My Sexy Old Man
'BRUG!'
'BRUG!'
Miranda melemparkan barang-barang Jeff dari dalam lemarinya. Dengan deraian air mata dan maskara yang luntur, hatinya hancur berkeping-keping setelah memata-matai kekasihnya, Jeff yang telah berubah akhir-akhir ini.
Sampai pada puncaknya, Miranda memergoki Jeff masuk ke dalam kamar hotel bersama Jenifer yang tak lain adalah temannya sendiri saat kuliah.
Jeff masuk ke dalam apartemen dan melihat barang-barangnya berserakan di lantai. Menyadari sesuatu yang buruk telah tercium oleh kekasihnya, dia langsung berlari masuk ke dalam kamar dan melihat keadaan kamar yang lebih kacau dari ruang depan.
Kaca-kaca berserakan dan Miranda duduk di lantai sambil menangis. Jeff segera memeluk Miranda.
"Apa yang terjadi?!" teriak Jeff yang pelukannya segera dihardik Miranda.
"Pergi sana baji**an!" teriak Miranda.
"Kenapa kau seperti ini?!"
"Aku sudah tau permainan busukmu dengan Jenifer di belakangku!"
Akhirnya permainan kotor yang dia sembunyikan selama ini dengan rapi terbongkar juga. Tapi dia sama sekali tidak ingin kehilangan Miranda dari hidupnya. Segera dia menunduk setengah bersujud pada wanita di hadapannya.
"Maafkan aku sayang! Aku tidak akan melakukannya lagi! Aku sudah selesai dengan Jenifer! Tolong maafkan aku!"
"Persetan dengan itu! Pergi! Aku tidak ingin melihatmu lagi!"
Miranda berdiri dan hendak pergi karena tidak tahan melihat wajah lelaki yang dulu amat dia cintai ini.
Jeff memeluk tubuh Miranda dari belakang dan mulai menangis. "Kumohon sayang! Aku tidak ingin kehilanganmu! Maafkan aku!"
Miranda meronta. "Lepaskan! Aku tidak ingin melihatmu lagi! Pergi! Ambil barang-barangmu!"
Miranda berhasil lepas dari rangkulan Jeff. Dia mengusap wajahnya kasar.
"We're done, Jeff!" kata Miranda tegas.
***
Sore itu hujan rintik-rintik. Langit bahkan seperti ikut menangisi kepergian malaikat yang jatuh ke bumi. Kini malaikat itu harus terbang lagi ke langit.
Rick terduduk di atas pusara istri yang diacintai. Pemakaman telah selesai setengah jam yang lalu, tapi dia masih terkulai lemas di sana. Menatap foto istrinya yang tersenyum cantik.
"Istriku," hatinya pilu, ada sesak di dada tapi air mata tak bisa dia keluarkan.
Dia sudah lama sekali melatih dirinya agar tak mudah menangis karena dia seorang atlet yang harus memiliki jiwa yang tangguh. Tapi kali ini, dia ingin menangis.
Hujan semakin deras. Rambut abu-abu panjangnya mulai basah. Rick berdiri dan pergi dari tempat itu. Lelaki itu terus berjalan mengikuti jalanan, dia tinggalkan mobilnya di area parkir pemakaman. Rick berjalan terus sampai akhirnya melihat sebuah jembatan besar.
Sampai di tengah jembatan, dia berdiri menghadap sungai besar yang langsung bermuara ke lautan lepas. Mobil berkecepatan tinggi terus berlalu-lalang menghiraukan lelaki itu.
"AKU MEMBENCIMUUU JEEFFFF!!!!"
Suara teriakan yang melengking membuat lelaki itu menoleh ke arah kanan. Dari kejauhan dia melihat sosok seorang wanita muda yang naik ke atas pembatas jembatan, layaknya seseorang yang hendak terjun bunuh diri.
Sebenarnya, Rick siap berlari dan mencegah wanita itu untuk terjun. Tapi dia hanya terus menatap, seolah percaya pada wanita itu bahwa dia tidak akan bunuh diri.
Benar saja, setelah berteriak dengan kata yang sama berulang-ulang, wanita muda itu turun dari pembatas jembatan lalu pergi.
Entah apa yang ada dalam pikirannya, tapi lelaki itu mengikuti apa yang wanita tadi lakukan. Dia naik ke pembatas jembatan dan berteriak sekuat-kuatnya.
"AKU MENCINTAIMUUU RACHEEEEL!!!!"
***
Apartemennya kini sudah kembali rapi. Miranda mengecek lemarinya dan benar saja, barang-barang mantan kekasihnya sudah tidak ada. Plus Jeff merapikan kembali apartemen yang sudah dia porak-porandakan.
Malam ini jiwa dan raganya lelah. Dia pun tertidur di kasurnya yang dingin, tanpa adanya Jeff di sampingnya. Dia sangat mencintai Jeff tapi pengkhianatannya tidak termaafkan. Dia sangat membenci pengkhianatan. Lagi, dia menangis sampai terlelap.
Matahari pagi menyapa. Tapi Miranda sangat malas memulai hari ini. Semalam adalah hari yang sangat berat.
'Ting Tong'
Bel apartemennya berbunyi. Lama bel itu berbunyi, akhirnya Miranda membuka pintu dengan malas. Dia menatap wanita berambut pirang yang tinggi semampai seperti model. Jenifer.
"Miranda. Aku..." kata Jenifer yang langsung dipotong oleh kibasan tangan Miranda.
"Aku tak ingin mendengar apapun lagi. Aku ingin kau pergi, aku sudah selesai dengan Jeff. Kini kau bisa pergi dengan bebas bersamanya."
Wajah Jenifer kini tidak terlihat meminta maaf.
"Kedatanganku ke sini hanya ingin berterima kasih padamu. Berkatmu, semalam Jeff pulang ke apartemenku. Kini aku dapat memilikinya seutuhnya tanpa ada penghalang di antara kami!" katanya, sinis.
Emosinya kembali naik, tapi tubuhnya lelah. "Enyahlah kau!"
'BRAK!'
Miranda membanting pintu di depan muka Jenifer yang tidak tahu diri. Membuat Jenifer semakin berteriak kesal yang tak lagi terdengar oleh Miranda yang melengos ke kamar mandi.
Di bawah kucuran shower, Miranda menutup matanya dan kenangan akan kehadiran Jeff kembali terngiang. Biasanya Jeff memeluknya dari belakang sambil mandi bersama, membuatnya betah berlama-lama di kamar mandi.
Tapi kini, Miranda segera membuka mata dan mematikan shower lalu keluar dari sana begitu wajah Jenifer terlintas di benaknya.
Setelah bersiap di dengan kaos oblong dan celana jeans sobek-sobek dan sepatu ketsnya, dia keluar dari apartemen lalu memacu mobilnya ke area perkantoran di kota Toronto.
Dia berhenti di sebuah gedung bertuliskan Rabbit. Sebuah kantor penerbitan sekaligus rubrik majalah sport di Kanada. Perusahaan itu memang tidak terlalu besar, tetapi selalu konsisten dalam menyuguhkan berita berbobot dan mempunyai pembaca tersendiri di kalangan pecinta olahraga.
Miranda mengalungkan id card-nya sebagai tanda bahwa dia adalah karyawan di tempat itu. Dia duduk di kubikel milikinya dan melihat foto dirinya bersama Jeff di meja kerja, di samping monitor komputer. Dengan segera dia membuang foto itu ke tempat sampah di bawahnya.
"Apa yang terjadi?" tanya Clara begitu dia melihat Miranda yang membuang fotonya bersama sang kekasih.
Clara yang merupakan rekan sesama jurnalis sekaligus sahabatnya, keluar dari kubikel miliknya dan masuk ke dalam kubikel Miranda.
"Aku sudah selesai dengannya. Dia selingkuh dengan teman kuliahku. Mungkin sekarang dia bukan temanku lagi," kata Miranda yang tidak bisa menutup-nutupi apapun dari sahabatnya ini.
Clara memeluk sahabatnya dan memberikan transfer energi, meski dia tahu bahwa pelukan itu tidak dapat mengubah apapun.
"Dasar lelaki hidung belang! Bisa-bisanya dia menyakiti hati sahabatku! Awas saja kalau ketemu!" kata Clara ikut kesal pada Jeff.
"Sudahlah! Aku bahkan tidak ingin bertemu dia lagi," kata Miranda melepaskan pelukannya. "Ayo kembali bekerja!"
Mereka berdua kembali ke pekerjaannya. Miranda membuka emailnya dan mendapatkan kabar dari mata-matanya. Sebagai seorang jurnalis yang harus up to date, Miranda sengaja membayar beberapa pencari berita bayangan yang khusus memberinya info terhangat mengenai para atlet nasional. Bayarannya hanya berdasarkan seberapa bagus berita itu.
Dan mata Miranda terbelalak mendapatkan berita duka yang dikirimkan mata-matanya.
♤♤♤
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Yani Cuhayanih
Esmosi berapi api....
2023-07-31
0
Novianti Ratnasari
baru baca udah tertarik.
2023-03-05
0
Kinan Rosa
baru nyoba langsung selingkuh
sepertinya seru deh
2023-02-28
0