Bisakah aku memilih antara Pertarungan atau pelarian?ataukah jalan takdirku sudah harus memilih pelarian?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jmath, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CHAPTER 33 THE NIGHT
Malam itu aku dan Anya telah sampai di kediaman Anya. Seperti biasa kami disambut para maid dengan senyuman. Tak Lupa mereka menawari kami makan malam, yang tidak bisa kami iyakan.
Suasana horor seakan melekat pada kami malam itu, kami diantar oleh asisten Paman Jeano yang bernama Sean memasuki ruang kerja Paman. Disana katanya Paman sudah menunggu ku.
Sebelum memasuki ruangan tersebut, Sean menyuruh Anya untuk masuk ke dalam kamarnya. Karena disana nanti hanya akan ada Aku dan Paman yang berbicara. Anya sempat menolak tapi dua asisten Paman yang lain, yaitu Steven dan Math membawa paksa Anya masuk ke kamarnya. Disana terdapat Bibi Barbara dan Sheena yang melihat nya, namun mereka berdua bersikap Acuh dengan Anya.
Anya sering tidak dianggap dalam keluarga nya. Bibi Barbara sangat membenci Anya karena saat Ia mengandung Anya Paman Jeano masuk ke penjara, sehingga ia membuat Anya sebagai penyebab Paman masuk penjara. Karena ia lahir disaat yang tidak tepat. Sedangkan Sheena ia hanya menurut dengan apa yang Bibi Barbara katakan.
Aku memasuki ruangan kerja Paman Jeano seorang diri, karena Sean langsung menutupi pintu ruangan tersebut setelah aku masuk.
Disana sudah ada Paman Jeano yang duduk sambil bersila, ekspresi tajam seperti hendak membunuh ku.
Aku berjalan mendekati nya, dan sudah bersiap menjawab semua pertanyaan yang akan ditanyai nya.
"Sekarang, coba kau jelaskan padaku Liam". Tanya Paman Jeano tanpa mempersilahkan aku untuk duduk.
"Perasaan kami muncul dengan sendirinya Paman, mungkin karena terbiasa bersama. Tolong jangan salahkan Anya atas apa yang telah kami perbuat. Jika Paman ingin Marah silahkan lampiaskan semua nya padaku". Aku menjawab nya dengan tegas.
"Siapa kau berani mengatur ku, Anya adalah anak ku. Kau tidak berhak atas apa pun tentang dirinya". Jawab Paman.
"Bukan maksud ku...
Paman memotong ucapanku. "Suruh siapa kau bicara, aku disini mengundang mu untuk menjelaskan alasan mu padaku. Siapa kau berhak mencintai putriku?". Paman berdiri memegang sebuah tongkat bisbol di tangan kanan nya.
Aku berusaha tak gentar atas apa yang kulihat ini. Dari mata dan raut wajahnya sudah jelas seakan-akan Paman akan membelah tubuhku.
"Kami hanya saling mencintai Paman, Ku mohon restui lah kami". Pinta ku pada Paman.
"Mau kau hidupi apa putriku?Kau belum Lulus ditambah ku ini siapa? Kau cuma anak dari seorang nelayan miskin. Apa pantas nya kau dengan putri ku yang jelas-jelas akan mewariskan harta ku ini?". Paman mulai memukul mukul tongkat nya pada meja kerja.
"Dengar Liam, Apa yang akan terjadi jika Ayahku tau? Apa kau ingin penyakit jantung Ayah Kambuh?Akankah Ia akan hidup tenang setelah apa yang kau perbuat ini?". Tanya Paman Jeano.
"Aku akan menjelma pelan-pelan padanya Paman, Setelah Aku lulus aku akan berkerja keras dan menghidupi Anya tanpa kekurangan '. Jawab ku tegas.
"Jika kau ingin terus bersama putriku, silahkan bahwa keluar dia dari rumah ini, dan mulai detik ini juga dia sudah kuanggap bulan Anakku. Jangan harap dia mendapatkan warisan dari ku". Aku hanya bisa diam mendengar apa yang Paman katakan padaku.
"Bagaimana Jika setelah Ayahku tau dia langsung terkena Serangan jantung?Apa yang akan kau perbuat? Kau akan menghancurkan semua nya Liam, Hidup Kakek dan Anya". Paman berbicara lagi.
"Silahkan pilih apa yang membuat hidupnya senang Liam". Ucap Paman Lagi.
"Bolehkah aku memilih keduanya paman? Aku berjanji aku akan membuat hidup Anya dan Kakek bahagia". Aku mendekap kaki Paman, berusaha membuatnya luluh.
"Hidup itu sebuah pilihan Liam, Kau harus memilih salah satu jika kau ingin hidup'.
Brakkkkkk.
Paman menendang ku. Membuat jarak nya dengan ku semakin menjauh.
Aku mendekat padanya lagi dan memegang kedua kakinya untuk meminta Ampun. " Tolong jangan begini paman, Aku mohon".
brakkkk...
Ia menendang ku lagi dengan membabi buta. Tak lupa dengan tongkat bisbol yang kini membuat tubuhku mengeluarkan darah. Aku hanya bisa meraung meminta pertolongan. Namun tidak datang berusaha membantu ku.
Diluar sana ku dengar ada suara orang menangis mencoba untuk membuka pintu yang kurasa sudah dijaga oleh Sean.
Liam... tolong jangan tinggalkan aku..
dari novel Alice Celestia Dalian, jngn lupa mampiirrr 😉