Diambang putus asa karena ditinggal sang kekasih saat hamil, Evalina Malika malah dipertemukan dengan seorang pria misterius. Adam Ardian Adinata mengira gadis itu ingin loncat dari pinggir jembatan hingga berusaha mencegahnya. Alih-alih meninggalkan Eva, setelah tahu masalah gadis itu, sang pria malah menawarinya sejumlah uang agar gadis itu melahirkan bayi itu untuknya. Sebuah trauma menyebabkan pria ini takut sentuhan wanita. Eva tak langsung setuju, membuat pria itu penasaran dan terus mengejarnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ingflora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2. Kabur
"Tentu saja. Sudah, aku mau tidur, dan jangan lagi ada keributan." Adam berbalik dan meninggalkan dapur.
Seorang pembantu mencolek temannya sambil berbisik. "'Kan sudah aku bilang tadi. Gak percaya sih ...."
"Mana ada yang percaya, orang bajunya lusuh gitu. Orang pasti mikir, ada pengemis nyasar masuk ke dalam rumah." Temannya balik berbisik.
***
Pagi itu, Adam sarapan. Ia tak melihat Eva keluar kamar. Ia bertanya pada pembantu yang menghidangkan makanan. "Di mana tamuku? Kenapa dia gak keluar?"
"Sudah berangkat dari subuh, Pak."
"Apa?" Adam melempar sendoknya ke arah meja dengan kesal. Terdengar dentingan besi beradu dengan kayu. "Siallan! Kenapa dia bisa kabur!?" Dahinya berkerut dengan wajah tidak senang.
Pembantu itu ketakutan hingga bergerak mundur. Sambil bibir gemetar ia menjawab pertanyaan Adam. "Eh, ka-katanya Bapak sudah tau. Tapi dia pergi diantar supir, Pak." Terbata-bata bicara.
"Barata?" Satu alis pria itu terangkat. Ia meraih ponselnya di meja dan segera menyambungkan.
Sementara itu, Eva di mobil sedang membayangkan steak ayam yang ia makan semalam. Betapa enaknya sampai hampir saja air liurnya keluar, tapi tiba-tiba matanya melihat ke depan. "Eh, sudah sampai, Pak! Di sini saja. Jangan terlalu dekat, nanti aku digosipin macem-macem lagi sama orang-orang di sana!"
Mobil mewah itu berhenti sedikit jauh dari pintu masuk mess. Sambil melihat kanan kiri memastikan tidak ada orang yang mengenalnya, Eva turun dari mobil. Ia bergerak ke kaca depan. "Terima kasih ya, Pak." Eva kemudian menyeberang.
Baru saja gadis itu pergi, sang supir mendapati ponselnya berbunyi. "Iya, Pak?"
"Kau mengantar gadis itu ke mess?" Suara Adam terdengar di ujung sana.
"Iya, Pak."
"Kalau begitu, pastikan dia tidak ke mana-mana."
"Eh, kalau ke pabrik, Pak?"
"Ikuti saja!"
"Baik, Pak!"
Adam menutup ponselnya dan berpikir sejenak. Setelah itu ia menelepon seseorang. "Jefry, coba cek pegawai pabrik yang bernama Eva. Aku ingin datanya secepatnya!"
"Baik, Pak," sahut pria diujung saja.
Adam kembali menutup ponsel. "Gadis ini ... kondisinya sepertinya sangat cocok dengan kebutuhanku. Tapi, bagaimana caranya aku bisa mendapatkan bayi itu? Haruskah aku mengikatnya dengan sesuatu?" Ia mendesah pelan. "Dasar gadis labil ...."
***
Adam sedang berada di mobil ketika ponselnya berdering. Diangkatnya ponsel itu dan diletakkan di telinga. "Iya."
"Mungkin yang Bapak maksud, Evalina Malika. Umur 20 tahun. Baru setahun jadi buruh di pabrik Bapak."
"Bagaimana dengan keluarganya?"
"Dia punya seorang ayah dan kakak laki-laki."
"Berarti ibunya sudah meninggal," batin Adam. "Ya sudah." Ia menutup telepon.
Sementara itu, Eva keluar dari mess karena sudah mandi. Ia merapikan baju dan bersiap pergi ke pabrik karena sudah telat.
"Eva!"
Gadis itu membalik tubuhnya dan terkejut. Dua sosok pria yang ada di hadapan, sangat ia kenal. Matanya seketika membulat sempurna. "Ayah? Kakak?"
"Mau kabur ke mana lagi kamu, hah!?" Sang pria paruh baya yang bertubuh kurus mendatanginya dengan tergesa.
Demikian juga dengan pria yang berada di sampingnya. Keduanya langsung menangkap Eva hingga sulit melarikan diri.
"Ayah ...." Kedua tangan Eva dipegang ayah dan kakaknya.
"Kamu sudah tidak bisa kabur lagi, Eva! Orang itu menuntut kami mencarimu! Dia sudah bersedia membayar 500 juta sebagai mahar, bila kamu menikah dengannya. Kamu harus cepat karena kakakmu butuh modal untuk menikahi pacarnya."
"Itu curang namanya! Aku tidak mau menikah dengan kakek itu. Istrinya juga sudah banyak!" ucap Eva ketus sambil berusaha melepaskan diri tapi tak bisa. Mana mungkin kekuatan seorang wanita bisa menumbangkan dua orang laki-laki yang memeganginya. Itu tidak mungkin!
"Itu tidak penting, yang penting kakakmu bisa nikah. Siapa lagi yang mau dengan perempuan boddoh dan kumal seperti kamu! Ada saja yang mau menikah denganmu saja sudah untung! Kamu tidak cantik dan tidak ada yang bisa dibanggakan darimu!" Sang ayah mulai menyeret anak gadisnya.
"Tapi ayah, aku sedang hamil!"
Kedua pria itu terkejut hingga berhenti bergerak. Sang pria paruh baya tersenyum miring. "Sudah kabur, kamu mau menipu ayahmu pula dengan mengaku menikah dengan orang lain, heh!? Kamu pikir ayah percaya!?"
"Aku belum menikah dengannya, Ayah, tapi kami sudah putus." Eva masih berusaha melepaskan diri tapi cengkraman sang kakak memang sangat kuat.
"Pacaran!? Kamu mau bilang kamu cuma pacaran!? Apa gunanya jilbabmu ini kalau kamu jadi perempuan nakal di sini! Kamu jual diri ya!?" Sang ayah menatap Eva sambil menjambak kerudungnya.
"Tidak, ah!"
"Jangan membohongiku!" Sang ayah geram.
"Untuk apa aku bohong, Ayah. Aku 'kan kerja di pabrik ini. Untuk apa aku jual diri?" Eva menunjuk dengan mulutnya ke arah pabrik yang tidak jauh dari sana dengan wajah sedih.
"Jadi?"
"Juragan kambing itu pasti takkan mau karena aku sudah hamil dari orang lain."
"Kau jangan menipuku ya, anak nakal! Kamu berani membohongi orang tuamu!" Sang ayah memukkul bahu Eva dengan keras.
"Ah!!"
Sang kakak hanya tersenyum miring. "Syukurin!"
"Aku tidak bohong, ayah!"
"Anak tidak tahu di untung!" Sang ayah kembali memukul bahunya.
"Ah!"
"Ayo, ikut ayah! Awas kalau berani kabur lagi."
"Ayah ...." Percuma saja Eva meronta. Ia dimasukkan ke dalam mobil oleh sang ayah dan sopir Adam melihatnya. Ia langsung menelepon Adam. "Pak."
"Ada apa?"
"Gadis itu diculik sama dua orang laki-laki."
"Apa!?" Kedua mata Adam melebar.
"Iya. Sempat dianiaya juga. Aku melihatnya."
"Cepat, ikuti mereka!!" Adam tampak emosional karena panik.
"Iya, Pak."
Mobil mewah itu mengikuti mobil sedan berwarna coklat yang tampak sudah tua itu hingga ke sebuah perumahan padat penduduk, di mana mobil itu berhenti di depan sebuah gang. Eva diturunkan ayah dan kakaknya.
"Pak, mereka turun." Sopir Adam kembali menelepon.
"Coba kirim alamatnya. Kalo mereka masuk gang, buntuti sampai ketemu tempatnya."
"Baik, Pak."
Sementara itu, Eva dipaksa masuk ke sebuah rumah.
"Sudah lama kamu tidak pulang, 'kan? Cepat ganti bajumu dan berdandan! Kita datangi Pak Bajuri biar dia lihat calon istrinya sudah datang." Sang ayah tersenyum senang.
"Ayah ...."
"Sudah, masuk sana!" Sang kakak mendorong Eva masuk ke kamar dan menguncinya.
Berulang kali Eva berusaha membuka pintu dengan paksa tapi tak berguna. "Kakak ...!" Kakinya lemas hingga jatuh terduduk di lantai. Bagaimana ini?
Setahun yang lalu ia kabur dari rumah karena ayahnya menerima lamaran Pak Bajuri dan juga ingin mengadakan pesta untuk pernikahan sang kakak. Padahal mereka bukan orang mampu dan sang ayah sering berjudi. Sejak ibunya meninggal, tak ada seorang pun yang sungguh-sungguh menyayanginya.
Dulu ibu yang bekerja dan semua biaya di rumah ibu yang tanggung, tapi sejak sang ibu meninggal setahun lalu, dirinyalah yang dijadikan sapi perah untuk memenuhi kebutuhan di rumah. Kakaknya, Aldo sebenarnya sudah bekerja, tapi ayah memanjakannya hingga hanya Eva yang harus menanggung semuanya. Bahkan seharusnya dia bisa kuliah lewat jalur beasiswa tapi ayahnya melarang karena menurutnya pendidikan untuk anak perempuan tidaklah penting.
Sekarang selain sudah tidak bisa sekolah, kebebasannya juga akan direnggut dengan harus menikahi pria kaya yang sudah tua dan banyak istri. Ia tidak mau, tapi bagaimana caranya ia lari dari tempat ini?
***
Eva tengah menghias wajahnya dengan raut muram. Sebentar lagi ia akan dipinang Pak Bajuri entah jadi istri ke berapa, ia tidak tahu.
Pintu dibuka. Aldo masuk dengan bertelak pinggang. "Sudah belum, lama sekali sih, dandan begitu aja ...." Ia menatap adiknya yang sudah berkebaya. "Ayo cepat!" Pria berbadan kurus itu menarik adiknya keluar dari kamar.
Sang ayah melihat penampilan Eva. "Nah, begini dong! Ayo, kita pergi."
Ia membuka pintu, dan terkejut melihat seorang pria bertubuh jangkung dengan stelan jas, berdiri di depan pintu. "Siapa kamu?" Mengangkat satu alisnya.
Bersambung ....
____________
Halo, bertemu lagi dengan author ingflora di sini. ini novelku yang ke 12. Jangan lupa subscribe ya, biar gak ketinggalan update terbarunya. Salam, ingflora.
tapi aku nggak mau kalo cuma sekedar like👉🏻👈🏻
semoga semakin semangat updatenya akak othor!!🙏🏼💪🏼💪🏼
lagian siapa juga yang tahu klo Eva istrimu...
makanya dari awal lebih baik jujur,ini pake bilang sodara lagi
padal aku dari kemarin uda ngumpulin bab, biar bisa d baca maraton, taunya pas baca langsung hbis😭😭
"berharap ada adegan kissing nya"
pas scroll eeh malah ketemu iklan habib jaffar, langsung baca istigfar karena tau yg ku pikirkan itu dosaaaaa😭🤣🤣
ini masalahnya di keyboardmu apa emang kebijakan dari mt/nt?
sekedar nanya aja nggak ada maksud lain mak🙏🏼🙏🏼