NovelToon NovelToon
Sistem Menjadi Miliarder

Sistem Menjadi Miliarder

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Action / Romantis / Sistem / Anak Lelaki/Pria Miskin / Balas Dendam
Popularitas:5.2k
Nilai: 5
Nama Author: Quesi_Nue

Suatu hari, Rian, seorang pengantar pizza, melakukan pengantaran di siang hari yang terik.

Namun entah kenapa, ada perasaan aneh yang membuat langkahnya terasa berat saat menuju tujuan terakhirnya.

Begitu sampai di depan pintu apartemen lokasi pengantaran itu, suara tangis pelan terdengar dari dalam di ikuti suara kursi terguling.

Tanpa berpikir panjang, Rian mendobrak pintu dan menyelamatkan seorang gadis berseragam SMA di detik terakhir.

Ia tidak tahu, tindakan nurani itu akan menjadi titik balik dalam hidupnya.

Sistem memberi imbalan besar atas pencapaiannya.

Namun seiring waktu, Rian mulai menyadari
semakin besar sesuatu yang ia terima, semakin besar pula harga yang harus dibayar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quesi_Nue, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25 - Sekolah Yuna

Tapi matanya kemudian menangkap sesuatu di meja kecil. Ada lipatan kecil yang terselip di bawah kantong sarapan.

Perlahan ia mencondongkan tubuh, meraihnya.

Dan ketika sesuatu itu terangkat,

“Eh… uang?”

Uang itu tergenggam di tangan Nadhira.

Tiga lembar seratus ribuan.

Rp. 300.000.

Ia menatapnya lama.

“…Dia ngasih uang juga dan apa ini…? Tulisan lagi?”

Ia membuka lipatannya.

Tulisan tangan yang rapi tapi terburu-buru itu menyapa matanya,

“Ini uang hari ini dan lusa.

Nanti saya ke sini cek kondisi kalian.

Saya hanya ingin menyelamatkan kalian dari Pak Tono, tidak lebih dari itu.

Dan kamu…

Jika Nadhira yang membaca nya, kamu sekarang bisa bersekolah dengan nyaman sampai jenjang kuliah tanpa perlu khawatir biaya.”

Begitu matanya mencapai baris terakhir… dunia seperti berhenti bernapas.

Suasana seketika Hening.

Detik-detik itu pecah seperti kaca yang jatuh di lantai marmer tajam dan menyakitkan.

Nadhira membeku. Kertas itu bergetar di tangannya, bukan karena angin, tapi karena tubuhnya sendiri menolak berhenti gemetar.

“…K-kuliah…?” Kata - kata itu keluar dengan kenangan buruk yang selama ini mereka rasakan.

Ayahnya.

Teror itu...

Bau alkohol, Teriakan, Ibu yang jatuh terduduk di dapur sambil menahan pipi yang memerah.

Pukulan yang terdengar seperti siksaan dunia. Hari-hari ketika Nadhira kecil bersembunyi di kamar mandi sambil memeluk ibu nya, berharap entah bagaimana, pintu itu tak roboh diterjang.

Sudah lama… sangat lama mereka ingin pergi.

Dan sekarang…

Kata “kuliah” terasa seperti kata dari dunia lain.

Sesuatu yang selama ini bahkan tidak ia izinkan untuk sekadar masuk ke dalam mimpi.

“K-kuliah… aku… bisa…?”

Air matanya menetes pelan, lalu cepat, lalu deras, seperti bendungan tua yang akhirnya menyerah setelah menahan terlalu banyak.

Rasanya sesak. Perih.

Leganya pun menyakitkan karena tidak ada satu pun dalam hidupnya yang pernah terasa ringan sebanyak ini.

Rian…

Kenapa orang asing yang tidak punya kewajiban apa pun…

justru memberi ia dan ibunya sesuatu yang ayah kandungnya sendiri tidak pernah kasih?

Rasa takut, bingung, syok, dan sedikit… harapan bercampur jadi satu sampai Nadhira tak tahu harus merasakan yang mana dulu.

Ia menutup mulut dengan kedua tangan, menahan suara yang ingin pecah.

Untuk pertama kalinya, sejak ia ingat dirinya sendiri…

ada yang berkata padanya:

“Kamu punya masa depan.”

Dan itu terlalu besar.

Terlalu indah.

Terlalu… tidak masuk akal bagi hidup yang selama ini cuma berisi larangan, ancaman, dan rasa ingin kabur.

Nadhira mengusap air matanya, tapi yang jatuh justru makin banyak.

Bahu kecilnya naik-turun menahan napas yang pecah berantakan.

Sejak kapan ada orang yang melihat dirinya lebih dari sekadar beban?

Sejak kapan ada yang menganggap ia layak punya jalan hidup lebih panjang daripada dapur sempit tempat ibunya pernah jatuh tersungkur?

Ia menggenggam surat itu lebih erat seolah itu satu-satunya hal nyata di ruangan asing ini.

“Rian…” bibirnya bergetar, “…kalau kamu benar-benar cuma ingin nolong… kenapa kamu lakukan sejauh ini…?”

Ia bingung harus percaya atau tidak ketika ada yang tiba-tiba menawarkan obat.

Sakitnya terlalu dalam. Kejadiannya terlalu sering. Dan kebaikan seperti ini… terasa seperti mimpi yang ia takut bangun.

Nadhira menunduk.

Air matanya jatuh ke kertas itu, membuat tinta di sudutnya sedikit melebar.

Ia memejamkan mata.

“Kalau… kalau kamu jahat… pasti kamu udah ngapa-ngapain aku waktu aku pingsan…”

Suara itu kecil, gemetar, seperti anak kecil yang mencoba meyakinkan diri sendiri.

“…tapi kamu malah… ninggalin makanan… ninggalin uang… ninggalin tempat aman buat aku sama ibu…”

Jantungnya terasa sesak lagi, tapi dengan cara yang berbeda bukan ketakutan… tapi sesuatu yang belum pernah berani ia rasakan sebelumnya.

Rasa dilindungi.

Ia membuka mata perlahan, menatap kontrakan mewah itu, AC, kasur tinggi, lampu lembut, semua terasa seperti dunia yang berbeda.

“Kalau begini… aku nggak tahu harus anggap kamu baik atau buruk…”

Ia mengusap pipinya, menarik napas panjang yang masih tersendat.

“…tapi… ini pertama kalinya… aku pengen percaya pada laki - laki.”

Pov : Rian

Rian menghela napas panjang begitu notifikasi ponsel berbunyi.

Orderan Selesai - 6/6

Bonus Insentif : Rp. 25.000

"Lanjutkan esok untuk mendapatkan insentif harian lagi."

“Lumayan…” gumamnya sambil merapikan helm di stang nya.

Sore mulai turun, langit berubah warna oranye-gelap.

Angin lewat di antara pepohonan pinggir jalan kompleks perumahan, membawa aroma asap bakaran entah dari mana.

Rian memasukkan ponsel ke kantong jaket, lalu memutar motor baru nya yang kini meraung halus dan stabil.

“Ayo… waktunya jemput mereka.”

Beberapa menit kemudian, Rian berhenti di depan pagar sekolah menengah pertama yang penuh anak-anak berlarian keluar.

Adik nya sitiana melihatnya lebih dulu.

“Kak Rian!!”

Ia melambai-lambai sambil berlari kecil, ransel ungu memantul-pantul di punggung.

Rian turun, mengusap kepala adiknya yang setengah berkeringat.

“Ayo naik. Kita pulang dulu, abis itu mandi. Jangan nempel ke baju, bau matahari gitu.”

“Ehehe… iyaaa kak…”

Sitiana naik ke jok belakang dengan luwes, sudah terbiasa.

Rian menyalakan motor, dan suara mesinnya yang baru lebih bersih, lebih halus mengisi jalanan sempit menuju rumah.

“Eh, Kak,” Sitiana bersandar sedikit ke depan,

“motornya kerasa beda ya?”

Rian tersenyum kecil.

“Engga tau, tadi habis nyuci motor aja.”

Ia enggan menjelaskan detailnya mau mulai dari mana coba? Motor ter-rekonstruksi sistem? Bensin 100 KM/liter? Mesin anti-boros?

Sitiana pasti cuma bakal bilang: “Kakak udah gila ya?.”

Maka Rian cuma menambah gas, membiarkan angin sore menyapu wajahnya, dan lanjut menjemput Riani di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Kota Zuana.

 

Hari itu berakhir singkat.

Setelah mengantar mereka pulang, Rian membantu ibunya sebentar, makan malam bersama, lalu mandi air hangat yang menenangkan.

Ia mengecek sistem sedikit… tapi tidak ada misi urgent selain misi sampingan yang tidak sulit.

Dan malam itu, sambil duduk di kasur tipis di ruang tamu, Rian menatap langit-langit.

Besok masih banyak hal harus ia urus.

"Orderan."

"Sekolah Yuna"

"Cek keadaan Nadhira dan ibunya."

Dan mungkin… menghadapi kemungkinan lain yang belum ia pikirkan.

“Yaudah… tidur aja dulu aja.”

Ia menutup mata.

 

Keesokan harinya.

Mentari pagi menyelinap lewat celah jendela, tipis-tipis… cukup buat bikin mata terasa hangat tapi tetap malas buat bangun.

“Kak! Kak Rian! Bangun, udah pagi!”

Suara itu masuk lebih dulu sebelum kesadarannya nyusul.

Rian mengerjap pelan, bola matanya masih berat, dan ia melihat siluet Yuna di sebelah kasur nya sambil menggoyang-goyangkan tangannya.

Rian menoleh ke jam dinding.

05.50.

“…Ada apa, Yun…? Masih pagi banget…” suaranya serak, jelas baru bangun.

Yuna mengembungkan pipi.

“Kakak lupa mau Mindahin Yuna!

Rian terdiam setengah detik mencerna...

“ASTAGA.”

1
ALAN
lanjut Thor 😍💪
Gege
mantul
Gege
lepaskan semua thorr 10k katanya.. jangan di cicil cicil... gassss
Gege
lanjooottt thorr💪
Raihan alfi Priatno
lanjutin updatenya sampai tamat
Eli: Okeii syap
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!