Terpaksa.. demi memenuhi keinginan kakek nya, Devan Kanigara Elajar, menikahi seorang model yang penuh dengan skandal dan kontroversial. Pernikahan itu berlangsung di atas kesepakatan dan azas saling menguntungkan saja, tanpa melibatkan perasaan ataupun keinginan lebih.
Dalam perjalanan nya, kehidupan pernikahan mereka di warnai berbagai permasalahan hidup yang tidak mudah, sehingga membawa keduanya pada kedekatan serta rasa yang saling bergantung satu sama lain.. Mereka berdua ternyata memiliki
banyak kecocokan. Baik dalam segi sifat maupun karakter yang sama-sama keras di luar namun embut di dalam.
Bagaimanakah Devan dan Sherin melalui setiap masalah dengan kebersamaan dan kekompakan, Yuuk kita simak saja kisah selengkapnya..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shan Syeera, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31. Memilikimu
***
Mata Sherin terbuka, keduanya saling menatap.
Sorot matanya terlihat begitu lembut, teduh dan
pasrah. Alis Devan sedikit bertaut melihat Sherin menitikkan air mata. Apakah dia merasa begitu bersalah karena tidak bisa memberikan apa
yang seharusnya dirinya dapatkan.?
Perlahan Sherin mengedipkan matanya tanda
persetujuan. Bibir Devan terangkat sedikit, dia
mendaratkan kecupan lembut di kening Sherin. Kemudian tangannya bergerak, melepas penutup tubuh mereka dan melemparnya ke sembarang
arah. Sherin sungguh malu, dia mencoba meraih selimut, tapi Devan merebut dan melemparnya
kembali hingga membuat wajah Sherin semakin memerah. Dia hanya bisa menutupi bagian
dadanya dengan kedua telapak tangannya.
"Dev.. tolong jangan biarkan aku mati karena
menahan rasa malu begini.."
Desis Sherin sambil mencoba mundur ke ujung
tempat tidur. Untuk beberapa saat, Devan tampak menelusuri seluruh lekuk tubuh indah istrinya itu dengan tatapan panasnya. Tubuh yang begitu sempurna dan sangat pantas untuk mendapatkan perlindungan penuh. Tapi, tidak untuk di nikmati
oleh sembarang laki-laki. Mulai sekarang, tubuh
ini hanya akan menjadi miliknya seorang.
"Biarkan aku menikmati semua ini. Bukankah
semua yang ada padamu adalah milikku.?"
Wajah Sherin semakin merah padam. Hatinya saat
ini di selimuti oleh perasaan yang tidak mampu terjabarkan, karena merasuk cepat ke dalam
relung hatinya yang paling dalam.
"Dev.. hentikan tatapan mesum mu itu..!"
Decak Sherin sambil memalingkan wajahnya,
dia benar-benar malu di pandangi Devan dengan
tatapan mesum seperti itu yang membuat aliran darahnya kian tersumbat. Devan tersenyum tipis.
Dengan hati-hati dia kini mulai menindih tubuh
Sherin. Bibirnya langsung memagut lembut bibir ranum gadis itu dan memainkannya dengan
gerakan halus, intim dan memuja. Keduanya kini kembali terhanyut dalam percumbuan panas,
memicu gairah yang semakin lama semakin
membara.
"Akhh..Dev... hentikan..akkhh..."
Sherin mendesah lembut saat bibir Devan mulai menelusuri lehernya. Menyesap, menggigit halus
dan melukis tanda kepemilikan dengan tenang.
Bibir panas Devan semakin lama semakin turun,
menjalar ke seluruh bagian lainnya tanpa ada
yang terlewat. Setiap inchi dari tubuh nya tidak
luput dari jilatan dan gigitannya hingga membuat Sherin menggelinjang hebat di sertai desahan, erangan dan lenguhan panjang.
Sherin benar-benar terbuai, laki-laki ini begitu
lembut dan tenang, penuh dengan perhitungan
dalam memperlakukan tubuhnya. Sungguh, di
setiap sentuhan nya mampu mengalirkan satu
sensasi luar biasa. Pria ini begitu memuja dan menghargai segala yang ada dalam dirinya..
Bibir Devan kini beraksi panas di kedua bukit
kembar milik istrinya yang terlihat begitu ranum
dan segar hingga membuat dia mabuk berat dan semakin menggila. Sementara tangannya beraksi
liar di bagian inti tubuh Sherin yang sudah basah karena tidak tahan dengan sensasi nikmat yang
merambat ke seluruh aliran darahnya. Tubuh
Sherin bergetar hebat, dia mulai tidak terkendali.
Nafas mereka berdua kini semakin memburu.
Kenikmatan dari sentuhan dua tubuh ini mampu
mengalirkan sensasi keterikatan yang sulit untuk
di lepas begitu saja. Kali ini mereka sudah tidak
bisa bertahan lagi. Sherin benar-benar tidak kuat
menahan segala cumbuan panas bibir Devan
yang begitu memabukkan dan menerbangkan
akal sehatnya.
"Akhh...Dev.. aku sudah tidak kuat lagi.."
Sherin kini merengek halus saat Devan menggigiti
kedua puncak bukit kembar nya dengan gemas,
di hantam gelombang hasrat yang semakin tidak terkendali. Dia harus segera memulai puncak
pendakian yang sesungguhnya.
Devan mengangkat wajahnya, keduanya saling pandang lekat dengan mata yang sama-sama
lemah, menginginkan sentuhan akhir yang
tentunya akan sangat menguras energi.
Tapi, keraguan itu masih saja bergelayut dalam
jiwa Devan hingga membuat dia menatap kuat
wajah Sherin yang sudah sangat mendambakan
sentuhan akhir nya. Sherin tahu pasti apa yang
sekarang sedang bersarang di benak Devan.
Dia bangkit, kemudian meraup wajah tampan
suaminya itu, lalu mengecup bibirnya dengan
satu sentuhan lembut nan membuai hingga
membuat mata Devan mengerjap hebat.
"Tuntaskan lah rasa penasaran mu itu Dev..
aku tidak ingin hubungan sementara ini di mulai dengan rasa ragu dan ketidakpercayaan mu..Aku
siap sekarang. Dan aku akan merelakan semua
yang ku jaga selama ini untuk mu.. suamiku.."
Bisik Sherin pelan dengan suara yang bergetar
hebat sambil mencium lembut rahang kokoh
Devan. Turun ke lehernya lalu menyusurkan
bibirnya di dada bidang laki-laki itu yang kini menggeram hebat.
Devan benar-benar tidak tahan dengan godaan
halus Sherin. Dengan gerakan lembut dan yakin
dia merebahkan tubuh Sherin dengan tatapan
yang berubah menyala panas karena di hantam
gelombang nafsu birahi yang sudah sangat menggelora.
"Baiklah.. setidaknya aku tidak akan menyimpan
segala keraguan ini terus menerus.!"
Geram Devan, untuk sesaat keduanya kembali
saling pandang dengan sama-sama tegang.
Akhirnya Devan mulai memposisikan dirinya
untuk melakukan penyatuan tubuh mereka.
Sherin kini semakin terlihat tegang, matanya
terpejam kuat. Dengan hati-hati Devan mulai menyatukan tubuh mereka, mendorong senjata keperkasaannya untuk masuk ke dalam lembah
milik istrinya yang masih di ragukan kemurniannya.
Dev terus berjuang..mendorong perlahan-lahan.
Alisnya kini bertaut dalam, apa yang terjadi.?
Ada sesuatu yang aneh yang kini dia rasakan.
"Aaaa...Deevvv....sakiiitt...ini sangat sakit Dev..!!"
Deg !
Wajah Devan sedikit memucat, dia mengangkat
mukanya. Menatap tajam wajah Sherin yang
terlihat merah padam, di warnai luruhan air mata kesakitan yang mengalir deras tak tertahankan. Tangan gadis itu mencengkram seprai dengan kuat.
Tidak ! Ini tidak mungkin..Devan tidak percaya.
Dia kembali mendorong perlahan. Tapi, dia juga
merasakan ini lumayan sulit, bahkan dirinya pun merasakan sedikit sakit. Dev kembali mencoba mendorong masuk dengan hati-hati namun tetap menggunakan tekanan yang pas. Jiwanya kini
semakin menggelegak oleh sebuah keyakinan
yang membuat dirinya seakan menggila. Devan merasakan, sesuatu yang sangat luar biasa kini sedang berusaha untuk di tembus nya.
"Aaaa... Devaann...ini sakiiitt.. aku tidak kuat.
Kumohon jangan teruskan.. aaaaa...Devaann..!"
Sherin menjerit kuat, tangannya mencengkram punggung Devan sambil memukuli nya kuat.
Devan terkesiap hebat, jantungnya kini seolah tersengat. Tidak.!! jiwanya tiba-tiba meledak.
Istrinya masih suci..?? Sherin perawan murni.??
Dev langsung membeku, menghentikan sejenak perjuangannya untuk bisa menembus benteng pertahanan istrinya itu. Tangannya kini bergerak,
mengelus lembut wajah Sherin yang di penuhi
lelehan air mata dan keringat dingin.
"Sherin.. lihat aku.. tatap aku sekarang.."
Sherin membuka matanya perlahan, masih terisak
dalam kesakitan. Ingin rasanya dia keluar dari
semua rasa sakit ini. Keduanya saling pandang
lekat dengan sorot mata yang sama-sama teduh.
"K-kau masih suci..? Selama ini kau seseorang
yang masih sangat murni.?"
Wajah Sherin tampak semakin memerah, dia
tidak tahan di todong pertanyaan lugas seperti
itu oleh Devan. Malu bukan kepalang. Devaann..
kenapa harus bertanya seperti itu sih.!
"Aku tidak akan mungkin menyerahkan hal yang
paling berharga dalam hidupku pada laki-laki
yang tidak memiliki hak untuk mendapatkannya
Dev.. ini adalah harga diriku, kehormatan ku.!"
Lirih Sherin sambil mengelus wajah Devan yang
kini berubah memerah dalam keterkejutan yang
teramat sangat. Ada pendaran cahaya kepuasan
yang kini terpancar dari wajah tampannya.
"Ohh Sheriiinn sayaang.. kenapa kamu biarkan
dunia menindas dan menjatuhkan dirimu.!!"
Desis Devan sambil kemudian menyergap bibir
Sherin dengan rakus. Keduanya kembali bergelut
dalam ciuman hangat dan manis yang semakin
lama semakin menggebu, terdorong oleh perasaan aneh yang kini mulai menjerat hati dan jiwa mereka.
Tidak lama Devan kembali bergerak pelan dan
hati-hati, berusaha mendaki puncak kenikmatan
namun tetap menekan kuat dan konstan. Dan.. akhirnya, setelah perjuangan yang cukup lama,
Sherin menjerit kuat dalam ciuman lembut bibir
Devan saat pria itu berhasil menerobos masuk. Menanamkan benda miliknya di dalam tubuh
Sherin hingga gadis itu merasakan tubuhnya
seolah terbelah menjadi dua. Benda perkasa milik
suaminya itu kini sudah terbenam seutuhnya di
dalam tubuhnya.
"Dev....sakiiitt oohh.. lepaskan aku.. kumohon.."
Sherin merintih kesakitan dengan suara yang
sangat lemah bergetar. Tangannya memeluk
erat tubuh Devan dan bibir nya menggigit kuat
leher suaminya itu.
Melepaskan.?? Mana bisa sayang...!! Bibir Devan
tersenyum penuh arti. Dia mengangkat wajah,
kemudian menghujani wajah Sherin dengan
ciuman panas bertubi-tubi.
"Kita baru akan mendaki sayang...Sekarang..
biarkan aku membawamu terbang ke tempat
dimana kenikmatan itu berada. "
Bisik Devan sambil menggigit pelan daun telinga
Sherin dan mulai bergerak tenang. Menggali dan mencari segala bentuk kenikmatan yang pada
detik sudah langsung menggetarkan seluruh
tubuhnya. Perlahan namun pasti, rasa sakit yang
tadi hampir menumbangkan pertahanan Sherin,
kini telah berganti dengan kenikmatan tiada tara. Kenikmatan yang sama-sama baru mereka
rasakan saat ini..
Tidak lama suasana di dalam kamar besar itu
sudah berubah panas membara. Suara desahan
dan erangan serta jeritan kecil yang keluar dari
mulut Sherin, membuat atmosfer di dalam kamar
itu benar-benar panaass...
Devan benar-benar mabuk kepayang.. wanita
yang selama ini di ragukan kesuciannya, ternyata
masih sangat murni.. Dan hal itu membuat jiwa obsesif nya naik ke permukaan. Tidak.! wanita
ini adalah miliknya. Seseorang yang sangat
pantas untuk mendapatkan perlakuan istimewa
dari dirinya. Sherinda... kamu benar-benar wanita
luar biasa. Bertahan dalam diam dengan segala
kemurnian di saat dunia mencemooh mu.!
Mereka berdua terus bergumul panas, mencoba
mengeksplor segala kenikmatan dengan berbagai
cara dan gaya. Keduanya adalah pemula yang
langsung lihai dalam sekali percobaan saja.
"Devaann... sudahhh.. aku tidak kuat lagii.."
"Sebentar lagi sayang...kita akan keluar bersama."
Terdengar percakapan panas diantara mereka
saat percintaan super hot itu sudah berlangsung
selama kurang lebih 2 jam. Dan akhirnya Devan
mengejang hebat saat dia berhasil memuntahkan
lahar panas berisi bibit unggul miliknya di ladang
subur milik istri bayarannya itu..
"Terimakasih sayang.. kau sudah membuatku
menjadi laki-laki sejati yang sangat beruntung."
Bisik Devan sambil menatap redup wajah pucat
Sherin yang terlihat sangat kelelahan itu. Dia
mengecup lembut kening Sherin kemudian
mendaratkan satu ciuman mesra di bibirnya.
Setelah itu menjatuhkan tubuhnya di samping
Sherin yang sudah terpejam rapat.
Dev melirik kearah Sherin, kemudian meraih
tubuh lelah itu ke dalam rengkuhan nya. Dia
pastikan, akan selalu menjaga dan melindungi
wanita ini, serta mengabulkan apapun
keinginannya..
Malam ini, benar-benar malam yang panjang
dan melelahkan bagi Sherin.. Bagaimana tidak,
dua jam kemudian Devan kembali membawa
dirinya mendaki puncak nirwana dengan aksi
yang lebih ganas lagi. Dan begitulah seterusnya.
Dia hanya di beri waktu istirahat satu jam saja
setiap kali melakukan jeda.
Sampai akhirnya, tubuh inti milik Sherin tidak
sanggup lagi menahan gempuran benda perkasa
milik Devan dan mengelurkan darah. Setelah itu,
barulah Devan merasa panik dan tersadar...
Ternyata..dia sudah kelewat batas.!
***
Suara ponsel yang bergetar di atas nakas
membuat Devan terpaksa membuka matanya.
Tangannya merayap meraih benda pipih itu
dengan gerakan halus agar tidak menggangu
kenyamanan wanita yang sedang bergelung
manja dalam pelukannya.
"Hemm...ada apa.?? Jam berapa ini, kamu
sudah berani mengganggu ku.!"
"Maaf Tuan Muda.. berita tentang kedatangan
anda semalam sudah membuat otoritas di
Universal Media Group melakukan pertemuan mendadak. Situasi di perusahaan tidak stabil."
"Lalu, apa saja kerja kalian sekarang.?"
"Maaf Tuan.. kami akan segera melayangkan
somasi pada beberapa media online yang sudah
menambahkan berita."
"Lakukan blok pada media yang coba-coba
mencemarkan nama baik istriku.!"
Tidak terdengar sahutan Roman dari seberang
sana. Tampaknya ada yang sedang mengganggu pikiran sang asisten.
"Ada apa.? Apakah Mommy menghubungi mu
terkait berita ini.?"
"Benar Tuan Muda.. termasuk Tuan besar.."
Devan terdiam, dia merenung sejenak. Matanya
kini beralih menatap Sherin yang terlihat lelap
dalam pelukannya.
"Biarkan saja, kita urus mereka nanti. Katakan
pada dewan direksi, aku akan datang ke kantor
setelah makan siang."
"Baik Tuan Muda.. laksanakan."
"Satu lagi.. Kau hubungi Franklin Roosevelt
sekarang, katakan ada yang harus di urus.!"
Kembali, tidak ada sahutan yang terdengar dari
seberang sana. Mungkinkah Roman syok.?
"Roman.. kau dengar perintah ku.?!"
"Ba-baik Tuan Muda.. laksanakan."
Devan menutup telepon lalu menyimpannya
kembali di atas nakas sambil mendengus kesal.
Dia melihat kearah dinding kamar, saat ini waktu
sudah menunjukkan pukul 10 pagi.
"Dev.. adakah sesuatu yang serius terjadi.?"
Devan melirik cepat kearah Sherin yang sedang
menatap nya lembut, masih pada posisinya
meringkuk nyaman dalam dekapannya.
"Tidak ada, hanya ada beberapa direksi yang
kebakaran jenggot."
"Bukankah aku sudah mengatakan semalam.
Kebersamaan kita akan menimbulkan masalah
besar untuk mu."
Devan menarik tubuh Sherin ke dalam pelukannya.
Saat ini tubuh mereka masih dalam keadaan polos. Aroma percintaan semalam pun masih begitu kuat melingkupi kamar besar tersebut.
"Apa kau lupa siapa aku.? Tidak ada masalah
yang tidak bisa di selesaikan."
"Ya.. tentu saja, aku percaya itu Tuan."
Sherin menarik tubuhnya dari dekapan erat Devan.
Dia meraih bathrobe yang ada di sisi tempat tidur
dan bermaksud mengenakkan nya.
"Mau kemana kamu.? "
Sherin membulatkan matanya saat Devan merebut dan melempar handuk kimono nya itu.
"Devan.. apa-apaan sih kamu.? Aku harus ke
kamar mandi sekarang. Aku ingin turun untuk
membuat sarapan.!"
"Sarapan apa.? Kau tidak lihat sudah jam berapa
sekarang Nyonya El.?"
Wajah Sherin tampak terkejut saat dia menyadari
dirinya sudah sangat kesiangan. Untung nya hari
ini dia tidak punya jadwal apapun.
"Ya Allah... bagaimana aku bisa bangun sesiang
ini.. Untung saja aku free.!"
Rutuk Sherin sambil beranjak turun dari atas
tempat tidur. Tapi gerakannya tertahan dengan
mulut yang memekik kuat. Devan tampak terdiam,
memperhatikan nya dengan seringai senyum
tipis terukir di sudut bibirnya.
"Owhh.. kenapa rasanya sakit sekali.! Apa yang
terjadi denganku sebenarnya.?"
Sherin bergumam sambil meringis dan mencoba
untuk bangkit kembali sambil melilitkan selimut
di tubuh polosnya.
"Kau akan terlihat lebih bagus tanpa selimut ini.
Jadi sebaiknya kita singkirkan saja.!"
"Hei..Dev.. apa-apaan kamu.? turunkan aku.!"
Sherin meronta saat tiba-tiba saja Devan sudah
mengangkat tubuhnya ke dalam pangkuannya
sambil menyingkirkan selimut yang tadi.
"Apa kau yakin bisa masuk ke kamar mandi
sendiri.? Bagiku itu cukup meragukan.!"
Ucap Devan sambil kemudian melangkah tenang
menuju kamar mandi. Sherin tidak bisa apa-apa
lagi, tubuhnya memang sangat lemah saat ini.
Tiba di kamar mandi, Devan menurunkan tubuh
Sherin. Kemudian dengan cepat dan gesit, dia
mengisi bathub dengan air bersuhu hangat di
campur cairan aromatherapy khusus.
Tidak lama dia sudah membawa tubuh Sherin ke
atas pangkuannya dan berendam bersama. Ini
adalah ritual mandi bersama untuk pertama
kalinya untuk mereka. Devan juga membersihkan tubuh istrinya itu dengan sangat telaten. Dan..
Sherin tidak kuasa untuk menolak segala
perlakuan spesial suaminya itu.
Beberapa saat kemudian...
"Kau yakin sudah tidak apa-apa.? Apa yang
itu rasanya masih sakit.?"
Devan bertanya sambil tersenyum miring. Saat
ini Sherin sedang duduk di tepi tempat tidur,
sementara Devan ada di depannya. Tubuh bagian
atas Sherin sedikit terbuka karena saat ini Devan
sedang mengoleskan krim khusus ke beberapa
bagian tubuhnya yang meninggalkan jejak memar karena gigitan buas nya semalam. Terutama di
bagian leher dan dadanya.
"Sudah tidak sesakit semalam. Tapi aku belum
bisa jalan dengan sempurna."
Sahut Sherin dengan wajah yang di penuhi rona
merah sambil memalingkan wajahnya. Devan
meraih wajah Sherin agar kembali menghadap
ke arah nya.
"Apa..ciuman mu waktu itu juga merupakan
ciuman pertamamu.?"
Wajah Sherin langsung nge blush ! Dia kembali
memalingkan wajahnya. Malu tak tertahankan.
"Hei.. kau benar-benar polos ternyata.!"
"Devaann... sudah.! Kenapa jadi membahas hal
itu lagi sih.! Memang nya itu penting buatmu.?"
"Tentu saja, itu sangat penting bagiku sayang.."
Deg !
Jantung Sherin berdetak kencang. Tangan Dev
kini meraih dagu indah Sherin , di angkat nya
dan di dekatkan padanya.
"Karena ternyata, aku mendapatkan wanita yang
masih sangat murni. Itu merupakan sebuah keberuntungan bagiku !"
"Tapi keberuntungan itu tidak akan bertahan
selamanya Tuan.! Bukankah Semua ini hanyalah sementara saja.?"
Devan terdiam, tatapannya tampak sedikit keras.
Mata mereka saling menatap kuat.
"Kau lupa, pernikahan ini akan berlangsung sesuai dengan keinginanku..! Dan aku harap, kau tidak melupakan perjanjian itu Nyonya Elajar.!"
Desis Devan sambil kemudian menyergap bibir
Sherin dan membawanya kembali ke dalam
permainan hangat dan manis yang senantiasa
menyebarkan rasa nikmat yang lembut..
***
Bersambung...
d tunggu karya selanjutnya author kesayanganku😍😍😍
ceritamu luat biasa semuaaaaa 🥹🥹🥹👏🏻👏🏻👏🏻👏🏻