Sienna Blair, seorang wanita mandiri dan kuat, dikhianati oleh kekasihnya Landon Pierce dan adik tirinya, Sabrina Horison. Setelah insiden tragis di Hotel Savoy yang mengguncang hidupnya, ia melarikan diri ke luar negeri dalam keadaan hamil. Lima tahun kemudian, ia kembali ke London bersama kedua anak kembarnya, Hunter dan Hazel, dengan tekad untuk membalas dendam dan membangun kembali kehidupannya.
Tanpa disadari, jalan hidup membawanya bertemu dengan Sebastian Cole, CEO dingin Cole Group, yang ternyata ayah kandung anak-anaknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Melon Milk, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
18
"Berhenti berpura-pura." Suara dingin Sebastian terdengar dari belakang Sienna, nadanya tajam dan menusuk.
Jika kejadian di bar dan anak-anak yang berhasil menemukannya semua adalah bagian dari rencana wanita ini, maka hari ini hanyalah satu babak sandiwara untuk menjebaknya. Sebastian sudah terlalu sering melihat drama seperti ini.
Jika Sienna tetap tidak tahu diri, dia tidak akan segan mengambil kembali apa yang menjadi miliknya.
"Apa sebenarnya yang kamu inginkan?" tanya Sienna sambil menghentikan langkahnya. Tatapannya penuh kekhawatiran saat melirik kedua anak yang sedang menikmati es krim di bawah pengawasan bodyguard dan Asisten Ethan. Amarahnya mulai naik.
Pria ini benar-benar menyebalkan sombong, angkuh, dan ingin merebut kehidupan serta segalanya darinya, dengan sikap yang sangat menjengkelkan.
"Sialan," desisnya dalam hati.
"Aku bisa memberimu waktu untuk memikirkannya," ucap Sebastian tenang.
Sienna mendengus dingin. Sorot matanya sedingin es. "Tak perlu dipikirkan Itu jelas tidak mungkin, Bahkan jika kamu memberiku seluruh uang di dunia, aku tidak akan pernah menjual anak-anakku. Mengerti?"
Setelah berkata begitu, ia mengangkat dagu Aura kepercayaan dirinya sama sekali tidak kalah dari Sebastian.
Sebastian mengerutkan alis, jelas tak senang. Wanita ini jelas hanya menginginkan posisi sebagai Istrinya, Sungguh serakah.
Keduanya terdiam dalam kebuntuan, membuat suasana di dalam mobil terasa menyesakkan.
Sementara itu, kedua anak yang sedang menikmati es krim di dekat mobil sudah selesai makan. Tapi melihat Papa dan Mima belum selesai bicara, mereka mulai terlihat khawatir.
"Kak, Papa dan Mima ngobrol apa sih? Kenapa lama banget?" Hazel mengintip ke arah dalam mobil, penasaran.
Hunter mengerutkan kening. Perasaannya tidak enak. Obrolan itu berlangsung terlalu lama. "Kalau begitu kita tanya langsung aja!"
"Oke, oke" Hazel mengangguk semangat.
Akhirnya, kedua anak kecil itu melewati Asisten Ethan dan berjalan ke arah Sienna dan Sebastian.
Sienna sebenarnya sudah membuka pintu mobil tadi, tapi dihalangi dua bodyguard agar tidak bisa pergi. Jadi Hazel dan Hunter memutari para penjaga itu dan berdiri di depan pintu mobil.
Hazel menatap ke atas, melihat ke arah Sienna dan Sebastian. "Papa, Mima, udah selesai ngobrolnya?"
Begitu selesai bicara, Hazel langsung menyadari suasana di antara keduanya tidak baik. Ia mendadak merasa Papa dan Mima akan berpisah. Bibirnya langsung cemberut, suaranya nyaris menangis, "Papa dan Mima, kalian bertengkar ya?"
Sienna dan Sebastian terkejut, saling berpandangan, lalu melihat kedua anak kecil di depan pintu mobil.
Hunter tiba-tiba merasa adiknya tidak sepenuhnya bodoh, bahkan cukup berguna di saat penting. Ia ikut-ikutan mencemberut dan pura-pura akan menangis. "Papa dan Mima benar-benar bertengkar ya?"
Begitu kata-kata itu keluar, Hazel makin sedih dan langsung menangis. "Huwaa, aku ga punya Papa dan Mima lagi! Aku kasihan banget! Semua orang punya Papa dan Mima, tapi aku nggak punya--"
Hati Sienna dan Sebastian langsung tergerak mendengar ucapan Hazel. Sienna buru-buru keluar dari mobil, memeluk Hazel, dan menenangkan, "Enggak, Mima dan Papa ga bertengkar kok!"
Hazel masih terisak, memandang Sienna ragu. "Beneran? Papa dan Mima ga bertengkar?"
Sienna mengangguk yakin. "Ya bener."
Hazel lalu memandang Sebastian, dan pria itu pun tersenyum tipis, keluar dari mobil, mengelus kepala Hazel dan Hunter.
Hunter menatap Sienna, lalu ke Sebastian. Sebuah ide licik muncul di matanya, lalu ia berkata datar, "Aku ga percaya. Aku mau Papa dan Mima ciuman dulu baru percaya!"
Hazel langsung mengangguk cepat. "Iya, harus ciuman."
Sienna terkejut, lalu melirik ke arah Sebastian. Dalam hati, dia merasa ingin mati apa kedua anak ini datang ke dunia hanya untuk menjebaknya?
Sebastian juga tampak kaget saat mendengar mereka harus berciuman. Wajahnya berubah canggung, dan mereka berdua pun saling memandang dengan ekspresi jijik.
Melihat itu, Hazel mulai menangis lagi. "Huwaaa, Papa dan Mima gak mau ciuman, berarti beneran bertengkar. Huu huu huu..."
Sambil menangis, Hazel menarik tangan Sienna dan Sebastian agar berdiri lebih dekat. "Cepat, ciuman dong."
Hunter juga ikut menarik tangan mereka dan mengangguk. "Iya, cepat ciuman."
Dua anak itu menatap mereka penuh harap. Sienna dan Sebastian hanya bisa saling memandang dengan ekspresi tertekan dan tidak berdaya.
Sialan, apa dia benar-benar harus mencium pria menyebalkan ini?
Sebastian pun melihat jelas ketidaksenangan di wajah Sienna dan berkata rendah, "Aku juga ga mau nyium wanita murahan sepertimu."
Sienna makin marah. Sial! Dia masih dianggap cewe murahan? Berani-beraninya merendahkannya?
Dengan emosi meledak, dia mengerucutkan bibirnya, lalu mendekat dan langsung mencium bibir Sebastian.
Sebastian terpaku sejenak.
Dia... dipaksa dicium oleh wanita ini.