NovelToon NovelToon
MAS DUDA

MAS DUDA

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Contest / Duda / Perbedaan usia / Beda Usia / Tamat
Popularitas:643.6k
Nilai: 4.4
Nama Author: Ade Irvianti

Update: Senin-Jum'at
Sekuel 'REUNI'.

Eric Andreas duda yang ditinggal mati oleh istrinya. Lelaki itu sudah bangkit dari keterpurukannya. Di tengah kesibukannya, dia harus mencari pengasuh untuk si kembar, Raka dan Talita.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ade Irvianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mas Duda

"Ini adik ipar saya, Angga dan Wanda." Eric menjelaskan siapa manusia yang bertamu di hari minggu seperti ini.

Rencana piknik ke Ancol gagal total. Eric membatalkan liburan yang didambakan Arumi sejak malam tadi. Anak-anak juga mendambakan liburan dan piknik. Kedatangan tamu tidak bisa diprediksi, tamu juga tidak bisa diusir secara terang-terangan. Walhasil, karena Talita dan Raka sudah nempel dengan anak mantan adik ipar Eric, jadi langsung lupa rencana pikniknya. Naya ikut bergabung.

"Biru, Raka dipinjamin mobil remotnya." Wanda memberi peringatan ke Biru untuk meminjamkan mobil remot yang dibawanya dari rumah. Raka hampir menangis karena Biru enggan meminjamkan benda yang menjadi mainan favoritnya saat ini. Jangankan meminjamkan, menyentuh tombol remotnya saja sudah dilarang.

Praakkkk.

Bagaikan ayam geprek. Tidak perlu menangis sendirian. Mari menangis bersama. Mungkin, itu prinsip konyol Raka. Tidak bisa mendapatkan remotnya, dapat mobil ringsek juga tidak apa-apa asalkan Biru, sepupu Raka bisa meminjamkan mobil-mobilannya, walaupun sudah tidak berfungsi dengan baik lagi.

"Raka," seru Arumi dan Eric secara bersamaan.

Roda mobil-mobilannya menggelinding. Atap mobil dan semuanya ringsek berkat kaki Raka yang super kuat ketika menangis. Sesuai prinsip Raka, mereka berdua menangis. Menangisi mobil yang ringsek tanpa bisa dibenarkan lagi. Ibarat kata, Rumah Sakit saja sudah tidak bisa menangani pasien.

"Ayah, Raka inginnya liburan!" teriak Raka disela tangisnya. Akrabnya bersifat sementara.

Arumi segera menghampiri Raka yang menangis. Naya dan Talita yang sedang bermain boneka kaget melihat Raka menangis.

"Jagoan mama jangan nangis ya. Liburannya ditunda dulu. Minggu depan, kita pasti ke Pantai." Arumi menenangkan Raka. Orang tenang meledaknya lebih membahayakan.

Segala bentuk rayuan sudah dikeluarkan oleh orang-orang dewasa. Raka dan Biru seakan berlomba menenangkan siapa yang akan bertahan lama dalam menangis.

Jalan-jalan menjadi obat bagi mereka. Semilir angin laut tidak memudarkan panasnya sengatan matahari yang gagah perkasa di atas sana. Deburan ombak menabrak tubuh Raka dan Biru yang sudah akrab lagi. Angga menemani para jagoan, Arumi dan Wanda menemani Naya dan Talita yang hanya bermain pasir di bibir pantai. Membangun istana pasir yang selalu runtuh karena terjangan ombak tidak menyurutkan niat anak-anak.

Eric hanya duduk di atas kain yang Arumi gelar di pasir yang tidak bisa dijangkau oleh ombak. Tangannya terjulur ke belakang untuk menyangga tubuhnya. Tidak lupa kaca mata hitam untuk menghindari silau matahari. Padahal melihat alam secara langsung lebih indah.

Percikan air laut membuat wajah Arumi basah. Pelakunya adalah Raka dan Biru yang berlarian saling mengejar untuk berbalas dendam karena Biru telah mencipratkan air laut ke wajahnya. "Biru, Raka hati-hati. Jangan lari ke sini, sus sama mama jadi basah nih." Teguran Wanda hanya dianggap angin lalu saja.

"Udah bu, enggak apa-apa. Cuma percikan kecil saja." Arumi meredamkan kekesalan Wanda.

Arumi dan Wanda kembali bermain pasir. Tawa mereka puas karena ombak begitu nakal meluluh lantahkan istana pasir ketujuhnya.

"Arumi, ke sini bentar." Teriakan Eric membuyarkan rasa bahagia Arumi. Firasat buruk selalu menyertainya, jika Eric memanggil dirinya tiba-tiba. Nyinyiran pasti akan dia panen sekarang.

"Ke sana saja, biar Naya dan Talita aku yang jaga." Arumi merasa tidak enak hati, jika tugasnya dialihkan oleh orang lain.

"Iya, bu. Makasih."

Beruntung Wanda orangnya seramah dan sebaik itu. Arumi menghampiri bosnya yang dengan ekspresi sok dinginnya. Dia kanebo kering yang takut terkena air. Maka, sifat kakunya hilang jika dia benar-benar terkena air. Kalaupun, bos Arumi masuk ke dalam air spesies di air sana sudah dipastikan akan keracunan oleh tinta pertahanan Eric, yakni bisa dari mulutnya.

"Minum kelapa muda kayanya enak."

Arumi yang baru sampai di depan bosnya hanya mengernyitkan dahi. Jelas bingung apa maksudnya, pasalnya di jajaran bekal yang dibeli tidak ada minuman rasa kelapa. Beruntung jiwa pekanya sedang mampir di otaknya.

"Mana uangnya, biar saya yang belikan." Arumi menjulurkan tangannya untuk meminta uang kepada bosnya.

Eric hanya sedikit tersenyum. Pertama kalinya Arumi melihat bosnya tersenyum. Wah benar-benar berbeda auranya. Namun, jangan senang dulu. Orang yang pelit senyum biasanya akan berbahaya, jika sudah senyum.

"Kamu enggak lihat, ini jajanan yang beli siapa? Ini bukan puluhan Arumi, tapi ratusan ribu. Belum lagi tiket masuk, menyewa ban renang anak-anak, itu semuanya saya yang bayar," terangnya. "terus, kamu tega saya mengeluarkan duit lagi?"

Perhitungan sekali si Eric.

"Sekali-kali kamu traktir saya. Hanya satu buah kelapa muda saja, masa kamu enggak mau. Jadi, orang jangan pelit-pelitlah."

Heh, Sini! Mau Arumi pinjamkan kaca. Sebelum nyinyir diharap ngaca dulu. Angin juga tahu, di sini siapa yang pelit dan perhitungan. Kalau saja, lelaki yang di depan Arumi itu bukan bank berjalan Arumi, sudah pasti dia akan melemparkan granat ke arahnya.

"Sini dulu." Eric menggeserkan pantatnya untuk ke tepi kain yang dia duduki.

"Apalagi?" Arumi kesal.

"Cuci tangan dulu, saya enggak mau, kelapa saya kotor karena tangan kotor kamu." Eric menarik kedua tangan Arumi. Lelaki itu menyiramkan air mineral ke tangan Arumi yang sebenarnya sudah bersih berkat air laut.

"Sudah sana," titahnya.

Arumi mencari pedagang kelapa yang ada di sekitar pantai. Beruntung kali ini, dia masih memegang kartu kredit milik bosnya. Tidak jadi buntung, dia malah untung. Membayangkan uang pribadinya tidak jadi keluar, membuat langkahnya semakin ringan ke penjual kelapa.

"Enggak bisa, bu." Rugi sudah karena di sini hanya bisa berbelanja dengan uang tunai. Terpaksa dia mengeluarkan uang pribadinya. Apa yang dibayangkan bahagia malah sengsara. Ke-sarap-an bosnya no kaleng-kaleng.

"Makasih, pak."

Arumi membawa satu buah kelapa muda untuk bosnya. Sumpah dia rasanya ingin sekali menuang sianida di dalamnya. Duit untuk beli kelapa muda memang tidak seberapa. Namun, lihat bagaimana cara bosnya meminta traktiran membuat Arumi geram dibuatnya. Tinggal bilang, minta traktiran saja repot. Bosnya malah nyinyir terlebih dahulu.

"Ini." Arumi memberikan kelapa muda yang sudah bisa diminum dengan sedotan.

"Terima kasih," ujarnya dengan memindahkan kaca mata ke kaos polosnya.

Eric meminum air kelapanya langsung tanpa pura-pura mewarkan ke Arumi. "Kamu cuma beli satu? Memangnya kamu tidak haus?" Sudah setengah air kelapa yang Eric sedot.

"Ini, habiskan. Mumpung saya baik." Eric menyodorkan kelapa mudanya ke Arumi yang tengah duduk di samping bosnya. "Air liur saya tidak berbisa ataupun beracun."

Arumi masih enggan menerima sisa minuman dari bosnya. "Kalau kamu nolak, saya akan tersinggung Arumi."

Orang baik mana yang memberi barang sisaan. Orang baik tuh harusnya memberi dengan yang masih utuh. Salah Arumi juga sih yang beli kelapa muda hanya satu buah saja.

Arumi menerima kelapa muda yang berada di tangan bosnya. Dia menyeruput air kelapa yang ternyata masih banyak. Tenggorokannya begitu licin setelah mendapat amunisi minuman segar alami.

"Sedotannya tidak dibalik. Artinya, tanpa kamu sadari, kita ciuman secara tidak langsung. Kerenkan Arumi?" bisik Eric tepat di samping Arumi.

Arumi yang mendengar bisikan lucknut langsung tersedak. Dari mana otak nakal bosnya itu bisa muncul. Arumi langsung mengembalikan kelapa muda itu ke tangan bosnya. Dia ngacir ke arah anak-anak yang ternyata akan bersih-bersih. Eric tersenyum puas melihat pengasuh anaknya salah tingkah sendiri. Dia meminum sisa air kelapa yang tadi dibalikkan lagi oleh Arumi.

Bisa yuk follow author.😁

1
HARTIN MARLIN
semoga cepat sembuh dan tetap semangat 💪💪
HARTIN MARLIN
permainan siapa sih 🤔🤔
HARTIN MARLIN
siapa dia 🤔🤔 kalau bukan Cipta
iYind Dewi
ngakak bgt🤣
HARTIN MARLIN
ngakak abis 😀😀😂😂🤣🤣
HARTIN MARLIN
🤭🤭😀😀😂😂🤣🤣🤣
HARTIN MARLIN
👍👍👍👍
HARTIN MARLIN
untuk apa Eric mend
HARTIN MARLIN
kenapa harus di pelihara orang seperti Cipta buang aja tu dianya
Azriel Prayoga
maaf thor, hanya sekedar saran.
kalau bisa panggilannya jangan Rai ya thor, karena kalau di Jawa Tengah & Jawa Timur itu Rai = muka thor.
LES TARI
kekel ngrasakne,oponeh nyatane
Gustein Arifin👑
pk duda makin crewet yah
Gustein Arifin👑
bner gosip digosok makin sipp🤣🤣🤣
Rinjani
oala Ayah Naya pemabuk kasian Arumi ...wah pasti ma.mas Duda nih yaa
Ati Tusmiati
semangat aku tunggu thor
Ati Tusmiati
kayak Tom and Jerry awas Erick dan Rumi benci Ama cinta itu beda tipis entar jatuh cinta
Siti Qori'ah
baru ktmu, kata2 Awa aj udah keren..
Humaira Azzahra UwU ¥°
lumayan bagus
Erina Munir
tq thoor...❤️👍💪💪💪💪
Erina Munir
😂😂😂😂🤣 othoor critanya kocak bangeet
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!