"Bagaimana jika orang tua kita tahu kita pernah memiliki hubungan?"
"Jangan sampai mereka tahu, ingat hubungan kita sudah berakhir! Sekarang, kamu sudah di miliki orang lain!"
"Hubungan rahasia kita, masih bisa berlanjut bukan, Chiara?"
Rajendra dan Chiara kembali bertemu setelah tujuh tahun lama nya mereka berpisah. Pertemuan keduanya, menjadi masalah baru. Di tambah, Rajendra kembali tak seorang diri, melainkan bersama calon tunangannya.
Hubungan Rajendra dan Chiara di masa lalu sangat dekat, sampai orang tak mengira jika keduanya memiliki hubungan yang sangat spesial. Naasnya, hubungan keduanya kandas.
Sekarang keduanya kembali bertemu, mencoba memahami posisi masing-masing dengan menjadi sepupu yang baik. Namun siapa sangka, jika Rajendra tak mau melepas Chiara yang pernah bertahta di hatinya.
"Aku tidak pantas untukmu, tapi aku sakit melihatmu bersama yang lain,"
Di saat cinta mereka bersatu, akan kah orang tua Chiara dapat menerima Rajendra yang hanya seorang anak angkat?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kenz....567, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sleep Call
Chiara telah kembali, Chio dan Rajendra kembali merubah raut wajahnya saat melihat kedatangan Chiara bersama Varsha. Seolah tak terjadi apapun, Chio kembali melakukan tugasnya. Namun, ia mendekatkan tubuhnya pada Rajendra dan membisikkan sesuatu.
"Tolong, jauhi adikku!"
.
.
.
Malam hari, Chiara kepikiran soal Rajendra. Apalah pria itu sudah sembuh atau justru bertambah parah. Perasaan Chiara was-was, khawatir, dan tak dia mengerti mengapa dia harus sekhawatir itu padanya?
Ingin menghubungi, Chiara ragu. Jadilah ponselnya hanya ia genggam tanpa berbuat apapun. Berjalan ke sana dan kemari seperti orang yang kehilangan sesuatu.
"Telepon aja kali yah? Eh, nanti dia sombong lagi aku telepon. Tapi ... sopan gak si telepon calon suami orang. Eh, tapi kan gak ada niatan buat jadi pelakor cuman khawatir aja. Iiih, kok jadi gini siiih!" Chiara greget sendiri, ia sampai menghentakkan kakinya kesal. Sampai, dirinya tak sadar jika tangannya tak sengaja memanggil panggilan video pada Rajendra.
"Tau lah, mending aku ...." Mata Chiara seolah hampir keluar saat melihat wajah pria yang membuatnya cemas sejak tadi terpampang di layar ponselnya. Chiara mencoba mengalihkannya, sampai ia mencoba mencerna apa yang terjadi.
"Ada apa menghubungiku?" Tanya Rajendra dengan suara yang berat.
Karena sudah terlanjur, jadilah Chiara mencoba mengobrol. Ia merebahkan tubuhnya di ranjang dan meletakkan ponsel di hadapannya. Sama halnya dengan Rajendra saat ini, ia bisa melihat wajah Chiara dari dekat. Wanita, yang semalaman ini ia rindukan.
"Tidak ada, cuman mau tanya gimana keadaan abang. Sudah lebih baik?"
Rajendra menggeleng, "Belum, obat yang Chio berikan gak ampuh." Balasnya santai.
"Loh, terus? Tante sama Om gak bawa Abang ke rumah sakit?" Tanya Chiara dengan mata membulat lucu.
Rajendra tertawa kecil, gemas sekali rasanya menjaili gadis yang tengah melakukan panggilan video padanya kali ini. Bisa-bisanya Chiara mengerti dirinya merindukan gadis itu, jadi tanpa menunggu lama Rajendra langsung mengangkatnya.
"Kamu tahu sendiri Abang gak suka aroma rumah sakit kan? Abang hanya butuh seseorang. Sebelumnya kalau Abang sakit ada yang nemenin, rawat walau berakhir dengan omelan." Rajendra ingin lihat bagaimana respon Chiara setelah ini.
Sayangnya, Chiara malah mengartikan hal yang lain. "Udah di hubungi belum?"
"Hubungi? Hubungi siapa?" Kening Rajendra mengerut dalam mendapat pertanyaan itu.
"Calon istri abang." Ucap Chiara dengan suara yang hampir hilang.
Rajendra menangkap raut wajah kesedihan dari Chiara, gadis itu mencoba mengalihkan pandangannya. Disini. Rajendra merasa jahat. Ia mencintai Chiara tapi ia berniat melamar gadis lain. Dirinya sakit melihat Chiara bersama pria lain sementara ia meninggalkan gadis itu.
"JENDRAAA! ADA BERLINA DATANG INI!"
Teriakan Tara membuat Rajendra dan Chiara saling tatap. Raut wajah gadis cantik itu juga berubah datar. Tanpa mengatakan apapun, Chiara langsung mematikan sambungan video call itu. Tentunya, Rajendra langsung kesal dengan hal itu.
"Ck!"
"Jendraaa, ada Berlina tuh!" Tara membuka lebar pintu kamar putranya, memperlihatkan seorang gadis membawa parcel buah di tangannya.
"Masuklah, Tante buatkan mamu minum dulu." Tara mengelus lembut bahu Berlina sebelum beranjak pergi. Ia memberi waktu pada keduanya untuk saling mengobrol.
"Hai," Berlina melangkah mendekati Rajendra, ia meletakkan parcel buah yang dirinya bawa dan menatap penuh pria tampan itu.
"Kenapa bisa sakit? Apa kamu kembali begadang?" Belrina mendudukkan dirinya di tepi ranjang dan menatap Rajendra yang tengah bersandar pada kepala ranjang yamg ada di belakangnya.
"Lagi jatahnya sakit aja, kamu sendiri ... kenapa bisa sampai sini? Apa ayahmu tidak memvkvlimu?"
Berlina mengangkat bahunya acuh, "Ayah dan istrinya sedang tidak ada di rumah, jadi aku bebas."
"Kemana?" Heran Rajendra.
Berlina menghela nafas pelan, "Anak pertama mereka sedang ulang tahun dan mereka merayakannya." Ucapnya dengan nada sendu
Rajendra paham bagaimana perasaan Berlina, anak kandung yang seolah seperti anak tiri. Tak ada yang menyayanginya di rumah itu. Namun, kasih sayang Berlina pada ayahnya begitu besar hingga dia berharap suatu saat ayahnya akan sadar dan kembali menyayanginya.
"Aaah kalian ini sangat menggemaskan!" Tara kembali datang dengan secangkir teh di tangannya, ia lalu memberikan cangkir itu pada Berlina dan memintanya untuk meminumnya.
"Pertunangan kalian di percepat saja, bagaimana? Berlina, kamu sudah siap kan? Hanya tunangan, pernikahan kan bisa di atur lagi. Biar ada mengikatnya gitu!" Seru Tara semangat.
"Maa, aku sedang tidak mau bahas ini sekarang." Pinta Rajendra dengan tatapan memelas.
"Memangnya kenapa? Dari kemarin kamu terus saja mengatakan hal itu. Tante Rosa sudah memintamu menjaga putrinya, semakin cepat kan semakin baik, iya kan Berlina?"
Berlina tersenyum tipis, ia melirik ke arah Rajendra yang memasang raut wajah kesal. Dia merasa tak enak akan respon Rajendra malam ini.
"Sebentar, Mama tanya papamu dulu kapan waktu baik pertunangan kalian!" Tara beranjak pergi, meninggalkan Tara dan Rajendra membali berduaan.
Helaan nafas Rajendra terdengar, Tara melihat pria itu meminum airnya sampai habis seolah ada hal yang mengganggu tengg0r0kannya.
"Kamu mulai ragu dengan hubungan ini yah?"
"Maksudmu?" Rajendra bertanya dengan alisnya yang terangkat satu.
"Chiara, membuat kamu ragu soal hubungan kita kan? Kamu mencintainya kan?" Mata Berlina terlihat berkaca-kaca, menandang Rajendra yang kini menatapnya tajam.
"Jangan bawa-bawa Chiara! Dia gak ada urusannya antara kamu dan aku, paham?!"
Berlina beranjak berdiri, ia meraih tasnya dan memakainya. Matanya menatap tajam Rajendra dengan air mata yang mengalir. "Kamu selalu ada di sisiku tapi hatimu seolah jauh dari jangkauanku! Jika Chiara membuatmu ragu, menjauhlah darinya! Menjauh lah dari Chiara, aku cemburu melihatmu dengannya!"
Tanpa mengatakan apapun lagi, Berlina beranjak pergi. Meninggalkan Rajendra yang semakin pusing dengan perasaan dan pikirannya.
Tara yang melihat keperhian Berlina pun bingung, ia tak sempat mencegahnya. Karena rasa ke ingintahuannya, Tara kembali masuk ke dam kamar Rajendra dan melihat pria itu sedang memegangi kepalanya.
"Itu, kenapa si Berlina sampai pulang? Kamu apain dia Jendra?" Tanya Tara.
"Enggak aku apa-apain Ma, dia aja mungkin yang mau pulang." Balas Rajendra, ia kembali menarik selimutnya berencana akan tidur untuk menghilangkan sakit kelalanya.
"Jendra, dengar ... Tante Rosa sudah menitipkan putrinya pada keluarga kita, tolong jangan sakiti dia yah Nak. Hanya kamu yang bisa kasih dia kebahagiaan, kamu tahu kan bagaimana keluarganya saat ini? Gak ada satu pun yang perduli tentangnya."
Rajendra menghela nafas pelan, "Aku tahu,"
Satu sisi, Rajendra mencintai Chiara, di sisi lain Tara terus mengatakan tentang amanat ibu Berlina padanya. Jika ingin memperjuangkan Chiara, Rajendra merasa dirinya tak pantas. Namun, melihat gadis itu bersama pria lain hatinya pun ikut sakit.
_____
Jangan lupa dukungannya kawaaaan😍
Semoga saja Chiara lagi hamidun lagi.... tuh kayaknya udah ada tanda2😃😃
si kembar uda keluar cadelnya...