NovelToon NovelToon
JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

JENDELA TERBUKA YANG LUPA DITUTUP

Status: sedang berlangsung
Genre:Dikelilingi wanita cantik / Suami Tak Berguna / Hamil di luar nikah / Cinta Terlarang / Harem / Cintapertama
Popularitas:445
Nilai: 5
Nama Author: Siti Zuliyana

Rina menemukan pesan mesra dari Siti di ponsel Adi, tapi yang lebih mengejutkan: pesan dari bank tentang utang besar yang Adi punya. Dia bertanya pada Adi, dan Adi mengakui bahwa dia meminjam uang untuk bisnis rekan kerjanya yang gagal—dan Siti adalah yang menolong dia bayar sebagian. "Dia hanyut dalam utang dan rasa bersalah pada Siti," pikir Rina.
Kini, masalah bukan cuma perselingkuhan, tapi juga keuangan yang terancam—rumah mereka bahkan berisiko disita jika utang tidak dibayar. Rina merasa lebih tertekan: dia harus bekerja tambahan di les setelah mengajar, sambil mengurus Lila dan menyembunyikan masalah dari keluarga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti Zuliyana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cobaan Tiada Henti

Rio mulai merasa sedih karena harus menjauh dari Rina. Dia adalah orang yang jujur dan tidak mau menjadi penghalang bagi rumah tangga Rina, tapi hatinya tidak bisa berhenti mencintainya. Satu hari, temannya yang juga fotografer, Dika, mengajaknya untuk pergi ke luar negeri untuk proyek foto besar—kesempatan sekali seumur hidup.

Rio bingung: jika dia pergi, dia akan meninggalkan Rina dan mungkin tidak akan melihatnya lagi. Jika dia tinggal, dia akan terus terjebak dalam rasa cinta yang tidak bisa terpenuhi. Dia bertemu Rina di taman, dan mengatakan kepadanya tentang kesempatan itu. Rina menangis dan berkata: "Kamu harus pergi—kamu pantas mendapatkan kebahagiaanmu sendiri." Rio memegang tanggannya sebentar, lalu pergi—tanpa berkata apa-apa lagi.

Setelah Rio pergi, Rina merasa kosong. Dia menyadari bahwa Rio telah menjadi bagian dari kehidupannya, bahkan jika hanya sebagai teman. Tapi dia juga tahu bahwa ini adalah kesempatan untuk dia dan Adi membangun kembali hubungan mereka tanpa gangguan.

Adi mulai bekerja lebih giat, dan dia juga memulai bisnis sampingan menjual barang online. Rina membantu dia mengelola stok dan mempromosikan produk di media sosial. Setelah beberapa bulan, mereka berhasil membayar sebagian besar utang.

Siti juga akhirnya setuju untuk menerima pembayaran bulanan daripada tuntutan hukum, karena dia melihat bahwa Adi sungguh-sungguh berusaha.

Satu hari, mereka menerima surat dari bank yang mengatakan bahwa utang mereka sudah hampir lunas.

Rina dan Adi menangis dan memeluk satu sama lain—ini adalah pertama kalinya mereka merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya dalam waktu lama. Adi membawa Rina ke pantai, tempat mereka dulu berkencan, dan berkata: "Aku menyesal semua yang sudah kulakukan. Bisa kamu berikan aku kesempatan lagi untuk mencintaimu seperti dulu?" Rina mengangguk, dan mereka mencium—seperti pertama kalinya.

Beberapa minggu kemudian, Rina menemukan bahwa dia hamil. Dia senang, tapi juga takut—apakah dia bisa merawat dua anak sambil bekerja? Apakah Adi akan tetap ada untuknya? Adi sangat senang ketika mendengarnya, dia berjanji akan membantu lebih banyak di rumah dan tidak akan lagi membiarkan pekerjaan mengambil waktu semua.

Namun, masalah baru muncul: ibu Rina khawatir Rina tidak kuat untuk hamil lagi setelah masa-masa stres sebelumnya.

Ibu Adi juga khawatir tentang biaya mengandung dan melahirkan. Rina dan Adi memutuskan untuk menghadapi semua itu bersama—mereka mengikuti kelas kehamilan bersama, menyimpan uang untuk biaya medis, dan berkomunikasi dengan keluarga agar mereka tidak terlalu khawatir.

Lila juga senang mendengar bahwa dia akan punya adik. Dia mulai membuat mainan untuk adiknya, dan setiap malam dia berdoa agar adiknya sehat.

Setelah setahun pergi, Rio kembali ke Indonesia. Dia telah sukses dengan proyek fotonya, dan dia membawa banyak hadiah untuk Lila. Dia bertemu Rina di taman yang dulu mereka kunjungi, dan melihat bahwa Rina sudah mengandung. Dia tersenyum dan berkata: "Aku senang melihatmu bahagia."

Rina memberitahu dia bahwa dia dan Adi sudah membaik, dan Rio berkata bahwa dia telah menemukan cinta baru di luar negeri—seorang wanita yang memahami dia dan mendukung pekerjaannya. Rina senang untuk Rio, dan mereka bersalaman seperti teman lama. Rio berkata: "Jendela yang terbuka itu dulu memberi aku kesempatan untuk mengenalmu, tapi sekarang aku tahu bahwa jendela itu seharusnya tetap terbuka untukmu dan keluarga mu."

Adi juga bertemu Rio, dan mereka berbicara dengan jujur. Adi mengucapkan terima kasih karena Rio pernah menolong Rina dan Lila, dan Rio mengucapkan maaf jika dia pernah menjadi penghalang. Mereka berjabat tangan, dan semua rasa benci dan keraguan hilang.

Rina melahirkan anak laki-laki yang sehat, mereka memberi nama dia Arif. Selama masa nifas, Adi benar-benar menepati janjinya—dia memasak, mencuci, mengurus Lila dan Arif, dan selalu ada untuk Rina.

Mereka mulai berbicara lebih banyak, berbagi cerita dan harapan, dan mengatasi masalah lama yang masih tersisa—seperti ketidaksetaraan peran yang dulu ada. Adi mulai membantu lebih banyak di rumah, dan Rina juga memungkinkan dirinya untuk mengambil waktu untuk diri sendiri—dia mulai menulis cerita untuk anak-anak, sesuatu yang dia suka lakukan sebelum menikah.

Keluarga mereka juga mulai membaik. Ibu Rina dan ibu Adi sering datang ke rumah untuk membantu mengurus anak-anak, dan mereka tidak lagi saling menyalahkan. Mereka bahkan bekerja sama untuk membuat makanan untuk keluarga, dan rumah selalu penuh dengan tawa.

Satu malam, Rina dan Adi duduk di teras, melihat Lila dan Arif tidur. Adi berkata: "Kita telah melalui banyak hal. Tanpa masalah-masalah itu, mungkin kita tidak akan menyadari betapa berharganya keluarga kita." Rina mengangguk dan berkata: "Jendela yang pernah terbuka itu membuat kita terjebak, tapi juga membuat kita lebih kuat."

Setelah Arif berusia 6 bulan, Rina mengadakan pesta ulang tahun untuk Lila yang ke-7. Semua teman, keluarga, dan bahkan Rio dan pacarnya datang. Di pesta itu, Lila berdiri di depan semua orang dan berkata: "Keluarga saya ada masalah dulu, tapi sekarang kita bahagia! Karena kita selalu saling membantu dan mencintai." Semua orang bertepuk tangan, dan Rina menangis karena senang.

Malam itu, setelah semua tamu pergi, Rina lupa menutup jendela kamar tidur. Dia dan Adi duduk di tepi jendela, melihat bintang-bintang.

Adi memegang tangan Rina dan berkata: "Kita tidak akan pernah lagi mengulangi kesalahan masa lalu. Kita akan selalu terbuka satu sama lain, dan jendela ini akan selalu terbuka untuk harapan dan cinta." Rina mengangguk, dan mereka mencium satu sama lain di bawah langit malam.

Jendela masih terbuka, tapi sekarang tidak lagi menjadi celah untuk masalah—melainkan untuk angin segar, cahaya matahari, dan harapan masa depan yang cerah untuk keluarga mereka.

Setelah Arif berusia satu tahun, cerita anak-anak yang Rina tulis mulai dikenal di lingkungan sekolah dan les. Seorang penerbit melihatnya dan menawarkan untuk menerbitkan bukunya. Rina senang banget—ini adalah cita - cita dia yang sudah lama tertidur. Tapi dia juga khawatir: bagaimana dia akan menyelesaikan naskah, mengajar, dan mengurus dua anak sekaligus?

Adi mendukung dia sepenuhnya. Dia mengurangi jam kerja sampingan dan mulai mengambil cuti lebih sering untuk mengurus anak-anak. Tapi masalah muncul ketika kepala sekolah Rina memberitahu dia bahwa dia harus memilih antara mengajar penuh waktu atau fokus pada penulisan—karena jam kerjanya akan semakin padat. Rina bingung: mengajar adalah sumber pendapatan utama, tapi penulisan adalah bagian dari identitas dia yang sudah lama hilang.

Lila melihat ibunya sedih dan berkata: "Ibu, kamu harus menulis! Aku suka cerita ibu, dan teman-teman aku juga suka." Kalimat itu membuat Rina memutuskan: dia akan mengajar paruh waktu dan fokus pada penulisan di waktu luang. Adi juga membantu dia mengedit naskah, dan Rio—yang sekarang sering datang berkunjung dengan pacarnya—memberi saran tentang gambar untuk buku itu.

Lila mulai masuk SD, dan dia sangat suka melukis. Dia selalu memenangkan lomba melukis di sekolah dan ingin menjadi pelukis kelak. Tapi ibu Adi tidak setuju: "Pelukis tidak bisa mencari nafkah! Dia harus belajar menjadi dokter atau guru seperti ibunya." Ibu Rina juga setuju: "Kita harus membimbing dia ke jalan yang benar, bukan jalan yang sembarangan."

Rina dan Adi merasa terjebak. Mereka ingin mendukung keinginan Lila, tapi juga takut dia kesulitan nanti. Satu hari, mereka membawa Lila ke pameran seni yang diadakan oleh Rio. Di sana, Lila bertemu dengan seorang pelukis terkenal yang memberitahu dia: "Jika kamu suka melukis, jangan berhenti. Semua jalan bisa sukses jika kamu bekerja keras."

Rina dan Adi memutuskan untuk mendukung Lila. Mereka mendaftarkan dia ke les melukis, dan meskipun ibu Adi dan ibu Rina masih ragu, mereka melihat senyum di wajah Lila dan mulai menerima keputusannya. Masalah baru muncul ketika biaya les melukis dan penerbitan buku Rina membuat keuangan mereka sedikit keteteran—tapi mereka berjanji akan saling membantu dan mengatur anggaran dengan baik.

Setelah dua tahun, Siti melahirkan anaknya—seorang anak perempuan yang diberi nama Ayu. Adi selalu membayar biaya pendidikan dan perawatan Ayu, tapi dia belum pernah melihatnya. Satu hari, Siti menghubungi Adi dan berkata: "Ayu mau tahu siapa ayahnya. Bisa kamu bertemu dengannya?" Adi bingung dan minta pendapat Rina.

Rina merasa cemas, tapi dia tahu Adi harus bertanggung jawab pada Ayu. Mereka memutuskan untuk bertemu Siti dan Ayu di taman. Ketika mereka tiba, Ayu yang berusia dua tahun melihat Adi dan berlari ke arahnya: "Ayah! Ayah!" Adi menangis, dan Rina juga menangis—dia merasa kasihan pada Ayu yang tidak punya ayah di sampingnya.

Masalah muncul ketika Lila dan Arif melihat Ayu. Lila bertanya: "Ibu, siapa dia? Kenapa dia memanggil ayah 'ayah'?" Rina dan Adi harus menjelaskan dengan jujur bahwa Ayu adalah saudara tiri mereka. Lila merasa sedih dan marah pada ayahnya: "Kenapa ayah punya anak lain tanpa memberitahu aku?" Adi memeluknya dan berkata maaf berkali-kali, dan Rina menenangkannya: "Ayu adalah saudara kamu, dan kita harus mencintainya seperti mencintai Arif." Setiap hari, mereka mulai mengunjungi Ayu, dan perlahan-lahan Lila mulai menyukainya.

Buku Rina akhirnya diterbitkan dan menjadi hits di kalangan anak-anak. Dia diundang ke banyak acara buku dan wawancara media. Semua orang memuji dia, tapi tekanan juga semakin besar: penerbit meminta dia menulis buku kedua secepatnya, dan media mulai menanyakan tentang masa lalu dia yang penuh konflik. Satu harian, surat kabar menulis berita: "Penulis Buku Anak yang Dulu Terjebak dalam Perselingkuhan—Bagaimana Dia Mengatasi Semuanya?"

Rina merasa malu dan sedih—dia tidak ingin masa lalu dia menjadi topik pembicaraan orang. Adi memeluknya dan berkata: "Kamu sudah kuat, dan cerita itu adalah bagian dari perjalananmu yang membuatmu menjadi orang yang sekarang. Jangan biarkan orang lain menyalahgunakan itu." Rio juga menghubungi dia dan berkata: "Kamu telah menginspirasi banyak orang dengan ceritamu. Jangan takut untuk menunjukkan siapa kamu sebenarnya."

Rina memutuskan untuk menghadapi itu. Dia memberi wawancara dan menceritakan tentang perjuangannya, bagaimana dia mengatasi masalah, dan pentingnya keluarga dan kepercayaan diri. Banyak orang menghubunginya untuk mengucapkan terima kasih, dan dia merasa bahwa dia sedang melakukan hal yang benar.

Setelah tiga tahun dari semua masalah awal, keluarga Rina semakin kuat. Buku kedua Rina juga diterbitkan dan sukses. Lila sudah kelas 2 SD dan menang lomba melukis nasional. Arif sudah berusia 3 tahun dan suka mengikuti kakaknya melukis. Ayu juga sering datang ke rumah, dan dia dan Lila sudah seperti saudara kandung—mereka selalu bermain bersama dan saling membantu.

Ibu Adi dan ibu Rina juga sudah menerima semua yang terjadi. Mereka sering datang ke rumah untuk mengurus anak-anak, dan ibu Adi bahkan mulai menyukai melukis bersama Lila. Rio dan pacarnya juga sering datang berkunjung, dan mereka semua sering pergi liburan bersama ke pantai atau gunung.

Satu malam, Rina lagi-lagi lupa menutup jendela kamar tidur. Dia, Adi, Lila, dan Arif duduk di tepi jendela, melihat bintang-bintang. Lila berkata: "Ibu, jendela ini selalu terbuka ya? Karena aku suka melihat bintang dan angin segar." Rina memeluknya dan berkata: "Ya, sayang. Jendela ini akan selalu terbuka—untuk harapan, untuk cinta, untuk saudara kita, dan untuk semua hal indah di dunia." Adi memegang tangan Rina, dan mereka semua tersenyum.

Di halaman seberang, Rio juga melihat jendela yang terbuka dan tersenyum. Dia tahu bahwa semua yang terjadi dulu adalah bagian dari rencana yang lebih besar—yang membuat semua orang menemukan kebahagiaan mereka sendiri.

Cerita berakhir dengan jendela yang selalu terbuka, penuh dengan harapan dan cinta untuk masa depan yang cerah.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!