.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 11
Tak lama kemudian ayah datang, kemudian kami berempat kumpul di meja makan.
"Bu, katanya mas Sugeng di pindah tugas," kataku membuka percakapan.
"Di pindah tugas kemana?" tanya ibu mertuaku melihat ke arah suamiku.
"Ke luar kota, Bu," jawab suamiku dengan tegas.
"Loh, kok jauh," kata ibu mertuaku.
"Iya untuk sementara, Bu, pabrik baru di luar kota butuh seorang pengawas, Sugeng yang di pilih, Bu," ujar suamiku menjelaskan kepada ibu mertuaku.
"Berapa lama, Geng?" tanya ayah mertuaku.
"Tiga bulan, Yah," jawab suamiku melihat ke arah ayah.
"Lama ya, Mas," ujar ku lirih.
"Demi kesuksesan suamimu," kata ayah sambil memandangku penuh makna.
Sepertinya ayah mertuaku senang sekali mendengar kabar kalau suamiku akan ke luar kota selama tiga bulan.
"Aku ikut ya, Mas," pintaku kepada suamiku.
"Tidak usah, Nak, kamu lagi hamil, mending disini saja, ada ayah sama ibumu yang jaga kamu," ujar ayah melihat ke arahku dengan tatapan tajam.
"Iya kamu di sini saja Dik," ucap suamiku melihat ke arahku.
"Kamu harus jaga kesehatan kamu, Nak," timpal ibu mertuaku.
Mendengar mereka melarang ku ikut, aku hanya bisa diam tanpa kata.
"Kapan berangkat, Nak?" tanya ibu kepada suamiku.
"Besok lusa Bu," jawab suamiku tegas.
Perasaanku bercampur aduk, bagaimana jadinya jika suamiku tidak ada di rumah. Saat ada suamiku saja ayah mertuaku sudah berani menggauliku, bagaimana kalau suamiku tidak ada, entahlah aku pasrah saja dengan keadaan.
Setelah kami selesai makan malam, kemudian aku membereskan piring di meja makan. Ibu mertuaku kembali ke tokonya, sedangkan ayah kembali menonton televisi.
...🍄🍄🍄...
Pada malam harinya, sekitar pukul 21.00
Seperti biasanya, suamiku berpamitan kepadaku untuk nongkrong bersama teman-temannya.
"Dik, aku ke teman-teman dulu ya, sekalian aku mau pamitan sama teman-teman," kata suamiku.
"Jangan lama-lama ya, Mas," pintaku.
"Ok, siap, Dik" kata suamiku sembari pergi keluar rumah.
Setelah suamiku pergi, aku ke dapur untuk mencuci piring. Tiba-tiba ayah mertuaku memanggilku.
"Nak, Tut....." Ayah memanggilku yang masih beres-beres di dapur.
Aku pun datang menghampiri beliau yang saat itu duduk di depan televisi.
"Iya, Yah." Kata ku datang menghampirinya.
"Sini duduk," ucap ayah melihat ke arahku yang berdiri di hadapannya.
"Ada apa, Yah," jawabku sambil duduk di samping ayah.
"Kamu kenapa tadi minta ikut?" tanya ayah sembari menatapku.
"Tuti pengin ikut saja, Yah," jawabku singkat.
"Kamu tidak suka kita lebih bebas dari sebelumnya?" tanya ayah padaku.
"Bebas bagaimana, Yah?" ucapku bingung.
"Kalau suamimu di luar kota, kita kan lebih bebas berduaan," ujar ayah menatap wajahku.
"Oh, iya terus, Yah?" tanyaku sambil aku lihat wajah ayah.
"Loh, kok terus, apa kamu sudah bosan sama ayah, apa kamu sudah tidak sayang lagi sama ayah?" tanya ayah dengan tatapan tajam.
"Bukan begitu, Yah, Tuti pingin suasana baru, pingin tau suasana kota besar, Yah," jawabku.
"Oh, masalah itu gampang, nanti kita bisa main-main ke sana, bagaimana?" tanya ayah sambil tersenyum manja kepadaku.
"Iya terserah, Ayah," ucapku pasrah.
"Tapi kamu tidak bosan kan sama ayah?" tanya ayah sambil memegang tanganku.
Aku menganggukkan kepalaku.
"Masih sayang?" tanya ayah lagi.
"Masih, Yah," jawabku dengan tegas.
"Bagaimana kalau kita sekarang ke kamar," pinta ayah seraya senyum menggoda.