Segala derita dan air mata di masa lalu berhasil menjadi kan sosok Naima Maheswari menjadi wanita mandiri.
Kata malas dan malas sudah menjadi makanan sehari - hari yang di cap sang bapak kepada ibu nya.Naima bukan lagi bayi kecil yang tidak mengerti keadaan di sekitar nya.
Akan kah Naima membenci pernikahan atau malah sebaliknya dan bertemu lagi dengan sosok pria yang mirip dengan kelakuan Ayah nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon oland sariyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ubi Rebus
Meskipun di landa rasa kantuk yang teramat menyiksa,Naima terlihat berusaha untuk tetap fokus mengikuti penjelasan sang Dosen.sungguh rasa kantuk ini membuat tubuh nya lelah lebih lelah dari bekerja mencari uang.goresan tinta pena pada buku catatan nya nyaris tidak bisa terbaca lagi namun demikian Naima tetap berusaha mencatat semua yang di anggap nya penting.sesekali kepala dan wajah nya hampir terbentur meja beruntung Lara cepat menyadari nya.berulang kali dia membasahi tenggorokan berharap kantuk itu hilang namun yang ada malam semakin kencang menyerang tubuh nya, gara-gara bergadang semalam membuat kepala nya juga terasa pusing.belum lagi mata nya juga sedikit bengkak akibat menangisi keadaan sang Ibu.
Ketika dosen sedang menerima panggilan telpon dari seseorang,Naima memberanikan diri untuk meminta izin ke toilet, beruntung dosen nya baik hati.di sana Naima mencuci wajah nya supaya segar dan tidak mengantuk lagi,namun baru sepuluh menit duduk di kursi kantuk itu kembali datang tanpa permisi terlebih dahulu.
" Kamu kenapa sih Nai? Tumben ngantuk kayak gini?" tanya Lara lirih supaya tidak terdengar oleh Dosen yang berdiri di depan kelas.
" Mata Kamu merah banget lagi." sambung nya lagi bersamaan dengan Naima yang menguap lebar.
Naima terkekeh kecil melihat tingkah nya hari ini, bagaimana tidak,ia baru bisa tertidur jam 04.15 pagi kemudian bangun jam 06.00 itu pun karena alarm yang berbunyi.kalau tidak mengingat ada kelas pagi ini mungkin Naima masih tertidur pulas di ranjang tipis nya.
" Semalam nggak bisa tidur." jawab Naima dengan tatapan mata tetap lurus ke arah depan.
" Ngapain aja Kamu? Ngurus anak?" sindir Lara lagi tanpa sepengetahuan Naima jika sahabat nya ini sedang berusaha mengulur waktu ngantuk nya.
Sejak tadi Lara tidak berhenti tertawa melihat Naima yang hampir mencium meja,lebih parah dari itu Naima juga hampir terjatuh dari kursi nya, beruntung teman yang duduk di sebelah kanan Naima segera menahan tubuh Naima sehingga tak sampai roboh ke lantai.tapi meskipun ngantuk ketika di tanya oleh dosen tetap saja otak Naima bekerja dengan benar.teman- teman nya pada heran kepada Naima,tau begitu lebih baik Naima tidak perlu kuliah lagi pikir mereka semua .
" Nggak sengaja minum kopi di tempat kerja,kapok Aku dan nggak bakal menyentuh minuman yang mengandung kopi lagi." dusta Naima .
Ia sengaja tidak ingin menceritakan tentang masalah ibu nya kepada Lara karena tidak ingin merepotkan Lara lagi, sudah cukup kebaikan Lara selama ini kepada nya, sekarang dia masih mampu mengurus masalah ibu nya dan beruntung nya lagi tadi malam Dito tidak bertemu dengan Bagas.
Hari ini Naima pulang lebih cepat dari biasa nya, sebelum berangkat ke tempat kerja, Naima terlebih dahulu berhenti di sebuah pasar yang terletak cukup dekat dari kontrakan nya.masih ada waktu satu setengah jam lagi,Naima mengguna kan waktu itu sebaik mungkin.
Satu persatu pedagang mulai di hampiri oleh Naima, sesekali mata nya melirik pedagang yang menjual dagangan mereka dengan harga murah tapi berkualitas.Naima tentu saja ingin untung banyak,Naima tidak malu menawar harga kepada pedagang demi untung yang besar.kelak jika sudah sukses Naima berjanji dalam hati tidak akan pernah menawar harga lagi.
Semua bahan-bahan yang di butuhkan sudah berada di tangan nya.Naima pulang ke kontrakan dengan berjalan kaki hitung-hitung menghemat pengeluaran.
" Banyak sekali belanjaan nya Nak?" tanya seorang ibu-ibu yang berpapasan dengan Naima dan di samping ibu itu ada temannya.
" iya Bu,mari saya duluan ya." balas Naima tidak punya banyak waktu untuk sekedar berbasa-basi dengan tetangga nya.apalagi jika tetangga itu kepo.Naima lebih memilih menghindar ketimbang harus menghadapi penasaran akut mereka semua.
Ibu itu pun mengangguk tapi setelah Naima menjauh dari mereka,mulai lah mereka membicarakan tentang Naima yang kata nya sering pulang malam dan jarang berada di kontrakan.
" Anak muda zaman sekarang memang sering bikin sakit kepala! Pulang kampung nanti pasti bawa adik bayi untuk ibu nya." ujar salah satu di antara mereka.membuat ibu yang lain tertawa mendengar nya.
Padahal rumah mereka berada di gang sebelah, tidak tahu kenapa malah sibuk menggosipkan Naima yang di dekat rumah nya terkenal anak baik, ibu-ibu di sekitar rumah ini juga tahu kalau Naima kuliah sekalian bekerja di berbagai tempat.
" Saya pernah lihat tetangga Naima tadi ciuman di dekat pintu kontrakan nya,duh kontrakan itu memang nggak sehat untuk lingkungan kita." pemilik kontrakan yang tidak sengaja mendengar pembicaraan ini langsung naik darah dan berjalan cepat mengejar rombongan ibu-ibu tadi.
Hei... pemilik kontrakan itu memanggil ibu-ibu tadi,Bu Yesi nama nya .beliau selalu baik kepada Naima bahkan sering mengantar makanan untuk Naima.beliau tidak memiliki anak perempuan tapi begitu melihat Naima beliau langsung suka dengan kepribadian Naima yang pekerja keras dan pintar.
Mendengar orang-orang yang sedang membicarakan kebohongan,Bu Yesi tentu saja tidak terima karena selama ini beliau tahu seperti apa Naima beserta anak kontrakan lain nya.
" Kalian kalau tidak tahu apa-apa lebih baik diam,kerjaan nya menggosip terus, nggak sadar apa setiap hari menimbun dosa." ucap Bu Yesi menatap tajam keempat ibu-ibu ini.
" Maksud Bu Yesi apa?" tanya salah satu di antara mereka.
Bu Yesi jengah melihat mereka yang sok manis di depan nya.bukan nya langsung pergi ke pasar malah sibuk mengurus hidup orang lain.ke empat ibu ini memang sudah terkenal suka mengerumpi di sekitar tempat tinggal nya.tapi mendengar mereka membicarakan Naima yang tidak pernah melakukan apa yang mereka tuduh kan tentu saja membuat Bu Yesi meradang.
" Naima itu tidak seperti yang kalian tuduhkan,sepulang kuliah dia bekerja di laundry milik Bu Sugito,pulang dari sana dia lanjut mengajar anak-anak les privat,jadi kalian kalau tidak tahu apa-apa lebih baik diam jangan suka membuat gosip yang tidak - tidak tentang Naima, begitu juga dengan anak kontrakan saya yang lain nya,saya lebih tahu mereka karena setiap hari saya pantau lewat cctv yang ada di sana." setelah mengatakan itu Bu Yesi langsung pergi malas untuk melihat wajah ke empat ibu ini terlalu lama,tidak ada guna nya juga berdebat dengan mereka yang suka melihat sesuatu dari pandangan yang berbeda.
" Sombong amat mentang-mentang punya banyak kontrakan, pantas saja dia bela Naima karena setiap bulan terima uang dari Naima." sungut salah satu dari keempat ibu-ibu tadi dan masih terdengar oleh Bu Yesi yang belum terlalu jauh.
Sabar...Sabar... Begitu lah yang Bu Yesi ucap kan dalam hati,yang penting dia tahu seperti apa Naima dan sudah berusaha membuka mata mereka dengan fakta yang ada, masalah mereka mau percaya atau tidak itu kembali lagi kepada mereka semua.
Sementara itu di dalam kontrakan nya, Naima saat ini baru selesai menata semua belanjaan ke dalam sebuah keranjang kecil,ia tak memiliki lemari penyimpanan makanan ,jadi untuk sementara semua barang-barang di simpan dalam keranjang saja.
" Lebih baik Aku masak untuk bekal dulu, mumpung masih ada waktu tersisa." gumam Naima lagi.
Dengan cekatan Naima memotong semua bahan yang di butuhkan,rasa kantuknya tadi hilang begitu saja setelah di bawa bekerja.setiap peluh yang menetes menjadi saksi perjuangan Naima di kota ini.tak perlu bercerita kepada siapapun bagaimana lelah dan pahit nya hidup di sini,ia tak akan pernah menyerah sebelum mendapatkan apa yang di inginkan nya dan juga sang Ibu.
" Alhamdulillah selesai juga." Naima menata hasil masakan ke dalam kotak bekal.tak lupa juga ia membawa botol minum sekalian nanti di isi lalu di bawa pulang ,lagi dan lagi alasan nya karena menghemat pengeluaran.
Naima berangkat kerja dengan berjalan kaki,panas terik matahari di siang hari sama sekali tidak menghalanginya untuk mengumpulkan pundi-pundi rupiah.satu hari pun belum pernah Naima absen bekerja.gaji satu hari terlalu berharga untuk nya dan keluarga.
Sedang kan di kampung sana,Bu Maryah sedang istirahat di dalam kamar dengan Dito yang menemani nya.Maryah tak berniat untuk menceritakan kepada Dito bagaimana Rudi mendatangi dan menghina nya dengan kata-kata yang tidak pantas,Maryah berusaha melupakan semua itu karena tidak ingin jatuh sakit lagi,jika ia sakit Rudi pasti akan tertawa di atas kesusahan nya,dan akhirnya anak-anak nya lah yang paling di rugikan.
" Bu! Kenapa melamun terus? Ada yang ibu pikir kan?" tanya Dito kepada sang Ibu.
" Tidak ada." jawab Bu Maryah singkat sambil mengusap kepala Dito penuh kasih sayang.
Hari ini Dito kembali harus absen ke sekolah karena harus merawat nya yang sedang sakit,tentu saja perjuangan anak nya ini membuat hati Maryah terasa perih.
" Apa Aku ikut Naima ke kota saja ya? Tapi Dito bagaimana?" lirih Marya mulai memikirkan apa yang pernah Naima tawarkan kepada nya dan ia tak perlu lagi bertemu dengan mantan suami nya.
" Ibu bilang apa?" tanya Dito karena tidak terlalu jelas mendengar ucapan ibu nya.
Maryah gelagapan dengan cepat menampilkan senyum hangat nya untuk Dito,ia tak sadar jika ucapan nya sampai terdengar oleh Dito,jangan sampai gara-gara ucapan nya tadi Dito jadi mengambil keputusan yang akan merugikan nya seumur hidup.
" Tidak! Ibu hanya kepikiran sama Mbak mu,lain kali jangan kasih tahu Mbak mu ya kalau Ibu lagi sakit,di sana pasti dia kepikiran sama Ibu,jangan sampai kabar yang kita berikan mengganggu pikiran dan kuliah nya." ujar Maryah dengan cepat mencari alasan yang tepat.
Dito mengangguk paham,tapi dia juga tidak punya pilihan lain selain mengadu kepada Naima karena memang hanya Naima yang mereka miliki.
Siapa lagi yang bisa di harapkan kecuali Naima,mau mengharapkan Rudi? Tentu saja tidak akan bisa,pria itu hanya bisa mendatangkan luka,Dito sebenarnya sudah tahu tentang Rudi yang mendatangi Ibu nya ke pasar,salah satu sahabat nya datang menceritakan ini kepada Dito,tentu saja kabar ini membuat Dito meradang dan berencana menemui Rudi,tapi nanti setelah ibu nya bisa di tinggal sendirian.Dito takut jika ia pergi menemui Rudi sekarang malah terjadi sesuatu kepada sang Ibu .
Dito sengaja tidak mau membahas tentang Rudi di depan ibu nya karena tidak mau melihat Maryah kepikiran lagi kepada Rudi,Dito juga merahasiakan kabar ini dari Naima karena tidak mau membuat Naima khawatir kepada mereka.ia yakin bisa mengurus semua ini sendirian tanpa melibatkan kakak nya.
" Lihat kondisi nya dulu Bu!Aku juga tahu itu,tapi kemarin Ibu pingsan ya aku nggak mau di salahkan Mbak Naima kalau sampai terjadi kepada Ibu." balas Dito di iyakan saja oleh Bu Maryah.
Setelah itu Maryah kembali melamun, tatapan nya kosong dengan mata yang berkaca-kaca.Dito melihat nya hanya menghela nafas berat.Rudi...Oh Rudi...Jika saja ia bisa menghabisi pria itu dan tidak ada hukum yang akan menjerat nya, mungkin sudah sejak kemarin Dito melakukan nya.tapi ia masih punya akal sehat,kalau sampai dia menginap di penjara lalu siapa yang akan merawat dan menjaga ibu nya.
" Jangan di pikir kan lagi Bu! Anggap saja yang menggangu pikiran ibu itu bisikan setan,jangan sampai Ibu sakit lagi yang akan membuat Mbak pulang dan tidak jadi melanjutkan sekolah nya." kata Dito sengaja menakut-nakuti ibu nya dan sukses menyadarkan Maryah .
" Ibu lagi pengen makan apa biar Dito beli?" tawar Dito lagi karena tidak mau melihat ibu nya memikirkan Rudi.
" Mmm...Apa ya?" Maryah terlihat berpikir sejenak sebelum akhirnya mengatakan sesuatu kepada Dito.
Ia juga tidak mau sakit,sayang uang nya kalau harus masuk ke rumah sakit lagi.biaya berobat itu mahal,semalam menginap di rumah sakit saja anak nya harus mengeluarkan biaya yang lumayan besar menurut Maryah, kasihan anak nya sudah bekerja keras malah habis untuk membayar tagihan rumah sakit.Maryah mengatur nafas berusaha mengenyahkan Penghinaan yang Rudi lakukan kepada nya.
" Kita masak ubi rebus saja ya To! Ibu lagi pengen makan Ibu rebus." ucap Maryah karena sudah lama tidak makan Ubi rebus.
Semenjak tinggal di kontrakan ini mereka selalu makan tepat waktu dan tidak pernah kekurangan, berbeda dengan masa lalu yang sering harus makan ubi rebus agar anak-anaknya bisa makan nasi biar semangat berangkat sekolah dan juga belajar.
" Baiklah,Ibu tunggu di sini biar Dito beli dulu ubi nya.
Bugh..
" Dasar pria tua tidak punya ot4k."
Bersambung.
Jangan lupa like dan tinggal kan jejak kalian di kolom komentar ya guys.
kami setia menuju kelanjutan cerita ini kalo bisa double ya hhehhe
duh, si ulat bulu tak tau malu mengakui dirinya calon istri bagas ogah benar si bagas nyarik bini spek" ulat kayak lu angel.....
naima, buka hatimu untuk bagas atau siapa saja... kamu berhak bahagia meski luka dalam hidupmu tidak bisa hilang begitu saja ...
asikkkk bagas udah menyatakan langsung isi hatinya 😁 tinggal naima buka hatinya buat bagas... sampai rela loh bagas pindah ke kota dimana naima berada
semakin tinggi pencapaian naima pastinya ada yang iri seperti angel merasa tersaingin padahal naima terkenal dikampus karena dia pintar dan mendapatkan beasiswa...
semoga perjuangan bagas berhasil untuk menakluhkan hati naima eitsss bersaingan dong dengan pak agam si dosen killer🤔...
tapi naima membuka hati kira" siapa yang dipilih yah????
tapi setelah dia dapat kabar tentang ibunya seperti tertusuk pisau di jiwanya karena hanya ibu yang iya miliki dan dio....
Apakah bagas akan mencari naima atau naima bakalan dikagumi dosen killer itu pak agam???
ditunggu kelanjutnya kakk othor❤️
Sudah gila saraf otak pak rudi, dia yang menghabiskan uangnya demi si neneng itu malah balik menyalahkan naima... tega banget seorang ayah tanpa memberi nafkah dan kasihsayang ingin menukarkan harga diri anaknya buat orang lain karena demi uang...
lanjut dong thor
naima dan dito sangat menyayangi ibunya,
tapi bagaimana mereka bisa mendapatkan biaya untuk operasi? apakah ada yg membantu mereka? semoga saja ada orang baik yang bsa menolong ibunya...
sepertinya dokter bagas dia tertarik pada naima tetapi dia sadar diri, naima masih bocah....
bu maryah sudah pasrah dengan tindakan kasar pak rudi tapi dia selalu percaya pak rudi setia...
setelah ini, apakah bu maryah tetap bertahan dengan segala cobaan rumahtangga mereka, dan apakah naima dito masih mau menerima perilaku buruk pak rudi kepada mereka....
naima,punya teman yang baik , selalu bantuin ketika lagi kesusahan dengan cara diam" memasukkan selembar uang ke dalam tas naima. tapi naima susah dia tidak pernah memanfaatkan temannya itu karena dia anak yang tulus...