NovelToon NovelToon
Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Menyembunyikan Benih Mantan Suami

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / Slice of Life / Single Mom / Nikahmuda / Cerai / Duda
Popularitas:5.8k
Nilai: 5
Nama Author: Ara Nandini

Selina harus menelan pahit kenyataan di kala dirinya sudah bercerai dengan mantan suami hasil perjodohan. Ternyata tak lama setelah itu, dia menemukan dirinya tengah berbadan dua.

Selina akhirnya memutuskan untuk membesarkan bayinya sendiri, meskipun harus menjadi ibu tunggal tak membuatnya menyerah.

Berbeda dengan Zavier. Mantan suaminya yang hidup bahagia dan mewah dengan kekasihnya. Seseorang sudah hadir di hidup pria itu jauh sebelum kedatangan Selina.

Akankah kebenarannya terungkap seiring berjalannya waktu? Belum lagi Selina Kini harus terjebak dengan seorang bos yang sangat menyebalkan.

Ikuti kisahnya!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ara Nandini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

7. Kebenaran

“Terima kasih, Om!”

“Sama-sama.”

“Makasih banyak, Om ganteng!”

“Sama-sama, anak cantik.”

Jayden tersenyum kecil saat dirinya membagikan beberapa kotak nasi dan bingkisan snack pada anak-anak yang berbaris rapi di halaman sekolah.

Setiap memperingati ulang tahunnya, pria itu memang tak pernah melewatkan kesempatan untuk berbagi, baik di sekolah maupun panti asuhan. Meskipun Jayden dikenal sebagai pria yang tempramen dan keras dalam dunia bisnis, jangan salah—ia justru menyukai anak-anak. Di hadapan mereka, sikapnya sering melunak.

Brak!

Tangan Jayden yang sedang memegang nasi kotak tiba-tiba terlepas. Ia mengira anak kecil di depannya menarik kotak, sehingga nasi kotak pun jatuh dan isinya berserakan di lantai.

“Maaf, Paman… maaf. Tadi Ian melamun,” kata bocah itu dengan wajah cemas, jelas sekali menyiratkan rasa bersalah.

“Kamu ini kenapa malah bengong, sih!?” hardik Bu Gina, guru matematika di samping Jay sambil memelototi Ian.

“Nggak apa-apa, Bu,” sahut Jayden cepat. Ia tersenyum tipis, lalu mengusap kepala Ian dengan lembut.

Ia kemudian mengambilkan nasi kotak baru dan memberikannya pada Ian. Bocah itu lalu mengucapkan terima kasih lirih.

Selama lebih dari dua jam Jayden sibuk membagikan nasi, snack, serta berfoto bersama anak-anak hingga bel tanda pulang kelas satu berbunyi. Wajah-wajah ceria anak-anak itu menjadi hadiah tersendiri baginya.

“Terima kasih banyak, Pak Jayden,” ucap Bu Kepsek dan beberapa guru lainnya sambil menyalami.

“Sama-sama. Semoga bermanfaat. Doakan saya sehat supaya bisa sering-sering datang,” balas Jayden.

Setelah berpamitan, Jayden berjalan keluar menuju mobilnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat seorang anak laki-laki yang duduk di bangku taman sendirian, menunduk lesu.

“Hei, kenapa belum pulang?” tanya Jayden sambil mendekat.

Anak itu mendongak, dan matanya langsung berbinar saat mengenali Jayden.

“Nungguin Mama,”

Jayden segera mengenali bocah itu—anak yang tadi sempat melamun hingga nasi kotaknya jatuh.

“Kenapa nggak ikut main sama teman-teman?” Jayden menoleh, melihat beberapa anak lain yang juga menunggu jemputan orang tua, asyik berlarian bersama teman-temannya.

Ian menunduk lagi, mengayunkan kakinya pelan.

“Nggak apa-apa, Om, Ian cuma nggak mau main aja,” kata Ian pelan.

“Nasi yang Om kasih udah kamu makan?”

“Nanti aja di rumah, mau makannya sama Mama. Soalnya lauknya pas banget sama kesukaan Mama.”

Bibir Jayden melengkungkan senyum lagi, tangannya refleks mengusap rambut ikal bocah itu dengan lembut. Entah kenapa ia merasa hangat.

“Boleh tahu, nama kamu siapa?” tanya Jayden.

“Ian!!”

Itu bukan suara Ian. Bocah itu baru hendak membuka mulut, tapi suara Selina sudah terdengar dari belakang.

Selina mendekati putranya dengan langkah cepat. Betapa terkejutnya dia ketika melihat siapa yang duduk di samping Ian begitu juga Jayden ketika menyadari siapa yang baru saja muncul.

“Kamu!!” seru Jayden, matanya membelalak.

Selina tertegun, wajahnya langsung pucat. Jantungnya berdegup kencang, rasa gugup dan takut bercampur jadi satu.

Kening Ian mengernyit bingung. “Kenapa, Om? Om kenal sama Mama Ian?”

“Mama? Jadi bocah ini anakmu?!”

“Sa… sayang, ayo kita pulang,” Selina berusaha tetap tenang meski suaranya bergetar. Ia berjongkok, meraih tangan Ian, berusaha mengabaikan tatapan tajam Jayden.

“Dasar nggak sopan! Orang bertanya itu dijawab!” bentak Jayden. Sikapnya yang tadi lembut pada Ian berubah seratus delapan puluh derajat saat berhadapan dengan Selina.

“Kenapa Om bentak-bentak Mama Ian?” tanya Ian polos, matanya yang bulat berkedip bingung.

“Mamamu ini sudah—”

“Cukup, Pak Jayden!” potong Selina cepat, suaranya tegas.

“Ayo, Sayang, kita pulang,” katanya lagi, kali ini lebih lembut. Selina buru-buru menggendong Ian, lalu bergegas meninggalkan tempat itu.

Jayden berdiri mematung, tangannya mengepal kuat-kuat hingga buku jarinya memutih. Tatapan Jayden tak lepas dari punggung Selina yang semakin menjauh. Dadanya naik turun, napasnya memburu.

Usai mengantar pulang Ian, Selina tidak langsung kembali ke kafe. Wanita itu menjatuhkan tubuhnya ke sofa ruang tamu.

“Mama…”

Suara kecil Ian dari balik pintu kamarnya membuat Selina terperanjat. Bocah itu sudah berganti pakaian.

“Kenapa Om itu tadi kelihatan marah banget sama Mama?” tanyanya pelan, nada suaranya penuh rasa ingin tahu.

“Apa Mama pernah buat salah, jadi dia marah?” lanjut Ian.

Selina menarik napas panjang. Ia tidak tahu harus berkata apa. Tapi kemudian Selina mengulas senyum.

“Itu masalah orang dewasa, Sayang. Kamu belum bisa memahaminya sekarang,” ucap Selina lembut, tangannya terulur mengusap rambut Ian.

Ian hanya dan mengangguk kecil. Lalu ia berlari mengambil tas sekolahnya. “Oh iya, Mama!”

Dari dalam tasnya, Ian mengeluarkan sebuah kotak makanan mewah dengan logo restoran ternama.

“Om itu tadi yang bagi nasi kotak ini, Ma. Ian sempat ngintip lauknya… ternyata kesukaan Mama. Jadi Ian bawa pulang aja, biar kita bisa makan sama-sama,”

Selina terdiam, menatap sendu putranya. Rasa haru menyeruak begitu saja. Ian selalu ingat dirinya, bahkan dalam hal kecil seperti ini. Betapa beruntungnya dia punya Ian.

“Makan aja, Sayang. Mama udah kenyang,” ucap Selina pelan.

“Nggak boleh! Mama harus cicipin ini sebelum balik kerja ke kafe.”

Kalimat itu membuat Selina tak bisa menolak. Mau tak mau, ia mengangguk.

Sementara di kafe, Kim menangis terisak di pelukan Nathan yang dengan sabar mengusap-usap bahunya pelan.

“Udah… jangan nangis lagi,” bisik Nathan lembut.

“Aku nggak bisa bayangin gimana rasanya jadi dia…” suara Kim bergetar di sela isaknya.

“Semua udah berlalu, sayang. Mungkin emang jalannya harus kayak gini.”

Kim kembali memeluk Nathan lebih erat. Dirinya baru saja melihat buku biodata karyawan Nathan, Selina Kenzia memang Selina mantan kakak iparnya, wajahnya dan tanggal lahirnya sama persis. Selina tak bisa mengelak apapun lagi.

“Pantes… pantes anaknya mirip banget sama Abang. Nggak diraguin lagi kalau dia emang hamil anaknya Bang Zavi,” ucap Kim lirih.

Nathan pun awalnya terkejut. Dia tidak pernah menyangka, wanita yang selama ini bekerja di cafenya adalah mantan ipar Kim.

Selama ini Kim memang tidak pernah bercerita tentang mantan istri abangnya. Mereka baru pacaran satu tahun, dan Nathan tidak terlalu banyak bertanya soal masa lalu keluarga kekasihnya.

“Beruntung mereka ketemu orang baik kayak kamu. Coba kalau nggak, gimana nasib Selina sama Ian…” ucap Kim lagi.

“Orang baik pasti ketemu orang baik,” jawab Nathan, menatap lembut kekasihnya.

Kim melepaskan pelukan, mendongak menatap Nathan dengan mata yang masih basah. “Aku… aku harus ke rumah Selina sekarang dan minta penjelasan ke dia,” katanya terburu-buru. “Dan aku juga harus bilang ke Abang kalau selama ini Selina punya anak.”

“Sayang, jangan gegabah dulu.” Nathan cepat menahan, jemarinya menggenggam pergelangan tangan Kim agar tetap duduk. “Dengar aku dulu. Biarkan Selina tenang untuk beberapa hari ini. Kamu jangan dekati atau tanya-tanya dia dulu. Dan juga jangan kasih tahu abangmu sekarang. Selina selama ini menyembunyikan Ian pasti ada sebabnya,” ucap Nathan lembut.

Kim mengerjap. “Tapi… kenapa dia harus menghindari aku juga? Selama menikah sama Abang, aku cukup dekat sama dia. Aku sering curhat, dia selalu dengerin aku. Kenapa sekarang dia kayak nggak mau ketemu aku?”

“Mungkin Selina nggak mau kamu tahu tentang Ian ataupun tentang dirinya. Kita cukup hargai keputusan dia, apa pun alasannya. So, untuk sekarang kamu jangan ganggu dia dulu, ya?”

Kim akhirnya mengangguk pelan. Ia menarik napas kasar. Meski bibirnya terdiam, hatinya justru semakin gelisah. Rasa penasaran itu makin membesar, apalagi saat membayangkan wajah mungil Ian—keponakannya yang selama ini Selina sembunyikan.

1
Ayano Rosie
Jayden juga egois banget memaksakan kehendaknya udah tahu seluna berdarah darah hatinya masih juga begitu
Sunaryati
Yang sangat egois itu kalian, seorang ibu memaksa anaknya menjauhi dan memisahkan dari menantunya. Eliza juga sudah ditentang ayahnya tidak boleh menikah dengan Zavier, ayahnya meninggal nekat.
Sunaryati
Tabah dan semangat Sellina mulut Zavier masih kasar untuk ibu dari anaknya demi mendapatkan keinginannya, tidak menjaga perasaan Sellina, sampai punya anak 6 tahun masih mendapatkan hinaan yang sama.
Sunaryati
Kamu bengkarung ya di depan ibunya kau hina, emak yang baca saja jadi nyesek dan nangis, namun bersyukur Sellina semakin kuat. Sedangkan di depan Ian lembut dan membela, dasar pria bunglon tak sumpahin bucin pada Sellina🤣🤣🤭
Sunaryati
Mulut Zavier busuk orang lain saja peduli kok mulutnya mudah bilang Sellina mati atau hidup tak peduli. Sellina itu korban dari kedua orang tuanya penderitaan masih bertambah, syukur dia wanita tangguh dan pekerja keras. Fix Zavier harus dapat karma, jangan diber keturunan pada pernikahan dengan Eliza karena arogansi dan kesombongannya, buat perusahaannya bangkrut agar bisa merasakan hidup jadi orang miskin
Sunaryati
Kapan kamu bebas dari tekanan orang- orang- kaya yang atogan
Sunaryati
Astaga apa tidak ada saksi, masa sih orang tua kok membully anak. Seharusnya jadi contoh
Sunaryati
Hati Zavier saja tak ada getaran jika dia mempunyai anak
Sunaryati
Ayahnya banyak uang ibunya menghidupi diri saja sampai berusan dengan toilet, mudah- mudahan orang- orang yang membuat hidupmu menderita mendapatkan balasan setimpal, dan Jayden kena karma ibunya jatuh cinta pada Sellina
Sunaryati
Banyak ya orang semena- mena pada orang miskin, miris/Cry/ Semoga kedepannya kamu mendapatkan kebahagiaan Sellina emak nyesek
Sunaryati
Hati kamu baik Kim
Sunaryati
Kasihan ayah dan keluarganya hidup enak, dia hidup sederhana hanya dengan ibunya
Mirrabella
muak liat jayden sok keras
padahal lembek
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!