Miranda adalah seorang jurnalis wanita berusia 29 tahun di sebuah majalah sport di Toronto, Kanada. Impian sebagai seorang penulis buku dia hentikan setelah bertemu Jeff, kekasihnya. Selama dua tahun mereka tinggal bersama, Jeff dengan teganya berselingkuh dan membuat Miranda jatuh di titik terendah hidupnya.
Di saat kegalauan itu datang, Miranda diperintahkan atasannya untuk kembali menulis buku. Sebuah buku biografi dari mantan atlet nasional rugby yang kini menjadi seorang pelatih terkenal bernama Rick. Pria berusia 51 tahun yang baru kehilangan istri yang dicintainya karena kanker.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Biran ASMR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 28
Para pemain terlihat sedang berlarian cepat di lapangan.
“Go! Go! Go!” teriak Rick memacu semangat para pemain.
Nat memperhatikan para pemain sambil mencatat performa stamina pemain barunya itu. Rick memperhatikan stopwatch di genggamannya dan menempelkan peluit di bibir. “Prrriitt! Istirahat!”
Para pemain mulai berpencar menuju ruang ganti untuk beristirahat makan siang.
“Bagaimana menurutmu?” tanya Nat pada Rick mengenai para pemain baru.
“Masih jauh dari ekspektasiku. Kita masih butuh waktu untuk berlatih. Jadwalkan pertandingan persahabatan dengan tim lain sebagai ajang pelatihan mental,” ucap Rick.
Nat mengangguk. “Okay.”
Dari kejauhan muncul seorang wanita muda berjalan menghampiri dengan ekspresi wajah haru. Rick mengernyitkan dahi, Nat segera menghampiri wanita muda itu.
“Ada yang bisa aku bantu?” tanya Nat pada wanita muda di hadapannya.
“Namaku Cindy. Aku mau ada keperluan dengan Rick Foley,” ucap wanita muda yang bernama Cindy itu.
Nat menoleh pada Rick kemudian memberi isyarat pada Rick untuk mendekat. Saat Rick berdiri
di hadapannya, Cindy dengan wajah bahagia segera memeluk ayah yang dia rindukan selama ini.
Rick dan Nat terkejut melihat Cindy memeluk Rick.
“Ayah, aku merindukanmu!” ucap Cindy.
Kalimat yang diucapkan Cindy lebih mengejutkan dari pada pelukannya. Rick dan Nat saling menatap. Nat menatap dengan penuh tanda tanya meminta penjelesan, sementara Rick menatap dengan tak habis pikir.
“Whoa.. calm down, kid!” Rick berusaha melepas pelukan Cindy. “Aku tidak mengerti dengan maksudmu.”
“Kau masih ingat dengan Lily Mason delapan belas tahun yang lalu? Aku adalah anak kalian berdua,” jelas Cindy tanpa basa-basi.
Bagaikan terkena petir di siang bolong, Rick benar-benar tak habis pikir dengan apa yang telah terjadi saat ini. Nat segera menarik Rick.
“Maaf, permisi sebentar!” ucap Nat pada Cindy.
Rick dan Nat menjauh dengan jarak yang cukup jauh dari jangkauan dengar Cindy.
“Rick! Apa benar dia anakmu?!” tanya Nat, berusaha menahan emosinya.
“Aku pun tidak tahu, Nat! Apa pernah aku menyebutkan seorang anak padamu? Tidak pernah!” jawab Rick.
“Lalu apa kau kenal dengan Lily Mason? Delapan belas tahun lalu? Apa kau pernah mengkhianati Rachel?” tanya Nat lagi.
Rick meremas rambutnya kesal. Dia tak bisa menyangkal apa yang dikatakan Nat. Ya, dia pernah mengkhianati Rachel.
“Aku pernah melakukan kesalahan Nat, dan Rachel memaafkanku. Aku tidak pernah bertemu dengan Lily lagi,” kata Rick.
Nat kini mulai kesal. “Kalau begitu, rasakan sendiri akibat perbuatanmu!”
Rick menghentikan langkah kaki Nat. “Nat, tolong jangan beri tahu Miranda. Biar aku yang melakukannya!”
Nat menggeleng, tak tahu harus bilang apa-apa lagi. Dia pun pergi meninggalkan Rick dan Cindy di lapangan. Rick mendekati wanita muda yang katanya anaknya itu.
“Maafkan aku, jika kedatanganku membuatmu terganggu,” ucap Cindy dengan perasaan tak enak hati.
Rick menghela nafas lelah. “Well, hanya saja waktunya tidak tepat. Dimana ibumu?”
“Ibu kini menjadi pecandu alkohol, dia mengusirku dan menyuruhku untuk mencarimu,” kata Cindy.
Rick mengusap mukanya kemudian membawa Cindy pergi dari stadion.
***
Rick memperhatikan Cindy yang tengah mengunyah makanan di hadapannya. Dia mencari sesuatu yang membuatnya terlihat mirip dengannya. Hanya warna rambut. Sewaktu muda, Rick memang berambut pirang sama seperti Cindy. Sementara sisanya lebih mirip dengan Lily.
Pikirannya melayang ke 18 tahun lalu. Dia begitu mabuk setelah bertengkar dengan Rachel. Di dua tahun pernikahannya dengan Rachel, mereka masih belum dikaruniai seorang anak dan itulah yang memicu percekcokan di antara keduanya. Pada saat perselisihan terjadi, Rick menghabiskan malamnya di bar dan dia bertemu dengan Lily di sana.
Lily adalah seorang penyanyi bar yang sedang bersinar saat itu. Rick sempat tergoda pada Lily hingga dia beberapa kali menghabiskan malam di apartemen Lily saat Rick cekcok dengan Rachel. Rick mengakui bahwa dirinya memang bajingan pada saat itu. Tapi ketulusan Rachel yang meaafkannya, membuatnya merasa jera dan tak lagi berselingkuh.
“Apa yang kau lakukan di sini? Maksudku, selain mencariku,” tanya Rick.
Cindy menyimpan sisa hotdog yang tinggal seperempat. Dia terdiam. Dia datang ke Toronto memang ingin bertemu ayahnya dan berharap ayahnya bertanggung jawab atas masa depannya.
“Aku ingin menjadi anakmu,” jawab Cindy.
Rick terdiam. Dia masih tidak percaya dengan apa yang terjadi hari ini. Mengakui bahwa Cindy adalah anaknya atau tidak. Ya, dia memang telah tidur dengan ibunya. Tapi dia tidak yakin Lily mengandung anaknya. Tapi jika memang benar Cindy anaknya, dan dia tidak mengakuinya, dia akan menjadi bajingan untuk kedua kalinya.
Bagaimana dengan Miranda? Tidak mungkin dia tiba-tiba memberitahu wanita yang baru saja dia nikahi itu tentang kenyataan kelam di masa lalunya.
“Apa kau tidak yakin aku anakmu? Kau bisa melakukan tes DNA padaku, jika memang aku bukan anakmu, tak apa. Aku akan tetap di Toronto untuk bekerja. Aku tidak akan mengganggumu lagi,” ucap Cindy.
Rick mengusap wajahnya sekali lagi.
“Dimana kau tinggal saat ini?” tanya Rick kemudian.
“Di losmen Triple M. Aku hanya menyewanya untuk dua malam. Setelah bertemu denganmu, dan jika kau mengakuiku sebagai anakmu, aku ingin tinggal bersamamu.”
Rick menggeleng keras. “Tunggu dulu. Aku akan membayar sewanya untuk beberapa hari ke depan. Dengar, bukan aku tidak mau mengakuimu sebagai putriku, tapi aku butuh waktu untuk mencerna semua ini. Aku memiliki seorang
isteri. Aku butuh waktu untuk membicarakan ini dengannya. Apa kau mengerti?”
Cindy mengangguk. “Baiklah kalau begitu.”
“Apa kau sekolah?”
“Aku berencana untuk melanjutkan kuliah di Canada University. Tapi aku tidak mempunyai uang untuk itu.”
“Okay. Kau belajarlah dan persiapkan dirimu untuk mengikuti ujian masuk. Jika kau berhasil, aku akan membantumu.”
Cindy tersenyum dengan mata yang berbinar-binar. Akhirnya dia bertemu dengan seorang ayah yang mau membiayainya. Selama ini dia hidup dengan penuh kesulitan bersama ibunya. Dia bahkan melakukan part time untuk membantu ibunya membiayai hidup. Meski uangnya lebih sering dipakai ibunya untuk membeli minuman.
***
Miranda membuka apron dari badannya setelah selesai memasak makanan untuk makan malam. Dia membawa dua piring steak dari meja island menuju meja makan. Di meja makan sudah terdapat semangkuk besar salad dan mashed potato. Tak lama pintu terbuka dan Miranda tersenyum saat melihat suaminya pulang.
“Hai, honey! Ayo kita makan malam!” seru Miranda sambil tersenyum pada suaminya.
Rick menatap wajah isterinya yang begitu bahagia melihat kedatangannya. Dia tidak akan pernah merusak senyuman itu dari wajahnya. Miranda menangkap raut wajah penuh lelah dari Rick. Dia segera menghampiri suaminya.
“Apa yang terjadi?” tanya Miranda.
Rick menggeleng. “Hanya lelah, pemain baru yang berlatih hari ini jauh dari ekspektasiku,” jawab Rick.
Miranda memeluk Rick. “It’s okay, mereka masih punya waktu untuk berlatih.”
Rick mengangguk, kemudian mereka berdua duduk di meja makan untuk makan malam. Rick berusaha untuk bertingkah sewajarnya. Hari ini adalah hari yang memlelahkan baginya.
***