Barbar Queen & Sang Ceo Kejam

Departemen Kepolisian Chengdu.

Queen dan Zoanna duduk berdampingan, keduanya masih tampak kelelahan setelah kejar-kejaran tadi. Beberapa penjudi lain duduk di kursi seberang, menunduk ketakutan. Di depan mereka, Kapten Yu dan rekannya bersiap melakukan pemeriksaan.

“Siapa namamu?” tanya Kapten Yu.

Queen menyilangkan tangan.

“Sudah tahu masih bertanya.”

Kapten Yu mengetuk meja keras.

“Ini tugas resmi! Cepat jawab!”

Queen menghela napas panjang.

“Queen. Usia 22 tahun. Jenis kelamin wanita. Status masih perawan.”

“Siapa yang tidak tahu kau wanita. Yang ditanya marga keluargamu.”

Queen menjawab dengan santai,

“Wu, Li, Shen, Shu, Chen, Wu, Wang, Yang.”

Zoanna menatap putrinya dengan wajah bingung.

“Queen! Yang ditanya margamu, bukan semua marga papa tirimu!”

Kapten Yu mengernyit kesal.

“Hei! Yang kami butuhkan hanya margamu, kenapa kau menyebut semua marga yang tidak ada hubungannya?”

Queen menunjuk dirinya sendiri.

“Paman Yu, masalahnya aku lupa margaku. Mama menikah delapan kali. Jadi aku harus mengakui mereka semua sebagai ayahku.”

Zoanna menarik telinga putrinya.

“Walaupun begitu, bukan berarti kau harus ikut semua marga mereka!”

"Lepaskan tanganmu dulu!" kata Queen yang menepis tangan ibunya.

Kapten Yu memijat dahinya.

“Baik. Apa marga papa kandungmu?”

Queen menoleh pada Zoanna dengan tatapan menyipit.

“Papa kandungku marga apa… dan suami ke berapa?”

Zoanna terduduk lemas.

“Mengapa aku bisa melahirkan anak yang tidak tahu ayahnya sendiri?”

Queen tak mau kalah.

“Mama yang terlalu sering menikah dan bercerai. Mana mungkin aku ingat yang mana margaku?”

Kapten Yu menyambar,

“Cepat jawab!”

Zoanna akhirnya menyerah.

“Maaf, Inspektur. Marganya… Li.”

Kapten Yu mengangguk lalu bertanya lagi,

“Mengapa kau mengejar ibumu dengan pisau? Kau tidak tahu itu tindakan kriminal?”

Queen menjawab tanpa rasa bersalah,

“Rencanaku ingin mengambil kedua tangannya agar ia berhenti berjudi. Kalau tidak, pada akhirnya aku harus mengorbankan ginjalku.”

Beberapa penjudi spontan menyingkir menjauh.

Kapten Yu menggeleng-geleng.

“Seorang gadis 22 tahun mengejar ibunya sendiri dengan pisau… bagaimana pandangan orang lain terhadapmu?”

Zoanna menepuk lengan Queen.

“Queen, cepat hubungi papa tirimu untuk membebaskan kita.”

Queen mendesis,

“Menyusahkan saja. Cepat atau lambat suami barumu juga akan meninggalkanmu.”

“Siapa suami barumu sekarang?” tanya Queen.

“Namanya Jacky. Kau sudah menghubunginya tadi.”

Queen menekan nomor itu.

“Halo, Queen. Kalian ada di mana?” tanya Jacky.

Queen menjawab tanpa emosi,

“Papa tiri kedelapan, kami ada di kantor polisi. Tidak perlu datang. Biarkan saja Mama dikurung.”

“Apa yang kau katakan!?” pekik Zoanna.

Seorang polisi lain membisikkan sesuatu kepada Kapten Yu.

Kapten Yu menutup berkas dan berkata,

“Zoanna Mu, Queen Li. Kalian boleh pulang. Ada yang menjamin kalian.”

“Siapa?” tanya Zoanna dan Queen bersamaan.

Kapten Yu menggeleng.

“Tidak tahu. Orang itu menyembunyikan identitasnya. Sekarang pergi, dan jangan muncul lagi di hadapanku lagi!"

Queen berdiri sambil tersenyum.

“Calon papa tiriku yang kesembilan, apakah Anda tidak ingin mempertimbangkan tawaranku?"

Kapten Yu memerah wajahnya.

“Jangan asal bicara! Aku dan ibumu tidak mungkin! Bahkan kalau di dunia ini tidak ada wanita pun, aku lebih rela hidup sendirian!"

"Mama, betapa tidak lakunya dirimu. Bahkan Kapten Yu yang masih perjaka pun tidak mau denganmu," ucap Queen tanpa ragu. Rekan-rekan Kapten Yu yang sudah mengenal gadis itu hanya menahan tawa.

"Hei! Jangan asal bicara!" seru Zoanna.

"Maaf!" ujar Zoanna cepat, lalu segera menarik tangan putrinya dan meninggalkan kantor polisi.

"Anak itu selalu saja membuat orang emosi," gerutu Kapten Yu sambil mengusap wajahnya sendiri.

"Siapa yang menjamin mereka?" tanya Kapten Yu pada rekannya

"Pengacara Meng. Dia menolak memberi tahu siapa bosnya," jawab rekannya.

Kapten Yu mengernyit.

"Siapa orang misterius itu? Mengapa gadis rusuh itu justru dibantu oleh seseorang yang bahkan tak ingin memperlihatkan identitasnya?”

Di sisi lain, di sebuah ruangan luas yang remang, beberapa pria bersetelan hitam berdiri berjajar. Atasan mereka duduk santai di sofa, menyalakan rokok dengan gerakan tenang. Wajah tampan dengan tatapan tajam itu jelas menunjukkan bahwa ia bukan orang biasa.

"Bos, gadis itu dan ibunya sudah dibebaskan," lapor asistennya, Rey.

"Bagaimana dengan hutangnya?" tanya pria itu tanpa menoleh.

"Semua surat hutang sudah kita ambil alih. Artinya, mereka tidak bisa lagi menekan Zoanna maupun Nona Li. Para rentenir sudah dilumpuhkan, dan para preman itu sudah dibubarkan. Mereka tidak akan berani muncul lagi di Cheng Du," jawab Rey.

Pria itu menghela napas panjang.

"Menurutmu… apakah sudah waktunya aku membawa gadis itu kembali? Bertahun-tahun hidupnya sengsara karena wanita itu. Jika bukan karena Queen, sudah sejak lama aku ingin melenyapkan wanita itu dengan tanganku sendiri."

Rey tampak ragu.

"Tapi Nona Li belum tahu kebenarannya. Apa dia bisa menerima setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi?"

"Dia akan terluka," jawab pria itu pelan namun tegas. "Walau hidupnya keras, Queen sangat tangguh. Dia tidak pernah putus asa. Dia bisa melindungi dirinya sendiri dan berani menghadapi siapa pun yang mencoba menyakitinya."

Pria itu adalah Jason Shu.

Namanya jarang terdengar, tetapi sekali disebut, siapa pun akan tahu untuk tidak meremehkannya. Ia dikenal sebagai sosok yang tenang, dingin, dan terbiasa menyelesaikan masalah tanpa meninggalkan kegaduhan. Di balik sikapnya yang kalem, tersimpan kekuatan yang membuat orang-orang di sekelilingnya selalu menjaga jarak.