Seorang gadis muda, reinkarnasi dari seorang Assassin terhebat di masanya terdahulu. Gadis tersebut tidak menyadari bahwa ia adalah reinkarnasi Assassin tersebut.
Ia menjalani hidupnya dengan biasa-biasa saja. Sampai akhirnya, ia bertemu dengan seorang wanita dewasa yang ternyata adalah mentor Assassin itu. Wanita ini sudah hidup beratus-ratus tahun lamanya hanya untuk bertemu dengan gadis ini dan akan melatihnya sampai gadis itu siap menghadapi lawannya sendirian karena perlu diketahui, gadis muda itu adalah reinkarnasi terakhir dari Assassin itu.
Tugasnya adalah mencegah lawannya yang juga bereinkarnasi sampai masa di mana gadis itu hidup. Lawannya berencana menguasai suatu pemerintahan di kotanya dengan cara yang kotor.
Ternyata tugasnya tidak hanya itu saja. Ia juga menanggung nasib dunia.
Nasib dunia berada di tangannya.
Mampukah dia menyelamatkan dunianya? Atau dunianya harus punah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Big.Flowers99, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hari Pertama Bekerja
Nathalia bergegas masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti pakaian. Sebelumnya, ia menaruh tasnya di loker pegawai.
"Hmm, sepertinya seragam ini tidak muat. Lagipula, kenapa dia tidak menanyakan dulu ukuran bajuku berapa," gumam Nathalia. Ia tidak mau ambil pusing. Segera ia memakai seragam itu.
Sedetik kemudian, ada reaksi tak terduga di seragam itu. Tiba-tiba, seragam itu menyesuaikan bentuk tubuhnya. Awalnya terlihat besar, ternyata seragam tersebut menyesuaikan dengan bentuk tubuhnya. Kali ini seragam tersebut tampak pas di tubuhnya.
Wah, haha. Canggih juga. Kalau begini tidak perlu repot-repot mikir ukuran baju.
Setelah selesai, Nathalia segera bergabung dengan karyawan yang lainnya. Atasannya memberi tugas kepada Nathalia untuk melayani pelanggan yang datang. Dengan diberi petunjuk sebelumnya, Nathalia mampu melaksanakan tugas dengan baik.
"Mohon ke belakang sebentar!"
Nathalia dan yang lainnya berkumpul di ruang belakang. Sebagain yang lain melayani pelanggan dan mempersiapkan pesanan mereka.
"Mohon perhatiannya. Kita kedatangan karyawan baru. Perkenalkan dirimu, Nak."
Semua mata tertuju pada Nathalia. Baru saja hendak membuka mulutnya, ia ditahan oleh seseorang, yaitu atasannya.
"Dimana tanda namamu??" Tanya pria itu. Nathalia sedikit kebingungan. Ia mengamati pegawai yang lain. Benar saja. Hanya ia yang tidak memiliki tanda pengenal.
"Mungkin saya belum dapat, Pak," jawab Nathalia. Pria itu menatapnya sejenak. Lalu ia memberi kode dengan cara menekan dadanya sendiri. Nathalia sedikit paham lalu ia mengikutinya. Secara ajaib muncul namanya di bagian dada sebelah kiri.
"Nathalia Tavisha. Dari mana kamu berasal??"
"Kota Bogsan."
Beberapa karyawan di sana ada yang tertawa mendengar nama kota itu. Sedikit dari mereka yang memilih diam.
"Pantas saja dia tidak tau teknologi di kota ini. Dia berasal dari kota kecil yang sangat jauh dari sini. Kota terbelakang, haha. Hanya teknologi murahan saja yang ada di sana."
"Dia pasti orang bodoh. Sebagian besar orang Bogsan kan adalah orang bodoh, haha."
"Apa manager itu benar-benar membawanya ke sini?? Apakah dia tidak keliru?? Haha." Seperti itulah komentar mereka. Nathalia hanya diam saja. Tidak menanggapi apa-apa sama sekali.
"Kalian semua diam!" Ucapan pria itu seketika membungkam karyawan yang mengejek Nathalia.
"Jangan ada yang mengejek satu sama lain. Kita semua sama di sini. Jangan membeda-bedakan. Dia adalah karyawan baru. Bantu dia dan tuntunlah dia," lanjutnya. Semua karyawan mengangguk. Lalu mereka diizinkan untuk melanjutkan pekerjaannya kembali.
Nathalia sedikit takjub dengan kecanggihan teknologi yang ada pada seragamnya. Sambil bekerja, ia sesekali melihat tanda namanya. Kuatir tanda nama itu jatuh. Padahal, tidak akan jatuh sama sekali.
"Hei, Nathalia. Dari kota Bogsan. Jauh juga." Nathalia yang sedang membersihkan meja, menoleh ke samping. Ada seorang pria, karyawan Rott Restaurant juga tengah berdiri mengamati dirinya.
"Iya." Nathalia hanya menjawab dengan singkat.
"Apa kamu pulang-pergi dari sini ke sana??" Tanyanya lagi.
"Tidak. Aku akan tinggal di kota ini sementara," jawab Nathalia.
"Oh, bagus sekali. Dimana kamu tinggal?? Oh by the way, namaku Brandon Dean," katanya memperkenalkan diri. Brandon menyodorkan tangannya hendak berjabat tangan.
"Nathalia." Nathalia menerima jabatan tangannya.
"Pertanyaan aku tadi belum dijawab," kata Brandon.
"Aku tidak tau namanya. Baru saja tiba di sini," jawab Nathalia. Lalu ia pergi meninggalkan Brandon. Ia membersihkan meja yang baru saja ditinggal pelanggan.
Brandon mengamati tubuh Nathalia yang menurutnya tidak seperti gadis pada umumnya. Dalam hatinya, gadis mana yang mempunyai tubuh atletis seperti itu. Mungkin hanya Nathalia saja di kota itu.
Saat Nathalia sedang membersihkan meja yang lain, tangan kirinya terasa sakit. Sontak hal itu membuat peralatan yang sedang dipegangnya terjatuh. Karyawan lain yang melihatnya mencoba menghampirinya, termasuk Brandon dan atasannya.
"Ada apa, Nathalia??" Tanya atasannya.
"Tidak apa-apa, Pak. Semuanya baik-baik saja. Hanya sedikit terkilir saja," jawab Nathalia.
"Lain kali hati-hati. Pelan-pelan dalam bekerja," kata atasan itu memberi nasihat. Nathalia mengangguk mengerti.
"Istirahat saja sebentar," kata Brandon saat karyawan yang lain sudah kembali pada tugasnya masing-masing.
"Nanti saja," kata Nathalia. Ia mencoba untuk menahan rasa sakit itu. Brandon dipanggil oleh salah satu temannya untuk membantunya melakukan sesuatu.
Saat Brandon telah pergi, Nathalia masih merasakan sakit. Ia pergi ke kamar mandi untuk memastikan keadaannya. Arumi kebetulan melihat Nathalia yang berjalan dengan terburu-buru menuju ke kamar mandi. Ia mengikuti Nathalia.
Di dalam kamar mandi, Nathalia membuka perbannya. Ia melihat luka tersebut. Nathalia heran mengapa lukanya memerah dan membentuk sebuah lambang. Berbeda dengan kemarin-kemarin yang hanya berupa bekas luka biasa saja dan tidak berbentuk lambang itu. Nathalia menghadapkan luka itu ke cermin supaya lebih jelas sekaligus memastikan penglihatannya tidak salah. Lambat laun, rasa sakitnya sudah hilang. Luka itu juga kembali seperti semula.
Merasa sudah baik-baik saja, Nathalia membalut luka itu lagi. Lalu ia melanjutkan pekerjaannya.
Arumi melihat Nathalia yang keluar dari kamar mandi. Dengan penglihatannya, ia sempat melihat luka itu membentuk lambang yang sama seperti Mirage. Arumi yakin bahwa Nathalia adalah reinkarnasi terakhir Mirage.
"Apa keadaan baik-baik saja??" Tanya Brandon saat Nathalia mencuci piring dengan alat yang canggih. Tidak perlu repot-repot menggunakan tenaga manusia. Hal itu dilakukan oleh sebuah mesin. Cukup menaruh piring tersebut pada jalurnya, mesin akan membersihkan, mengeringkan dan menata piring itu ke tempat semestinya.
"Iya."
Brandon mengerinyitkan dahinya. Nathalia selalu menjawab dengan jawaban yang singkat. Tidak ada balasan panjang lebar. Nathalia juga tidak menceritakan asal usulnya.
"Brandon. Sampai kapan kau mengganggu pegawai baru di sini??" Brandon menoleh ke belakang.
"Kylo. Terlalu ikut campur dengan urusan orang lain," kata Brandon.
"Cepatlah bekerja. Kita banyak tugas dan kiriman pesanan," kata Kylo dengan nada yang datar.
Brandon meninggalkan Nathalia sendirian di sana.
Selesai mencuci piring, Nathalia mendapat waktu istirahat selama 15 menit. Ia menggunakannya untuk menyantap bekal yang dibawanya.
"Hai, anak baru. Boleh gabung??" Nathalia mendongakkan kepalanya. Ada seorang wanita yang ingin makan bersamanya.
"Iya, boleh," jawab Nathalia. Wanita itu duduk. Sebelumnya ia membersihkan meja tersebut sampai benar-benar bersih. Nathalia hanya diam mengamatinya saja.
"Namaku Floryn."
"Nathalia." Mereka berdua berjabat tangan.
"Kenapa tidak ambil makanan di sini??" Tanya Floryn.
"Apa boleh??" Tanya Nathalia balik.
"Tentu saja," jawab Floryn sambil tersenyum geli. Nathalia baru mengetahui hal itu. Akan tetapi, ia sudah membawa makanannya sendiri. Nathalia berencana akan melakukannya kemudian hari.
"Kamu berasal dari mana, Nathalia??" Tanya Floryn.
"Bogsan."
"Wah... Jauh sekali. Aku sarankan kamu tinggal di kota ini selama bekerja di sini. Sulit jika bolak-balik dari sana," kata Floryn.
"Iya, tentu," kata Nathalia.
"Bogsan. Yang aku tau itu adalah kota kecil jauh dari sini bukan?? Hanya ada beberapa kepala keluarga saja yang tinggal di sana. Katanya, di sana pernah terjadi pembunuhan ya di masa lalu??" Tanya Floryn.
"Aku tidak tau banyak hal," jawab Nathalia.
"Bagaimana ceritanya penduduk sana tidak tau asal usul kotanya sendiri." Floryn menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Aku tidak ingin tau soal itu." Floryn menatapnya sejenak. Dari cara bicaranya, Floryn menarik kesimpulan bahwa Nathalia adalah orang yang tidak pandai berbaur.
Padahal yang sebenarnya, Nathalia mengetahui seluk-beluk kotanya. Apalagi tentang hutannya yang terkenal menyeramkan dan misterius. Banyak penduduk bilang ada berbagai makhluk misterius di dalamnya. Namun, Nathalia tidak perduli akan hal itu. Hal itu kembali diceritakan oleh Floryn. Nathalia cukup mendengarkannya saja.
"Sepertinya tidak baik berbicara saat makan." Floryn menghentikan perkataannya. Lalu ia menoleh.
"Oh, Kylo. Kau mengejutkanku. Bisakah jangan lakukan hal itu lagi??" Tanya Floryn sedikit kesal. Kylo tidak menjawab. Ia hanya menatap Floryn dan Nathalia secara bergantian. Setelah itu, ia pergi meninggalkan mereka berdua.
"Huh, dia itu."
Floryn bangkit menyudahi santapannya. Nathalia mengikuti arah perginya dan ia melihat Floryn sedang berbicara dengan Kylo. Seketika, pendengarannya menjadi tajam. Nathalia dapat mendengarkan pembicaraan mereka.
Rupanya, Floryn menasihati Kylo agar tidak melakukan hal itu. Apalagi ada karyawan baru, yaitu Nathalia. Floryn takut kelakuannya membuat Nathalia tidak nyaman bekerja di sana.
Sepanjang pembicaraan, hanya Floryn saja yang berbicara sedangkan Kylo diam dan mendengarkan.
Hari pertama di kota Jalundra, sudah bertemu dengan dua gadis yang senang berbicara.
Selesai istirahat, Nathalia kembali bekerja sampai sore tiba.
Sesuai janjinya, Nathalia bertemu dengan Arumi di ruangannya. Saat hendak berjalan ke atas, Nathalia tidak sengaja bersenggolan dengan Kylo.
"Maaf. Aku tidak lihat," kata Nathalia dan ditanggapi dengan diam oleh Kylo. Ia hanya memandangi Nathalia saja.
"Hati-hati lain kali," kata Kylo setelah diam cukup lama.
"Iya." Nathalia sempat melihat tanda nama di seragamnya.
Kylo En.
Sampai di lantai empat, sudah ada Arumi yang berdiri di luar ruangannya. Nathalia bergegas menghampiri. Akan tetapi secara tiba-tiba, dari belakang Arumi ada yang melempar beberapa senjata tajam kecil ke arah Nathalia dengan sangat cepat. Namun di penglihatan Nathalia, senjata itu bergerak dengan lambat. Nathalia dapat menghindari senjata itu dengan baik dan sedikit melakukan aksi akrobatik. Beberapa senjata menancap pada dinding di belakangnya.
Nathalia tertegun sejenak lalu ia mengamati senjata-senjata itu. Sementara di sisi Arumi, ia tampak menyunggingkan senyuman.
"Apa kamu baik-baik saja??" Tanya Arumi.
"Iya, Bu. Apa ini asli??" Tanya Nathalia.
"Tentu saja. Ini dapat melukaimu," kata Arumi. Nathalia mengangguk pelan. Bersyukur ia dapat menghindarinya.
Arumi menyuruh asistennya untuk melepas senjata tersebut dan membuangnya. Nathalia dan Arumi bergegas turun ke bawah. Arumi akan menuntun Nathalia ke tempat tinggalnya.
"Untung saja dia bisa menghindari ini. Bagaimana kalau tidak?? Kasihan juga. Baru sehari di kota ini sudah pergi selama-lamanya. Aku juga akan merasa bersalah karena akulah yang melempari senjata ini ke arahnya. Huh, Sensei. Anda begitu percaya diri sekali dengan tebakan Anda," gumam asisten Arumi.
Di luar restoran, Arumi melemparkan sebuah alat. Dengan ajaibnya, alat tersebut berubah menjadi sebuah mobil.
"Silakan masuk, Nathalia." Nathalia sedikit ragu-ragu. Ia takut saat menaikinya secara mendadak mobil itu akan kembali ke bentuknya semula. Lalu bagaimana dengan nasibnya?
"Jangan takut mobil ini kembali seperti semula, selama aku tidak menekan tombol ini," kata Arumi seperti mengerti apa yang dipikirkan Nathalia.
"Oh baiklah Bu." Nathalia masuk ke dalam mobil lalu Arumi menancap gasnya.
Arumi bilang bahwa ia ingin mengajak Nathalia berkeliling sebentar. Nathalia menyetujuinya. Selama perjalanan, Nathalia memperhatikan indahnya kota itu. Walaupun banyak gedung pencakar langit di sana namun masih ada lahan hijau di berbagai tempat. Nathalia sendiri tidak tahu apakah itu tanaman asli atau buatan mengingat kota Jalundra ahli dalam teknologi. Arumi memberitahu Nathalia tempat-tempat yang bisa ia kunjungi untuk membeli perlengkapan. Pasar, restoran, toko pakaian dan sepatu Arumi tunjukkan kepada Nathalia. Arumi juga memberitahu ada bioskop besar di kota itu. Nathalia mengingat semua hal yang dijelaskan oleh Arumi.
"Ok. Kita sudah sampai. Ini adalah rumah sementaramu. Maaf ya kalau sederhana," kata Arumi sembari turun dari mobilnya.
Oh inikah yang namanya sederhana?? Jika ini sederhana, bagaimana dengan yang mewah???
Ya, rumah sederhana di kota Jalundra bagaikan rumah mewah di kotanya. Bagaimana tidak, Nathalia akan tinggal di rumah itu yang mempunyai dua lantai, teknologi yang canggih dan mutakhir, dilayani oleh satu robot pelayan, dua orang pembantu, kolam renang dan tempat gym. Dalamnya tidak kalah mewah dengan dilengkapi dua kamar tidur, satu ruang utama, dapur yang besar dan dua kamar mandi sementara lantai duanya ada satu kamar tidur, satu ruangan aula dan balkon.
"Bagaimana caranya aku membersihkan ini semua???" Tanya Nathalia kepada dirinya sendiri.
"Tenang saja. Ada robot yang akan membersihkannya. Dulu, ini adalah rumahku. Sekarang menjadi milikmu. Jaga baik-baik ya," kata Arumi. Nathalia mengangguk.
"Oh iya. Hampir lupa. Ini untukmu." Arumi memberikan sebuah gelang kepada Nathalia.
"Apa ini??"
"Simple payments. Kamu bisa menggunakannya untuk membeli barang sesuka hatimu. Tapi ingat, jangan boros karena ada saldonya. Kamu bisa melihat saldo itu dengan menekan tombol ini." Nathalia terkejut melihat jumlah saldonya. Sangat banyak sekali. Lalu ia mendapat suatu ide.
"Apa ini bisa dikirim ke sini??" Tanya Nathalia seraya menunjukkan kartu milik bibinya.
"Kamu tidak perlu itu lagi. Dan punya siapa ini??" Tanya Arumi.
"Bibiku."
"Kamu ingin mengirim uang ke sini??" Nathalia mengangguk. Terlihat wajahnya yang penuh harap hal itu bisa dilakukan.
Arumi dilema. Sebenarnya hal itu tidak bisa dilakukan. Namun, ia dapat membaca pikiran Nathalia. Ada keinginan besar untuk mengirim sejumlah uang itu ke kartu bibinya.
"Ya tentu. Kamu harus melakukannya di pusatnya langsung," jawab Arumi. Nathalia terlihat bahagia.
"Baiklah."
Nathalia bergegas mandi. Arumi diam-diam mengambil kartu itu yang ditaruh di kantong belakang celana jeans Nathalia. Arumi hendak mengisi kartu itu dengan sejumlah uang pribadinya. Arumi tidak ingin Nathalia kecewa.
Selesai mandi, Arumi menyuruh Nathalia untuk tidur karena esok dia akan berkerja lagi.
"Terimakasih sudah mengizinkan saya tinggal di sini," ucap Nathalia.
"Sama-sama. Istirahatlah," kata Arumi sembari tersenyum. Nathalia menemani Arumi sampai di luar. Arumi pergi meninggalkan Nathalia di sana
Melihat Arumi pergi, Nathalia bergegas tidur.
Di dalam mobil, Arumi memikirkan sesuatu.
Nathalia. Ia gadis yang polos namun sangat sayang kepada keluarganya. Hal itu mengingatkanku dulu kepada Mirage saat masih muda. Haha, masih kekanak-kanakan sekali. Hmm... Aku sebagai mentornya akan mewujudkan keinginannya. Aku juga berjanji akan menuntunnya ke arah yang benar.