Lanjutan dari novel Iblis penyerap darah, untuk baca season 2 gak wajib baca season 1,tapi kalau mau baca itu lebih bagus.
Kaisar Mo Tian adalah tirani hidup. Dikenal sebagai Iblis Darah Abadi, ia memimpin Kekaisaran dengan tangan besi dan kegilaan yang disengaja. Bagi Mo Tian, kesetiaan adalah segalanya; pengkhianatan dibalas dengan pembantaian brutal—seperti yang dialami para pemberontak Sekte Tinju Api, yang dihancurkan tanpa sisa olehnya dan Liu Bai, sang Tangan Kanan yang setia namun penuh kepedulian.
Di mata rakyatnya, Mo Tian adalah monster yang mendamaikan dunia melalui terror. Namun, di balik dominasinya yang kejam, bersembunyi luka lama dan kilasan ingatan misterius tentang seseorang Seorang wanita cantik misterius yang mampu memicu kegelisahan tak terkendali.
Siapakah dia? Apakah dia adalah kunci untuk menenangkan Iblis Darah, atau justru pedang bermata dua yang akan menghancurkan Takhta Abadi yang telah ia bangun?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Agen one, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30: Melindungi secercah cahaya
Usaha Mo Lian untuk melarikan diri penuh keputusasaan, sebuah pelarian melawan kehancuran. Ribuan kultivator Abadi menyerbunya dari berbagai arah, seperti ombak lautan qi yang ganas dan tak berujung, membentuk formasi pengejaran yang mematikan.
"Bunuh dia! Dan kita akan mendapat kemewahan!" Teriak lantang seorang kultivator gila harta membuat kultivator lainnya semakin semangat untuk memburu Mo Lian, mata mereka berkilat serakah dan haus darah.
Mereka semua terbang dan melayang di atas Mo Lian, bayangan mereka menutupi cahaya, menciptakan teror dari atas dan menekan qi Mo Lian. Melihat banyaknya musuh, Mo Lian merobek pakaian panjangnya, kainnya robek berantakan karena tergesa-gesa. Ia kemudian sambil berlari, menalikan kain robek itu ke tubuh Zhu Xin agar tidak jatuh, mengamankan Sang Lentera di punggungnya, beban yang lebih dari sekadar fisik.
Setelah Zhu Xin terikat dengan erat dan aman dengan tubuhnya, Mo Lian mengeluarkan pedang qi apinya dan menciptakan beberapa makhluk dari api abadi yang ia miliki, golem api murni dengan kekuatan mengerikan. Makhluk-makhluk tersebut melesat menyerang setiap musuh yang menghalangi jalannya dengan brutal dan tanpa ampun.
Tebasan demi tebasan yang sangat cepat dan berkobar membunuh dan membakar setiap musuh. Asap spiritual dari lawan yang terbakar mengepul di udara. Dengan cara ini, Mo Lian setidaknya dapat mengamankan tubuh Zhu Xin yang rapuh dari serangan langsung.
Bebannya sangat berat, dia harus menanggung sebuah takdir yang sangat berat di punggungnya, sekaligus menahan kepedihan di hatinya yang terkoyak. Mo Lian juga menghindari setiap serangan musuh dengan gerakan yang nyaris mustahil, mau itu semacam energi sihir hitam yang busuk mau pun senjata spiritual yang mematikan, ia bergerak bagai roh yang meliuk.
Mereka semua berusaha membunuhnya, ratusan ribu pedang, tombak, dan senjata terkuat yang musuh miliki menyambar ke arahnya seperti ribuan kilat petir yang diarahkan, menciptakan badai logam dan qi.
Mo Lian mengambil ancang-ancang lalu mengeluarkan tebasan pedang berapi-api terakhir. Tebasan itu seperti penyembur panas yang dengan mudah membakar material terkuat sekalipun, qi apinya kini dipenuhi amarah murni.
Artefak dan harta yang musuh kerahkan untuk menyerang dan berlindung terbakar bersama pemiliknya. Kekuatan Mo Lian sungguh mengerikan bahkan ketika tidak dalam keadaan terkuatnya.
Kaisar yang melihat pertarungan itu merasakan sensasi adrenalin yang tak pernah ia rasakan, sebuah kegembiraan bertarung yang terpendam dan memuakkan. Kesenangan dalam menghadapi musuh yang kuat dalam jumlah gila—sebuah reaksi naluriah yang aneh dan mengerikan yang mengganggu kesadarannya.
Pertarungan Mo Lian dengan semua musuhnya hanya terjadi beberapa waktu karena Mo Lian menggunakan teknik tipuan spiritual. Ia menciptakan puluhan klon (Bayangan qi) dengan cara membagi lagi setengah kekuatannya yang tersisa, sebuah pengorbanan yang melemahkan jiwanya hingga ke dasar.
Mo Lian yang asli bersembunyi di sebuah hutan penuh akan pohon raksasa dan naga besar. Naga tersebut tiba-tiba menyerang ke arah Mo Lian dengan raungan memekakkan telinga, sebuah pengkhianatan dari alam itu sendiri.
"Ternyata kau juga telah bersekutu dengan mereka!" Mo Lian membuka portal menuju Dunia Fana, sebuah tindakan putus asa yang melanggar hukum kosmik dan menghilang tanpa jejak dari alam Abadi.
Di dunia fana, ia singgah di sebuah lembah tanpa kehidupan, tandus, gersang, dan tersembunyi, yang nantinya akan ia beri nama Lembah Kematian.
Mo Lian menggendong Zhu Xin dengan sangat erat dan penuh kepedihan. Dia berjalan di sebuah jalan gelap dan penuh kengerian spiritual. Di sana ia berhenti di sebuah tempat yang terpencil dan meletakkan tubuh Zhu Xin di atas altar alami yang terbuat dari batu dingin.
"Bertahanlah!" Mo Lian mulai melakukan gerakan tangan dan meletakkannya di depan wajah, membentuk segel spiritual yang rumit. Energi yang tersisa terkumpul di sana, lalu mengelilingi Lembah Kematian sehingga lembah ini tidak akan bisa ditemukan oleh orang lain kecuali oleh orang yang terpilih, sebuah formasi penyembunyian abadi yang memutus lembah dari jaringan spiritual alam semesta.
Setelah Lembah Kematian telah menghilang dari dunia, terputus dari jaringan spiritual, Mo Lian mulai bermeditasi untuk menyalurkan energi kehidupannya kepada Zhu Xin, sebuah pengorbanan jiwa yang tak terbayangkan.
Energi kehidupannya mengalir lembut dan mulai menyembuhkan kondisi tubuh Zhu Xin yang memburuk. Zhu Xin melayang di hadapan Mo Lian seperti diterbangkan oleh energi tidak terlihat, terjebak dalam kondisi hidup-mati.
Mo Lian terus melakukan itu selama bertahun-tahun lamanya, sebuah siksaan batin yang panjang. Ketika ia melakukan itu selama seratus tahun, ia mulai kelelahan, qi tubuhnya menipis. Di tahun ke dua ratus Mo Lian mulai pusing dan beberapa kali keluar darah karena qi-nya habis. Di tahun ke tiga ratus tubuhnya semakin melemah, kulitnya pucat dan kering, menampakkan penuaan yang dipaksakan. Di tahun ke sembilan ratus ia mulai batuk darah yang pekat dan hampir kehilangan kesadaran.
Dan ketika sudah seribu tahun berlalu, ia kehabisan kekuatannya hingga ke akar qi, sehingga Zhu Xin jatuh dan energi kehidupannya menghilang, perlahan Zhu Xin mati untuk kedua kalinya, kali ini secara definitif dan tak terhindarkan.
Dengan kondisi tubuh yang sangat menyedihkan, penuh luka batin dan fisik, Mo Lian merangkak ke arah tubuh Zhu Xin, walaupun ia harus menyeret tubuhnya seperti cacing yang lumpuh. Ia pada akhirnya hampir kehilangan kesadaran dan tepat di hadapannya ada buku terkutuk 'Darah Iblis' yang berdenyut dengan aura haus darah.
Karena Mo Lian sadar bahwa ia perlahan akan mati tanpa qi, ia tidak sudi menerima takdir ini. "A-aku tidak akan mati sebelum membunuh semua pengkhianat itu!" Tangannya mengambil buku dengan cengkeraman putus asa lalu energi merah darah yang gelap dan tebal mengelilinginya, dan amarah itu mengguncang dunia fana hingga ke inti spiritualnya, menyebabkan guncangan kosmik yang dirasakan semua makhluk.
Guncangan kengerian itu sampai kepada orang-orang yang berada di Alam Abadi, mereka mulai turun ke dunia fana untuk berperang dengan Sang Iblis yang baru saja lahir dari dendam dan kehancuran jiwa.
Energi yang awalnya berbentuk api di dalam dantian-nya berubah menjadi energi merah darah yang berputar dan mengerikan, semua kekuatannya telah lenyap dan berubah menjadi kekuatan yang berbeda dan gila, kekuatan yang membusuk dan menghancurkan.
"HAHAHAHA! Waktu kematian kalian telah tiba!" Sifat Mo Lian berubah drastis, tawanya menggema mengerikan dan penuh kegilaan, dan ia siap untuk peperangan terakhir yang mengubah sejarah dunia.