NovelToon NovelToon
KEPALSUAN

KEPALSUAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Kehidupan di Sekolah/Kampus / Misteri / Action / Persahabatan / Romansa
Popularitas:217
Nilai: 5
Nama Author: yersya

ini adalah cerita tentang seorang anak laki-laki yang mencari jawaban atas keberadaannya sendiri

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yersya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 6

Udara pagi terasa sejuk, aroma tanaman basah di taman sekolah masih tercium samar. Gerombolan siswa dan siswi berjalan memasuki gerbang, sebagian masih menguap, sebagian lain tertawa keras sambil bercerita tentang akhir pekan mereka. Suasana ramai seperti biasa… kecuali untuk satu orang.

Aku.

Seperti hari Senin biasanya, aku berjalan mengikuti arus kerumunan menuju kelas. Namun ada rasa tak nyaman di dadaku — bukan karena sekolah, tapi karena sesuatu yang pasti akan terjadi begitu aku membuka pintu.

Srekk—

Begitu pintu geser kubuka, puluhan pasang mata langsung mengarah padaku. Tatapan penuh gosip. Tatapan yang membuat ruangan mendadak terasa lebih sempit.

“Hei, dia kan yang nembak Luna?” bisik seorang siswi, cukup keras untuk kudengar.

“Iya. Jagoan klub sepak bola aja kena tolak. Dia kok pede banget sih?” timpal seorang cowok dengan senyum meremehkan.

Aku menarik nafas pelan. Yah… aku sudah menduganya.

Mengabaikan komentar itu, aku berjalan menuju kursiku di sudut paling belakang dekat jendela. Kursi favoritku—tempat untuk menghilang dari hiruk-pikuk dunia. Aku meletakkan tas, menarik kursi, lalu duduk sambil memandang keluar. Pemandangan halaman sekolah dari lantai tiga selalu membuatku sedikit lebih tenang.

“Oi!”

Sebuah suara menggelegar memotong lamunanku.

“Kenapa lo pede banget nembak Luna?! Tahu diri dikit lah, tolol!” teriak seorang cowok yang jelas sedang mencoba tampil keren di depan teman-temannya.

Ledakan tawa pun memenuhi ruangan.

Hahaha!!

Seluruh kelas ikut tertawa, kecuali tiga orang.

Luna — masih membaca buku tanpa peduli dunia.

Adelia — sibuk menatap layar ponselnya, sama sekali tak tertarik dengan drama murahan ini.

Dan Kelvin — dia menatapku dengan wajah prihatin, tampak ingin menolong tapi tidak tahu bagaimana.

Aku menghembuskan nafas pelan dan kembali memandangi jendela. Di luar, burung-burung terbang bebas. Sedangkan aku di sini… hidup dalam kotak penuh rumor.

Srekk—

Pintu kembali terbuka. Guru matematika masuk dengan buku tebal di tangan.

“Selamat pagi semuanya!” sapanya.

Seketika kelas hening. Semua bergegas kembali ke bangku masing-masing.

“Baik, buka halaman…” Guru mulai menjelaskan satu demi satu rumus. Suaranya stabil, monoton, tapi cukup jelas untuk diikuti.

Aku mencatat dengan rajin, meski pikiranku sesekali memutar kejadian beberapa hari lalu. Setiap kali mataku menangkap sosok Adelia, jantungku berdebar sedikit lebih cepat. Wajar saja — apa yang kulihat hari itu masih meninggalkan jejak aneh dalam pikiranku.

Sejak kejadian itu, tidak ada kutukan lain yang muncul. Tidak ada makhluk aneh. Tidak ada suara misterius. Tidak ada apa pun.

Tapi justru itu yang membuatku makin gelisah.

Kenapa seorang siswi SMA seperti Adelia bertarung melawan makhluk seperti itu? Di mana orang dewasa? Polisi? Tentara? Masa iya dunia ini diam saja dan membiarkan anak sekolah menghadapi makhluk berbahaya yang dapat membunuhnya kapanpun itu?

Aku mengetuk-ngetuk pulpen di meja.

Bertanya langsung akan lebih cepat… tapi dia pasti tidak akan menjawab. Trik kemarin jelas tidak akan berhasil lagi. Jadi kalau aku ingin tahu—

Aku menghentikan pikiran itu dan menggeleng keras.

Tidak. Jangan terlibat lagi.

Ini bukan urusanku.

Kalau berpura-pura tidak tahu, hidup akan jauh lebih mudah.

Ya. Itu keputusan terbaik.

Ding… dong… ding—

Bel istirahat berbunyi. Seketika kelas meledak dalam riuh kegembiraan. Ada yang mengobrol, ada yang langsung keluar, ada yang membuka bekal, ada yang tidur, dan sebagian sibuk main hp.

Aku keluar kelas lebih awal dari biasanya, berjalan menuju kantin untuk membeli makanan, lalu berniat kabur sebentar ke tempat sepi.

Namun sebelum aku sempat melangkah jauh, sebuah suara memanggilku.

“Arya!”

Aku menoleh.

Kelvin berdiri di sana. Tatapannya tidak seperti biasanya—tidak lembut, tidak santai. Tapi serius. Sangat serius.

“Ada yang ingin kubicarakan denganmu”

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!