Karen Aurellia tidak pernah menyangka diusianya yang baru menginjak dua puluh tahun, akan menikah dengan pria yang lebih tua darinya. Pria itu adalah Darren William Bratajaya, pemuda cerdas yang telah meraih gelar profesor di Universitas London.
Saat mengetahui akan dinikahi seseorang bergelar profesor, yang ada dalam bayangannya adalah seorang pria berbadan gempal dengan perut yang buncit, memakai kacamata serta memiliki kebotakan di tengah kepala seperti tokoh profesor yang sering divisualkan film-film kartun.
Tak sesuai dugaannya, ternyata pria itu berwajah rupawan bak pangeran di negeri dongeng! Lebih mengejutkan lagi, ternyata dia adalah dosen baru yang begitu digandrungi para mahasiswi di kampusnya.
Bacaan ringan, bukan novel dengan alur cerita penuh drama. Hanya sebuah kisah kehidupan Rumah Tangga pasutri baru, penuh keseruan, kelucuan, dan keuwuan yang diselipi edukasi pernikahan. Baca aja dulu, siapa tahu ntar naksir authornya 🤣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yu aotian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 29 : Obsesi Feril
Mendengar pernyataan polos Karen, membuat Darren terenyuh sekaligus merasa lucu. Ia langsung teringat dengan sosok ilmuan jenius Stephen Hawking yang pernah menyebutkan jika wanita adalah misteri alam terbesar yang sulit dipahami. Ya, benar! Perempuan adalah kumpulan tanda tanya dan pria dituntut untuk memecahkannya. Contoh nyata sudah ia rasakan sendiri pada istrinya.
Darren tersenyum simpul lalu berlagak bodoh. "Sayang-sayangan gimana maksudnya? Kan tiap hari kita selalu sayang-sayangan!"
"Sayang-sayangan yang lebih mesra, gitu!"
"Contohnya kayak gimana?" tanya Daren sengaja memancing istrinya. Kepala pria itu sedikit menengok ke belakang.
"Ih, pura-pura bego!" Karen mulai kesal.
Darren berbalik, mencubit kedua pipi istrinya dengan gemas. "Kalau pengen sesuatu, ya, ngomong. Jangan main teka-teki!"
"Kan aku udah ngodein kamu, tapi kamunya gak peka!" Kali ini, Karen menunjukkan wajah malu-malu.
Darren meletakkan telapak tangannya di kepala Karen, lalu membungkuk seraya memajukan wajahnya. "Kenapa harus pake kode-kodean, sih! Kenapa gak mulai duluan aja?"
"Aku kan cewek, masa' cewek nyerang duluan! Kan malu ...."
"Ya, gak papa. Kita kan suami istri. Aku paling gak setuju dengan persepsi orang seakan-akan hanya laki-laki yang membutuhkan hubungan biologis."
"Iya, tapi sebagai perempuan terkadang malu untuk meminta lebih dulu karena adanya stigma istri hanya bertugas memberi kepuasan suami," balas Karen menunduk.
Darren mengangkat wajah Karen dengan lembut, memaksa agar mata mereka bertemu. "Kamu itu istri aku, pasangan hidupku. Kedudukan kamu itu di samping aku, sejajar denganku. Bukan berada di bawahku. Kamu punya hak dan kewajiban yang sama seperti aku," ucapnya.
Meski pernikahan mereka dilandasi perjodohan, tapi sedari awal Darren telah bersikap realistis. Dalam pandangannya pernikahan hanya terjadi sekali seumur hidup. Untuk itu, sejak hari pertama Karen menjadi istrinya, ia berupaya membangun cinta di hatinya untuk perempuan itu.
Darren juga memiliki prinsip sendiri dalam pernikahannya. Dalam hal ini, pria bergelar profesor ekonomi itu menggunakan prinsip pola perkawinan equal partnert, yaitu tidak ada posisi yang lebih tinggi atau rendah dalam suami istri. Di mana pekerjaan suami sama pentingnya dengan pekerjaan istri, pasangan saling memenuhi kebutuhan, melakukan pekerjaan rumah tangga bersama dan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang.
...----------------...
Di sisi lain, Nadya baru saja tiba di gedung fakultas sastra untuk mengantarkan jurnal yang disuruh Darren.
"Permisi, Pak? Pak Bonar ada, gak?" tanya Nadya pada salah satu dosen yang berada di ruang dosen.
"Pak Bonar?" Dosen berkacamata itu mengernyitkan dahi hingga membentuk lipatan kerut.
"Iya, Pak!" Nadya mengangguk-angguk.
Dosen itu menyapu pandangan ke seluruh ruangan lalu berkata, "Tidak ada dosen yang namanya Bonar di fakultas sastra, adanya di fakultas hukum! Kamu salah alamat!"
Nadya lantas ternganga seketika dengan mata terbelalak. Sudah jauh-jauh datang ke tempat itu, tapi pak Bonar yang hendak ditemuinya malah berada di fakultas hukum yang gedungnya hanya berada di samping fakultas ekonomi. Ia pun keluar dari fakultas sastra sambil bersungut-sungut.
"Ini apa telingaku yang budek atau pak Darren yang pikun, ya!" gumamnya bingung sendiri.
Setelah dari ruangan penelitian, Darren kini berada perpustakaan untuk mencari buku-buku ilmuwan ekonomi dunia yang menunjang penelitiannya. Tak disangka, Karen malah mengekornya dari belakang. Perempuan itu berdiri di samping Darren seakan ikut mencari buku. Padahal dia hanya masih ingin berlama-lama dengan suaminya.
Saat Darren duduk sambil membawa tumpukan buku, ia pun ikut duduk di samping pria itu sambil membawa sebuah buku yang diambilnya asal-asalan. Mereka duduk bersebelahan di meja yang memiliki sekat. Untungnya posisi tempat duduk mereka berada di pojok, yang mana tak ada satu pun orang yang duduk di barisan meja tersebut. Keadaan perpustakaan itu sendiri tak seramai biasa.
Karen menutupi wajahnya dengan buku bacaan agar bisa menatap puas wajah suaminya dari samping. Sesekali, kakinya sengaja menyenggol kaki pria itu untuk mengganggunya yang tengah serius membaca.
"Apaan, sih? Jangan ke sini cuma buat ngeganggu!" ketus Darren dengan mata yang tetap tertuju ke buku bacaan.
"Serius amat! Sekali-kali lirik aku, dong!" ucap Karen bersuara manja.
Darren lalu mengangkat buku bacaan sejajar dengan wajahnya, sama seperti yang dilakukan Karen. Keduanya pun saling bertatapan dari balik buku yang menutupi wajah mereka.
Sejenak, Darren memerhatikan buku yang dipegang Karen. "Ngapain kamu baca buku kayak gitu siang-siang gini?"
"Hah?" Karen segera melirik ke arah bukunya. Matanya membeliak seketika saat judul besar buku itu tertulis "Kama Sutraa" yang merupakan kitab percintaan tertua berasal dari India. Halaman buku yang sedari tadi dibukanya pun menampilkan metode seni bercinta.
Seketika, wajah perempuan itu memerah bak kepiting rebus. Ia terlalu fokus memerhatikan suaminya sampai tidak melirik isi buku yang dipegangnya. Karena malu, ia pun segera menuju rak buku mengganti buku tersebut.
Ketika Karen sedang asyik mencari buku bacaan yang cocok untuk dirinya, tiba-tiba sebuah tangan yang membawa segelas minuman es Boba muncul dari sela-sela buku di hadapannya. Karen mengernyitkan dahi seraya mengambil beberapa tumpukan buku di depannya, untuk melihat seseorang di balik rak tersebut. Ternyata, pria pemilik tangan yang baru saja memberikan es boba padanya itu adalah Feril, si Tao Ming Tse KW.
Feril tersenyum semringah sambil berkata, "Ternyata mataku benar-benar jeli walau cuma lihat kamu dari jendela perpustakaan, Kar. Nih, es Boba buat kamu!"
Karen malah buru-buru keluar dari perpustakaan seakan melihat hantu di siang bolong. Jujur, sebenarnya ia takut jika Darren melihatnya sedang bersama pria lain, atau Feril melihatnya sedang bersama dosen mereka.
Tak dihiraukan Karen, membuat jiwa kelaki-lakian Feril seakan tergores. "Lihat aja entar! Lu pasti bakal gua dapatin, tapi setelah itu bakal gua campakkin!" ucap Feril dengan sudut bibir yang terangkat.
Sore hari, Nadya, Karen, beserta teman-teman mereka lainnya nongkrong di salah satu kafe yang sedang hits di kalangan anak muda Jakarta Selatan. Acara nongkrong ini disponsori oleh Nadya yang ingin mengenalkan pacar.
Nadya yang sedari tadi gelisah karena pacarnya tak kunjung datang, tiba-tiba berkata, "Itu dia!"
Karen dan kawan-kawannya berbalik. Mata Karen sontak berbalik saat melihat pacar Nadya datang bersama Feril. Sementara Nadya langsung menyambut pacarnya dengan penuh suka cita.
"Kenalin semua, ini Farel!" ucap Nadya sambil menggandeng pacar barunya.
Teman-teman Nadya malah salah fokus dengan kehadiran Feril. "Eh, kok, wajah kalian mirip!"
"Ini kakak aku!" sahut Feril merangkul pacar Nadya.
Nadya pun kaget sama seperti kawan-kawannya. "Serius? Aku baru tahu juga, loh!"
Karen tersentak dan hampir tersedak mendengar pengakuan Feril barusan.
"Eh, ada Karen juga ternyata?" Feril lalu duduk tepat di hadapan Karen. "Maafin aku dah ganggu kamu di perpustakaan tadi, ya," ucap pria itu.
"Eeng ... gak papa, Kak. Justru aku yang minta maaf udah pergi gitu aja. Tadi aku lupa kalau lagi disuruh dosen." Karen mendadak salah tingkah.
"Eh, Kar, kok kamu tiba-tiba jadi gugup gitu. Jangan-jangan kalian berdua lagi pedekate, ya," tebak teman-temannya.
"Enggak, kok. Enggak!" tampik Karen yang makin tak nyaman.
Feril hanya tersenyum sambil memandang Karen. Jika diperhatikan baik-baik, perempuan dengan rambut sebahu itu cukup menarik dan tak kalah cantik dengan koleksi mantan-mantan pacarnya. Ia semakin terobsesi untuk menaklukkannya.
Setelah menghabiskan beberapa jam di kafe, Karen akhirnya kembali ke apartemen. Ia duduk selonjoran di lantai dengan punggung yang disandarkan pada kaki sofa. Selang lima menit kemudian, Darren turut pulang dan menyapanya dengan hangat.
"Eh, udah pulang juga? Gimana acaranya dengan teman-teman?" tanya Darren yang duduk di sofa sambil melingkarkan tangannya di leher Karen.
"Lumayan asyik," jawab Karen. Ia menengadahkan kepalanya untuk menatap Darren yang duduk di belakangnya.
Darren menunduk, lalu mengecup singkat bibir ranum istrinya. "Mandi bareng, yuk! Kamu bau asem!" ucapnya kemudian sambil mencubit hidung istrinya.
"Enak aja!" Karen langsung memberengut.
Tangan Darren yang masih melingkar di leher Karen, kini turun ke bawah dan mulai membuka kancing kameja istrinya satu per satu.
.
.
.
catatan author:
Oke, ada banyak pembaca setiaku yang bilang geli atau masih gak percaya baca novelku yang satu ini karena seperti bukan aku yang nulis 🤣. Pertama, kalian belum terbiasa dengan gaya penulisanku seperti ini karena novel-novelku sebelumnya berlatar belakang luar negeri dengan menggabungkan tema romantis misteri. Kedua, novel ini alurnya sudah ditentukan di NT, meski begitu ada beberapa adegan yang gak aku masukin karena terkesan cringe. Ketiga, menyisipkan unsur humor dan edukasi pernikahan itu inisiatifku, aku juga sengaja menyisipkan hubungan keluarga institusional vs companionship dalam karakter Oma Belle dan mami Valen biar reader aku teredukasi untuk memilih pola keluarga mana yang barangkali cocok untuk kalian adaptasi. Andaikan novel ini tidak kumasukkan elemen-elemen tersebut, pasti novel ini datar banget gais.
Saat aku nulis chapter bonus Chiba dan Mayu, aku kan pernah bilang ma kalian kalau aku tiba-tiba pingin buat novel kehidupan rumah tangga modern, tapi malas buat novel baru. Makanya aku bikin chapter bonus Chiba dan Mayu untuk menuang pikiran aku tentang persepsi orang-orang mengenai kehidupan rumah tangga dan anak. Eh, nggak nyangka banget aku malah dikasih tantangan editor untuk nulis novel dengan tema yang juga menyinggung isu ini. Btw, aku juga sering nulis artikel lepas. Tapi itu dulu.
So, nikmati aja kisah ini dengan santuy. Jangan harapkan konflik ekstrem kayak di novel NN.
keasikan baca jadi lupa kasih bintang 😂😂😂😂😂😂🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🙏🏼
notif'y ada d berbagai judul novel kak yu 😅