Apakah pengasuh hanya berlaku untuk bayi dan anak-anak?
Ariana, gadis berusia 22 tahun di janjikan upah cukup besar hanya untuk mengasuh putra dari seorang duda kaya raya.
Kenakalannya sudah tak bisa di tolerir, namun sang ayah yakin jika Ariana mampu mengubah sifat anak remajanya itu.
Akankah Ariana berhasil menaklukkan anak remaja itu? Atau justru timbul konflik yang rumit di antara mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fitri Widia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Labil
”Ariana, kenapa denganmu? Apa kamu sakit?”
Arga menatap sendu wajah gadis yang di cintainya, pucat dan matanya sembab.
”Tidak apa-apa Tuan Arga, saya hanya tak terbiasa di tempat dan acara seperti ini. Rasanya aneh,” jawab gadis itu menutupi kegelisahan sejak dia bertemu dengan ayah kandungnya.
”Apa kau mau pulang? Malam sudah semakin larut juga,” ajak Arga yang langsung di sambut anggukan dari Ariana.
Arga pun memberikan lengan berotot miliknya agar Ariana melingkarkan tangannya. Mereka pun berjalan dan memasuki mobil yang sudah di tunggu oleh Beni sedari tadi.
”Silakan masuk Tuan Putri,” ucap Arga sembari membuka pintu mobil untuk Ariana. Gadis itu tersenyum dan segera masuk, di ikuti oleh langkah Arga yang masuk lewat pintu sebelahnya.
Sepanjang perjalanan, Arga terus menggenggam tangan gadisnya. Seolah dia ingin menunjukkan keseriusan tentang jalinan hubungan mereka. Namun, tak ada getaran dalam diri Ariana walau Arga sudah begitu terang-terangan. Dia hanya memikirkan kesejahteraan hidupnya jika menikah dengan Arga nanti.
Sesuai dugaan Arkana, Ariana memang tertarik dengan harta duda konglomerat itu. Namun dia berjanji pada dirinya sendiri untuk setia dan akan melayani apapun yang Arga mau, sekalipun itu urusan ranjang.
”Sedikit sentuhan, mungkin akan memberikan gairah pada hubungan kita,” Arga terus memancing Ariana dengan kecupan yang dia daratkan ke kening, lalu ke pipi, dan ke lehernya.
Ariana melenguh, merasa hal ini sudah pernah di rasakannya. Padahal baginya ini pertama kali dia dapatkan dari Arga.
Arga mendekatkan wajahnya, mencoba untuk kembali mendaratkan bibirnya di bibir Ariana. Hingga wajah mereka hanya berjarak tiga senti, sampai suara ponsel Arga menggagalkan aksinya.
”Halo, Arkana. Iya, papa sebentar lagi pulang. Kenapa kamu belum tidur?”
Lagi-lagi, gangguan keromantisan mereka datang dari orang terdekat.
”Awas kalau papa ke hotel dan berbuat hal yang aneh!”
Ancaman Arkana tentu saja membuat Arga tertawa, dia tahu jika putranya takut dirinya melampaui batasan. Namun, dia sudah berjanji tak akan melakukan hal yang lebih dari sekedar berpegangan tangan atau sedikit ciuman, mungkin.
”Papa tentu saja tak akan berbuat hal aneh, papa tak akan memberikan contoh buruk bagi anak kesayangan papa. Kamu harusnya segera tidur, besok sekolah kan?”
Arga pun menutup panggilan dari Arkana, dia segera menyandarkan tubuhnya di kursi mobil yang empuk dan membuatnya terlelap sekejap. Sampai akhirnya suara Ariana membangunkan dirinya.
”Tuan Arga, kita sudah sampai,” ucap Ariana dengan lembut namun membuat Arga terlena. Pria itu membelai lembut wajah Ariana.
”Ariana, menikahlah denganku.”
Ajakan Arga sontak membuat Ariana terkejut, tanpa hubungan apapun Arga langsung mengajaknya menikah. Pendekatan yang di rasa singkat membuat Ariana sedikit ragu. Namun dorongan untuk memiliki hidup lebih baik lebih besar di banding gengsinya untuk tak menjalin hubungan dengan pria manapun.
Ariana pun menganggukan kepalanya, membuat Arga tersenyum seraya mengecup pucuk kepala gadis itu.
”Minggu depan kita akan ke rumahmu, aku harus berbicara pada ibu dan adikmu,” ucap Arga sambil membuka pintu mobilnya. Dia pun membukakan pintu untuk Ariana. Namun saat gadis itu melangkah keluar, Arga segera memangku gadis itu. Dengan enteng membawanya ke dalam rumahnya.
”Pa, baru pulang?”
Suara Arkana membuat Arga terkejut. Begitu pula Ariana yang langsung turun dari pangkuan pria berusia 40 tahun itu.
”Arkana, kenapa belum tidur?” Tanya Arga yang berbalik bertanya pada putranya.
...~~~...
Arkana masih memasang wajah cemberutnya, mengingat keromantisan ayah dan pengasuhnya semalam. Melihat Ariana di gendongan ayahnya, membuat Arkana berpikir hal lain.
”Jangan-jangan papa sama si pengasuh itu,” pikiran negatif terus menyelimuti kepala Arkana. Membuatnya tak konsentrasi menyerap pelajaran yang sedang di terangkan oleh gurunya.
Namun, satu hal yang membuat wajahnya menyeringai. Tatapan Ariana pada dirinya sedikit berbeda. Apalagi semalam saat dirinya yang tak sengaja berpapasan di dapur dengan si pengasuh.
”Loe cantik pake gaun tadi, tapi terlalu terbuka,” ucap Arkana jujur. Apalagi melihat bentuk tubuh Ariana yang proposional dan asetnya yang terlihat lebih menonjol.
”Ah, terimakasih pujiannya Tuan Muda.”
”Sebenarnya, gue akui loe cantik sejak pertama kali kita ketemu.”
Deg!
Entah kenapa hati Ariana tiba-tiba berdebar mendengar pengakuan dari tuan mudanya. Apalagi dirinya pun mengagumi mata biru Arkana yang sejak awal sudah menghipnotisnya. Bahkan saat pertama kali perjumpaannya, Ariana sempat tenggelam ke dalam mata biru yang seperti samudra.
”—saya mau melindungi tante dari pria-pria brengsek itu,” kata itulah yang selalu terngiang di kepala Ariana. Sembari menatap Arkana yang sedang minum, gadis itu menunjukan senyum manisnya.
Arkana sadar sedang di perhatikan, dia mendekati gadis itu yang justru hanya diam saja sambil menatapnya. Arkana pun mulai membelai rambut gadis itu, turun ke bawah hingga belaian itu sampai ke tangannya.
Arkana kembali fokus pada pelajarannya setelah mengingat kejadian semalam. Dia tak menyangka jika respon Ariana yang menerima sentuhannya membuat Arkana terus memikirkan gadis itu.
Sementara itu Ariana masih saja tak fokus bekerja, dia merasa se brengsek itu menerima sentuhan dari calon putra tirinya.
”Apa yang aku lakukan, kenapa aku diam saja saat bocah itu membelai rambut dan tanganku? Ah sial.”
Ariana melempar sendok yang sedang dia pakai untuk menyiapkan makan siang kedua tuannya. Gadis itu pun segera mencuci muka agar menyadarkan dirinya dari Arkana yang terus mengganggu pikirannya.
”Aku bahkan masih terpesona dengan mata birunya, walaupun ayah dan anak itu memiliki mata yang sama tapi kenapa milik Arkana membuat perasaanku berbeda.”
”Dia hanya bocah SMA, dia seumuran adikku, kamu harus waras Ariana. Kamu sudah menerima ajakan pernikahan dari papanya,” imbuhnya yang terus menampar pipinya agar tersadar.
Ariana pun kembali bekerja, menyelesaikan semua tugas yang harus dia laksanakan di rumah mewah itu. Dengan kesibukan, mungkin pikirannya tak akan beralih pada hal-hal seperti semalam. Hal tak penting yang bisa saja merubah kehidupannya.
Ariana melangkahkan kakinya menuju area carport, dan melihat Beni yang sedang sibuk dengan ponselnya.
”Kak Beni, ayo kita ke sekolah tuan muda.”
Beni dengan siap segera membantu Ariana mengambil tas bekal milik tuannya. Lalu membukakan pintu bagi gadis yang sebentar lagi akan menjadi nyonya.
”Ayo Nyonya Bradley,” ucapnya dengan lirih karena terluka namun di balut dengan candaan.
Ariana hanya menggelengkan kepalanya lalu masuk ke kursi depan di samping Beni. Begitu pun Beni yang segera masuk ke kursi pengemudi dan membawa mobil itu melaju ke sekolah.
”Selamat ya, kau sebentar lagi akan menjadi istri Tuan Arga,” ucapan Beni terdengar menyakitkan. Namun senyum itu tak hilang di wajah tampannya.
”Terlalu cepat untuk mengucapkan selamat. Tapi terimakasih.”
Beni pun tak sanggup membalas ucapan terimakasih dari Ariana. Dia hanya berharap Ari bisa bahagia bersama majikannya.
Sampai di sekolah, Ariana segera masuk ke kelas Arkana. Seperti biasa, dia melihat tiga pemuda yang sudah menunggu makan siang di tempat biasa.
”Arkana!”
Suara seorang gadis yang melengking membuat Ariana dan tiga pemuda itu terkejut. Apalagi saat gadis itu mendekati dan memeluk erat Arkana, membuat Ariana terkejut melihatnya.
”Aku kangen sama kamu,” ucap gadis itu yang sambil memeluk Arkana, walau pemuda itu terlihat risih dan menolak pelukannya. Tapi gadis itu tangguh dan tak menyerah.
”Apaan sih loe, datang-datang meluk gue,” ucap Arkana bergidik setelah gadis itu melepas pelukannya.
”Loe gak kangen sama gue, si Maudy yang cantik jelita dan calon artis terkenal ini.”
”Maudy? Sepertinya aku pernah lihat,” gumam Ariana yang masih memperhatikan gadis cantik di hadapannya.