Kisah dua anak manusia yang ditemukan karena takdir.
Sekartaji adalah anak ketiga dari empat bersaudara yang semuanya perempuan. Dia adalah satu-satunya yang belum menikah di usianya yang ke 27 sementara kedua kakak dan adiknya sudah punya pasangan masing-masing. Sekar tidak ada keinginan menikah karena baginya pria jaman now red flag semua.
Danapati, seorang pengusaha berusia 34 tahun, belum mau menikah karena menunggu wanita yang membuatnya jatuh cinta.
Bagaimana jika dua orang yang tidak mau menikah tapi dipertemukan oleh takdir?
Disclaimer. Ini bukan cerita rakyat Jawa ya. Hanya cerita komedi unfaedah
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hana Reeves, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Qing Fei de Yi
"Tunggu ... Maaf nak Danapati. Kencan? Maksudnya ... pergi berdua gitu?" tanya Rama bingung karena seumur-umur putrinya tidak ada yang ajak kencan baik dari jaman SMA, kuliah dan kerja. Lha kok ini tetiba tidak ada angin, hujan dan topan kok ada pria ganteng, matang pohon ... Mau kencan sama Klenting Kuning? Aku tidak mimpi kan?
"Ya semacam itulah. Apakah Sekartaji ada bapak? Ibu?" tanya Danapati sopan.
"Ada ... Tapi masih tidur ...." Agni menatap pria itu dengan perasaan tidak enak.
"Tidur? Jam segini?" Danapati mengusap dagunya dan kedua orang tua Sekartaji bisa melihat pria itu kesal.
Apalagi yang dilakukan Sekar, Ya Allah. - batin Agni.
"Mari masuk dulu nak Danapati. Biar ibunya Sekar bangunkan anak itu." Rama membuka pintu pagarnya dan Danapati pun masuk.
"Assalamualaikum ...."
"Wa'alaikumsalam," balas Rama dan Agni.
"Saya ke kamarnya Sekar dulu ya nak," senyum Agni yang langsung ke dalam rumah sementara Rama menemani Danapati.
"Nak Dana ini cucunya pak Adipati Prayitno?" tanya Rama.
"Iya. Oh, maafkan saya. Saya belum berkenalan dengan benar. Perkenalkan saya, Danapati Rahadi," senyum Danapati sambil Salim ke Rama.
"Walah nak Dana, tidak usah Salim. Salaman biasa saja tidak apa-apa," ucap Rama tidak enak karena pria ini boss anaknya!
"Tidak apa-apa pak Rama. Almarhum kedua orang tua saya selalu mengajarkan seperti itu."
Rama terkejut. "Orang tuanya nak Dana sudah meninggal?"
Danapati mengangguk. "Almarhum ibu saya, Nitisara Prayitno menikah dengan Aswanta Rahadi. Lahir saya dan saat saya masih kuliah di Amerika, pesawat yang membawa mereka jatuh di laut Atlantik," jawab Danapati sendu.
"Ya Allah, maafkan saya nak Danapati," ucap Rama dengan wajah sedih.
"Tidak apa-apa pak, sudah 16 tahun yang lalu. Jadi sekarang tinggal saya dan eyang Kakung." Danapati masuk ke dalam rumah bersama Rama. Dia mengakui rumah orang tua Sekartaji sangat njawani. Tidak heran nama anak-anaknya sangat Jawa.
"Silahkan duduk nak Danapati. Mau kopi atau teh?" tawar Rama membuat Danapati tertawa.
"Ini bukan restauran kan pak Rama?"
Rama tersenyum. "Memang bukan, tapi terkadang ada tamu yang tidak suka kopi atau teh jadi daripada mubazir, lebih baik ditanya apa sukaanya. Biar hati senang karena pas minumannya."
"Logis! Maaf merepotkan, saya suka kopi hitam," jawab Danapati.
"Cocok dengan saya. Sebentar ya ... saya buatkan," jawab Rama membuat Danapati melongo.
"Pak Rama tidak punya pembantu?" tanya Danapati tidak enak.
"Ah santai nak Danapati. Sekar dan Indira, kakaknya, tidak suka ada pembantu karena mereka agak OCD. Suka kebersihan," jawab Rama sambil ke meja kopi dan membuatkan minuman untuk mereka berdua. "Selama kita bisa melakukannya sendiri, kenapa harus membutuhkan bantuan orang lain, bukan? Toh rumah kami bukan yang sebesar mansion. Tapi sekarang kami ada tukang bersih-bersih hanya pagi hingga siang hari lalu dia pulang karena Sekar kerja dan ibunya juga sendirian."
Danapati mengangguk. "Senyamannya ya pak Rama."
"Touché. Selama dibawa nyaman, senang dan santai, semuanya pasti enak jalannya." Rama membawa dua cangkir kopi ke ruang tamu. "Silahkan kopinya nak Danapati."
Danapati menerima cangkir kopi itu. "Matur nuwun pak Rama."
"Sami-sami," jawab Rama sambil duduk.
"Apakah Sekar selalu tidur jam segini?" tanya Danapati.
"Anak itu kalau Sabtu dan Minggu lebih suka hibernasi menjadi beruang alias tidur. Apalagi tiga hari kemarin dia pulang malam terus karena harus pemeriksaan mesin baru kan? Sekar maunya semua serba sempurna." Rama menyesap kopinya.
Dasar tukang molor - batin Danapati.
***
Kamar Sekar
"Sekar, sayang. Ayo bangun. Sudah jam lima sore lho," ucap Agni sambil berusaha membangunkan putrinya yang masih berpelukan mesra dengan guling.
"Maaaa ... Aku tuh lagi kencan sama Vic Zhou ... Kok digangguin ...." gumam Sekartaji.
"Lho? Bukannya Jerry Yan?" goda Agni.
"Nggak suka. Mukanya kaku macam papan pemeriksaan," jawab Sekartaji sambil merem membuat ibunya terbahak.
"Ya ampun. Kamu kebanyakan nonton Meteor Garden! Ayo bangun ! Ada cowok nyari kamu!"
Mata Sekartaji terbuka. "Cowok? Siapa? Bang Miun? Yang jualan cireng pojok? Lha utang aku yang sepuluh ribu udah aku bayar ...."
Agni melotot."Kamu utang sepuluh ribu sama Miun?"
Sekartaji hanya diam saja dan bersiap-siap kena tauziah ibunya.
"Ya Allah Sekaaaarrrr! Kasihan dong Miun kamu utangi sepuluh ribu! Memangnya kamu tidak punya uang? Kamu tuh gimana sih!"
"Uang Sekar itu goban, bang Miun baru buka dasar kagak ada kembalian. Jadinya aku utang dulu dan udah aku bayar besoknya. Ya kali transfer, tapi satu. Bang Miun lupa nomor rekeningnya. Kedua, ongkos transfer nya itu bisa dapat cireng satu lagi! Lha kok enak aku kasih ke bank? Mending buat Sekar dong! Dua ribu lima ratus itu something!" eyel Sekartaji membuat Agni memegang pelipisnya.
"Mama pusing sama analogi kamu! Sudah! Pokoknya sekarang kamu bangun, mandi, dandan yang agak cantik dikit, terus keluar kamar! Ada cowok cariin kamu!" ucap Agni.
"Siapa ma?"
"Tahu deh ...." Agni pun berdiri dan tidak mau menyebutkan siapa tamu Sekar. "Mama keluar ya dan kamu Ndang mandi gih!"
Sekar hanya mengangguk. Gadis itu pun mengambil baju ganti dan berjalan keluar untuk mandi karena kamar mandi mereka berada di luar. Rumah Rama memang ada lima kamar tidur tapi hanya ada tiga kamar mandi. Satu-satunya di dalam kamar tidur hanya untuk Rama dan Agni sementara empat anak gadisnya di kamar mandi luar.
Sekartaji pun keluar dari kamarnya sambil berdendang lagu milik Harlem Yu gara-gara dia nonton ulang drama Meteor Garden.
"zhi pa wo zi ji hui ai shang ni
bu gan rang zi ji kao de tai jin
pa wo mei shen me neng gou gei ni
ai ni ye xu yao hen da de yong qi ...." dendangnya.
"Sudah bangun kamu?"
Sekar menghentikan dendang dan langkahnya, lalu menoleh ke arah ruang tamu. Tampak Danapati duduk disana sambil membaca majalah yang ada di tempat koran.
"Lho? Kok ada pak Danapati? Ada apa pak?" tanya Sekartaji bingung.
"Janji kamu?"
"Janji ... Oh Shiiiitttt jamur Shitake!" Sekartaji bergegas ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan keras.
Danapati terkejut. Asli! Ini anak memang ngajak gelut !
Visualnya Kusomo dan Reksadana. Semoga cocok.
***
Note
Istilah-istilah tersebut digunakan untuk menggantikan nominal uang rupiah.
Gocap: lima puluh (50)
Ceban: sepuluh ribu (10.000)
Seceng atau Ceceng: seribu (1.000)
Cepek: seratus (100)
Gopek: lima ratus (500)
Goceng: lima ribu (5.000)
Goban: lima puluh ribu (50.000)
Gotiao: lima juta (5 juta)
Cepek Ceng: seratus ribu (100.000)
Noceng: dua ribu (2.000)
Pego: seratus lima puluh (150.000)
Cetiao: satu juta (1 juta)
Sumber Detik com
***
Yuhuuuu up Pagi Yaaaaaaaa
Thank you for reading and support author
Don't forget to like vote and gift
Tararengkyu ❤️🙂❤️