"Jika kamu tidak mau menikah dengan Louis secara suka rela, anggap saja ini sebagai tanda balas budimu karena aku telah membiayai seluruh pengobatan ibumu."
Perkataan Fradella membuat dunia Irene runtuh. Baru saja dia bahagia melihat ibunya bisa berjalan kembali, tapi kini Irene harus ditimpa cobaan lagi.
Menikah bukanlah sesuatu yang mudah. Menyatukan dua insan yang berbeda, dua kepribadian menjadi satu dan saling melengkapi kekurangan masing-masing itu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
Bagaimana dengan nasib Irene setelah pernikahannya dengan Louis. Pernikahan antara pelayan dan sang presdir, akankah berjalan layaknya pernikahan pada umumnya?
Lalu akankah Louis membukakan hatinya untuk Irene setelah mereka menikah? Ikuti kisah Irene dan Louis disini ya🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon risna afrianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cerita Lama
ANDA BACA KARYA SAYA
SAYA BACA KARYA ANDA
ANDA KOMEN SESUAI ALUR
SAYA JUGA MELAKUKAN HAL YANG SAMA
MARI BIASAKAN UNTUK SALING BERBAGI BAHAGIA😊😊🙏🏻🙏🏻
"Dimana menantu Momy?" Fradella yang baru saja datang mencari - cari Irene dengan panik.
"Momy." Louis berlari menghampiri Fradella yang terlihat berjalan dengan sempoyongan.
"Dimana menantu Momy, dimana Irene?" tanya Fradella yang menghamburkan dirinya ke dalam pelukan Louis.
"Momy, tenanglah. Irene sudah dipindahkan ke ruang rawat. Duduklah dulu." Louis mengajak Fradella untuk duduk di salah satu kursi tunggu pasien.
Louis memberikan air mineral untuk Fradella yang terlihat sangat panik. Louis belum mengatakan kepada Fradella jika Irene mengandung anak kembar, dia takut momynya akan lebih terkejut dan bisa saja pingsan.
"Tenangkan diri Momy dulu." Louis mengelus punggung Fradella dengan lembut dan berulang.
"Sudah lebih tenang sekarang?" tanya Louis.
"Sudah Sayang, ayo ajak Momy melihat keadaan Irene." Karena tidak sabar, Fradella bangkit dan langsung menarik tangan Louis.
"Tunggu Mom, sabar dulu.Irene belum sadar, Momy janji jangan nangis ya nanti cucu - cucu Momy sedih." Langkah Fradella terhenti mendengar kata - kata yang baru saja Louis ucapkan.
"Maksud kamu apa Louis, siapa yang cucu - cucu Momy?" tanya Fradella dengan wajah yang sangat serius.
"Benar Mom, menantu dan cucu - cucu Momy sedang ada di dalam. Karena Irene mengandung anak kembar." Fradella tidak bisa menahan harunya, air matanya tidak dapat terbendung mendengar kabar bahagia ini.
"Ya Tuhan, terima kasih. Terima kasih telah menyelamatkan mereka bertiga." Melihat sang Momy, Louis hampir saja meneteskan air matanya karena merasa haru bercampur bahagia.
Louis dan Fradella masuk ke ruang rawat vvip. Fradella tidak bisa menahan air matanya kembali melihat sang menantu terbaring dengan wajahnya yang sangat pucat.
"Maafkan Momy tidak bisa melindungimu dan anak - anakmu. Aku telah ingkar dengan janjiku sendiri kepada mendiang nenekmu," ucap Fradella. Tangannya menggenggam erat tangan Irene, dia menciumi tangan Irene yang terlihat sangat pucat karena kulitnya yang bersih.
"Apa maksud Momy?" tanya Louis dengan kata - kata yang baru saja Fradella katakan.
"Sebenarnya ada yang belum Momy katakan kepadamu selama ini.Mungkin sekarang saat yang tepat untuk kamu tahu tentang cerita lama ini." Suara Fradella berubah sendu. Louis berjalan mendekati Fradella, dia berdiri tepat di samping sang Momy.
"Apa sebenarnya yang Momy sembunyikan dari aku?" tanya Louis yang sudah tidak mampu menahan rasa penasarannya.
Fradella menghela nafas panjangnya, sejenak dia diam sebelum akhirnya dia membuka suara.
"Dengarkan Momy baik - baik. Sebenarnya dulu sebelum Momy berada di panti asuhan, nenek dan kakek Irenelah yang merawat Momy. Dulu saat kedua orang tua Momy, nenek dan kakek kamu meninggal dalam kecelakaan kereta api, merekalah yang mau merawat Momy yang masih berumur lima tahun kala itu."
"Setelah sepuluh tahun Momy di rawat oleh mereka, akhirnya nenek Irene di karuniahi putri yaitu ibunda Irene. Momy ikut merawat Jing Mi selama tiga tahun, tapi setelah itu Momy memutuskan untuk keluar dari rumah itu."
"Momy tidak memberitahu mereka?" tanya Louis menyela cerita Fradella.
"Tentu saja Momy meminta ijin dulu. Awalnya mereka memang tidak memperbolehkan, tapi setelah Momy memberikan alasan Momy ingin mencoba hidup mandiri akhirnya mereka memberikan ijin. Meskipun sudah tidak lagi tinggal bersama mereka, tapi Momy masih sangat memperhatikan mereka. Hingga akhirnya Momy bertemu mendiang ayahmu, dia menjadi donatur utama di panti asuhan."
"Karena kekuasaan ayahmu, Momy bisa terus melihat perkembangan dari Jing Mi. Momy sangat senang kala iti saat tahu bahwa Jing Mi akan dijodohkan dengan laki - laki yang mapan. Dan Momy sangat senang saat mendengar dia melahirkan seorang putri yang cantik."
"Momy terus berusaha untuk membawa Irene ke rumah agar bisa memperkenalkan kepada putra semata wayang Momy. Semenjak itulah, Momy bertekad akan menjodohkanmu dengan Irene, seperti janji Momy dulu."
"Lalu bagaimana Momy bisa membawa Irene ke rumah?" Louis lagi - lagi memotong cerita Fradella.
"Itu mudah bagi Momy, Sayang. Saat Momy mencoba memeriksa latar belakang para pelayan baru, Momy menemukan jalan saat itu." Fradella mengingat - ingat kejadian beberapa tahun yang lalu dalam pikirannya.
"Apa maksud Momy?" tanya Louis lagi.
"Kau tahu Nara, gadis itu adalah sahabat Irene sejak sekolah menengah pertama. Dari sana Momy membawa Irene ke rumah, karena Momy tahu Irene membutuhkan pekerjaan untuk biaya berobat ibunya." Kata - kata Fradella terhenti karena terdengar suara isak tangis dari Irene.
"Sayang."
"Sayang," ucap Fradella dan Louis bersamaan.
"Sweetheart ada apa denganmu? Kenapa kamu menangis?" Louis memperhatikan Irene dengan lekat.
"Irene, apa yang membuatmu menangis?" tanya Fradella yang tidak menyadari bahwa Irene mendengarkan ceritanya sedari tadi.
"Terima kasih Momy, terima kasih." Hanya kata - kata itu yang Irene ucapkan disela - sela isakannya.
"Maksud kamu apa Sayang?" tanya Fradella dengan wajah bingungnya, karena memang dia belum sadar akan maksud perkataan Irene.
"Terima kasih Momy sudah mengawasi aku dan mendiang ibu selama ini." Terlihat di wajah Irene rasa bahagia dan harunya.
"Kamu mendengar cerita Momy?" Irene hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan dari Fradella.
"Ya Tuhan, aku tidak menyadarinya sama sekali." Fradella memeluk Irene dengan hangat, dia tidak memeluk menantunya dengan erat karena takut menyakiti calon cucunya.
"Louis panggil dokter." Louis langsung memencet tombol nurse call.
Kurang dari satu menit, dokter Kevin dan suster masuk ke ruang vvip itu.
"Ada yang bisa kami bantu, Pak?" tanya dokter Kevin.
"Periksa menantu saya Dok, dia baru saja sadar." Tukas Fradella membuat Louis menghentikan bibirnya yang baru saja akan menjawab.
"Baik, Nyonya."
Louis dan Fradella memperhatikan dokter Kevin.
"Semuanya baik - baik saja. Ibu Irene hanya perlu beristirahat saja, dan saya akan memberikan vitamin untuk menguatkan janinnya." Jelas Kevin sebelum dia meninggalkan ruang rawat.
Louis mendekati Irene, dia menhujani wajah Irene dengan banyak ciuman membuat wajah Irene merona karena malu.
"Ihh kamu ini, kan ada Momy. Aku malu tau." Louis tersenyum melihat wajah cemberut Irene.
"Momy pernah muda." Bisik Louis membuat wajah Irene semakin merona.
"Sayang, terima kasih sudah menjaga anak - anak kita dengan baik. Dan maafkan aku tidak bisa melindungimu dan calon bayi kita dengan baik." Wajah Louis berubah menjadi sendu.
"Anak - anak kita?" tanya Irene mengulang kata - kata yang baru saja Louis ucapkan.
"Iya, di dalam sini ada dua calon dedek bayi." Dengan wajah riangnya Louis membelai perut buncit Irene.
"Anak kembar?" tanya Irene yang terlihat masih belum percaya.
"Iya Sayang, kamu akan memberikan Momy dua cucu sekaligus." Fradella ikut membelai perut Irene.
"Ya Tuhan, terima kasih." Tanpa sadar, Irene menitikkan air mata bahagianya. Dengan wajah yang penuh rasa bahagia, Irene membelai perut buncitnya berulang - ulang.
Namun di ambang pintu, langkah else terhenti mendengar percakapan mereka. Else mengurungkan dirinya untuk masuk ke dalam ruang rawat itu.
Dia mengeluarkan ponsel, dan terlihat tengah menghubungi seseorang.
"Irene dan bayinya selamat. Dan ada satu kabar lagi, dia mengandung bayi kembar." Dengan nada tidak suka, Else menceritakan keadaan Irene sekarang.
"...."
"Benar, kita harus pakai cara lain untuk menyingkirkan wanita kampungan itu. Kita harus segera menyiapkan rencana selanjutnya, kita bertemu di cafe biasa." Else menatikan telfonnya tepat saat Louis keluar dari ruang rawat.
Baca juga karya baru Author yukk😊😊
suka dg kisahnya yg tdk memperdulikan kasta