dia nekat mas sendiri yang akan memberi hukuman untuknya" Azka menyalahkan kembali mesin mobilnya dan mobil pun melaju dengan kecepatan sedang menuju ke suatu tempat yang tidak Zaira ketahui sama sekali sebelumya.
Mobil Azka saat ini sudah terparkir di sebuah halaman rumah yang tidak terlalu besar dan Juga tidak terlalu kecil. rumah dua lantai dengan dihiasi taman bunga di halaman depannya dan juga dibagiin belakang ada kolam renang kecil serta sebuah gajebo tempat untuk bersantai. rumah minimalis yang bercat warna putih dan sedikit sentuhan warna hijau daun membuat kesan rumah itu terlihat sejuk dan nyaman.
" Mas ini rumah siapa, bagus banget!" ucap Zaira terpesona setelah keluar dari dalam mobil dan merasa kagum dengan pesona rumah yang kini ada di hadapannya pandangannya pun mengedar ke seluruh sudut rumah tersebut.
" Nanti juga kamu akan tahu sendiri, ayo masuk" ajak Azka meraih tangan Zaira dan menggandengnya.
Tokkkk... tokkkk...
Azka mengetuk pintu dan tidak lama seorang wanita paruh baya keluar.
" Assalamu'alaikum mbok!" sapa Azka
" Wa'alaikum salam, den Azka!" sahut mbok Iyem dengan sopan
" Mbok kenalin ini Zaira, dia ini...!" ucapan Azka terpotong oleh si mbok.
" Ini non Zaira yang cantik dan ayu, pasti isteri den Azka, iya kan!" mbok Iyem menebak.
" Mbok Iyem betul banget, yang cantik dan ayu gemesin ini memang isteri kecilku mbok" ucap Azka merangkul bahu Zaira.
sementara Zaira hanya tersenyum tipis dan tersipu malu.
" Yaudah mari den, non Zaira silahkan masuk" ucap si mbok
" Makasih ya mbok" ucap Zaira dan juga Azka bersamaan.
Zaira masuk kedalam rumah tersebut, ia masih dibuat kagum dengan dekorasi warna dan juga tata letak barang-barang yang ada di dalam rumah tersebut apalagi menurut Zaira semua sesuai dengan selera dia banget. Azka hanya senyam-senyum sendiri melihat Zaira yang terlihat begitu mengagumi rumah tersebut.
" Mas ini sebenarnya rumah siapa sih, kok kita main masuk aja padahal dari setadi tuan rumahnya aja belum kelihatan?" ucap Zaira dibalik rasa penasarannya.
" Sudah santai saja yang punya rumah tidak akan keberatan kok kalau kita lihat-lihat isi rumahnya" sahut Azka santai.
Zaira hanya mengangguk dan pandangannya masih menjelajahi setiap sudut ruangan.
" Ayo!" ajak Azka meraih pergelangan tangan Zaira lalu menaiki anak tangga.
" Mas!" panggil Zaira lirih
" Tenang aja, ayok!" Zaira pun tidak bisa menolak saat Azka menggandeng tangannya menaiki anak tangga dan menuju sebuah kamar.
Saat berada di depan sebuah kamar, Zaira menarik-narik lengan Azka. " Mas apa tidak akan masalah kita main masuk kamar orang sembarangan. ini sangat tidak sopan mas !" ucap Zaira yang merasa tidak enak.
" Kamu gak usah pikirkan itu, ayo masuk!" Azka membuka pintu kamar lalu masuk ke dalamnya namun tidak dengan Zaira ia masih berdiri mematung di depan pintu kamar tersebut.
Azka menoleh, melihat Zaira yang masih diam saja mau tidak mau Azka menarik tangan Zaira.
Setelah masuk ke dalam kamar tersebut betapa tercengangnya Zaira melihat kamar yang berukuran cukup luas, ada tempat tidur yang berukuran king size, sofa yang cukup besar bisa buat bersantai dan juga balkon yang sangat indah dihiasi rumput dan bunga-bunga yang sangat indah. yang membuat Zaira sedikit aneh di kamar tersebut ternyata ada sebuah meja belajar.
" Mas apa penghuni kamar ini masih seorang pelajar juga?" tanya Zaira dengan pandangan mata mengarah ke meja belajar yang berada dipojok ruangan.
" Kamu benar sayang yang punya kamar ini masih sekolah" ucap Azka santai " dan dia juga murid suamimu di sekolah." tambahnya lagi.
" Maksud mas dia satu sekolah dengan ku?" Azka tersenyum dan mengangguk tapi tidak dengan Zaira wajahnya berubah masam.
" Kenapa?" tanya Azka melihat wajah Zaira yang ditekuk meraih tangannya.
" Apa dia cantik pasti lebih cantik dari aku ya mas? lalu kenapa mas membawa aku kesini. apa maksud mas sebenarnya jangan-jangan mas mau....!" Zaira menghentikan ucapannya dan menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Tidak aku tidak mau" Zaira menghempaskan tangan Azka dan bergerak mundur.
" Tidak mau apa sayang? jangan bilang kalau kamu berpikir mas akan.. Haha...!" seketika tawa Azka pecah dia tahu apa yang ada di dalam benak isteri kecilnya.
" Dasar bodoh!" Azka menyentil dahi Zaira dan membuat Zaira meringis memegang dahinya.
" Gadis itu memang sangat cantik, imut lucu dan sangat menggemaskan!" ucap Azka
" Mas menyukainya?" tanya Zaira walau dalam hati merasa kecewa.
" Tentu saja, siapa yang tidak menyukai gadis secantik itu. apalagi kalau sudah tersenyum wajahnya bertambah kecantikannya. tapi sayangnya...!" Azka berhenti berucap membuat Zaira bertambah kesal
" Sayangnya apa, sayangnya mas sudah menikah dengan ku iya. mas menyesal sekarang iya kan?" Zaira tidak bisa menahan rasa kecewa dan sakit hati yang ia rasakan saat ini. Zaira pun menjatuhkan dirinya ke lantai dan menangis.
" Jika mas menyesal dan tidak bahagia dengan pernikahan ini aku akan mundur mas. aku tidak mau karena aku mas kehilangan kebahagiaan" ucap lirih Zaira sambil terisak.
Azka tertegun dengan respon Zaira yang diluar dugaannya. Azka tersenyum bahagia ternyata dia tidak salah memutuskan untuk menikahi gadis yang kini tengah menangis di hadapannya. Azka berjongkok di hadapan Zaira.
" Kau tahu inilah yang membuat aku semakin jatuh hati kepada wanita itu, hatinya begitu tulus dan aku tahu sebenarnya dalam hati kecilnya dia juga sangat mencintaiku" ucap Azka lembut namun membuat Zaira semakin sesenggukan.
" Mas jahat kenapa tidak bicara dari awal sebelum aku...!" ucapan Zaira menggantung dia rasa percuma mengatakan apa yang ia rasakan saat ini.
" Sebelum apa hemm?" tanya Azka seraya mengangkat bahu Zaira dan membawanya duduk di tepi tempat tidur.
" Kau tahu gadis itu yang sudah membuat aku setiap hari merasa gelisah, dan setiap berada di sekolah rasanya aku ingin mengurungnya saja di ruang peralatan olahraga. aku takut kalau dia di rebut laki-laki lain apalagi usia kami terpaut jauh. " ucap Azka santai dengan senyum sedikit mengukir wajah tampannya.
" Kau tahu gadis yang berada di foto itu yang selalu membuat hari-hari ku tidak tenang karena selalu ingin berdekatan dengannya" Azka menunjuk ke arah bingkai foto yang cukup besar yang menempel di dinding kamar. entah apa yang tengah dirasakan Zaira sampai foto sebesar itu terpajang di dinding dia tidak menyadari sedikitpun.
Zaira terkejut bukan main. foto saat ia memakai kebaya pengantin dan disaat itulah ia dan Azka bertemu sebagai sepasang suami istri namun harus berpisah karena ada hal penting yang harus Azka kerjakan di luar negeri.
" Mas foto itu!" ucap Zaira membelalak merasa tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.
" Kenapa masih berpikir yang aneh-aneh?" goda Azka mencubit hidung Zaira gemas.
" Rumah ini dan kamar ini milik orang yang berada di foto itu" Azka menunjuk ke arah bingkai foto dirinya dan Zaira.
Zaira tidak dapat berkata apa-apa lagi ia menutup mulutnya dengan tangan merasa ini benar-benar seperti mimpi.
" Gak ada gadis lain selain kamu sayang, dan sayangnya aku belum bisa menjadikan isteriku ini menjadi isteriku seutuhnya!" ucap Azka menaik turunkan alisnya.
" Maksud mas Azka?" tanya Zaira pura-pura polos.
" Sudahlah tidak perlu di bahas!" Azka memutar bola matanya malas sementara Zaira menahan tawanya.
" Terima kasih ya mas!" ucap Zaira lalu mengecup pipi Azka sekilas dan berlari keluar kamar. Azka yang masih tertegun dengan sikap Zaira barusan hanya bisa tersenyum dan menggeleng.
Ini anak tiri nya Dokter Ariel,Duh kasihan banget Dokter Ariel,Kapan sih bahagia dgn hadis pilihannya, Outhor sih kayaknya dendam banget dengan dokter Ariel..🤭