Nalea, putri bungsu keluarga Hersa, ternyata tertukar. Ia dibesarkan di lingkungan yang keras dan kelam. Setelah 20 tahun, Nalea bersumpah untuk meninggalkan kehidupan lamanya dan berniat menjadi putri keluarga yang baik.
Namun, kepulangan Nalea nyatanya disambut dingin. Di bawah pengaruh sang putri palsu. Keluarga Hersa terus memandang Nalea sebagai anak liar yang tidak berpendidikan. Hingga akhirnya, ia tewas di tangan keluarganya sendiri.
Namun, Tuhan berbelas kasih. Nalea terlahir kembali tepat di hari saat dia menginjakkan kakinya di keluarga Hersa.Suara hatinya mengubah takdir dan membantunya merebut satu persatu yang seharusnya menjadi miliknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Miss_Dew, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Sisilia benar-benar kesal, tangannya mengepal di balik punggungnya. Rencana hariannya digagalkan oleh Nalea yang ‘liar’ dan tidak terduga.
Mutiara masih berdiri mematung, menatap Nalea. Air mata Mutiara mulai menggenang. Putrinya sendiri baru saja meminum racun demi menyelamatkannya.
Tapi ini belum berakhir, mamah harus segera Medical Check-Up! Kondisi ginjal mamah belum tahu sudah separah apa dan juga agar meyakinkan mamah jika putri palsu kesayangannya berniat membunuhnya. Namun tentu saja tidak boleh diketahui Sisilia. Di rumah sakit ada mata-mata Sisilia. Bagaimana caranya agar mamah bisa check-up diam-diam? Aku harus mencari alasan untuk keluar rumah tanpa dicurigai!
Brak!
Pintu dapur tiba-tiba terbuka. Zavian masuk, wajahnya terlihat lega saat melihat Nalea. Ia baru saja kembali dari kantor.
“Mamah! Kebetulan sekali!” seru Zavian, suaranya sedikit lebih tinggi. “Aku harus berbelanja kado untuk ulang tahun klien. Klienku ini wanita. Aku butuh pendapat Mamah. Ayo, temani aku belanja!”
Mutiara menatap Zavian. Astaga, Zavian! Kau pahlawan mamah, Sayang! Aku akan menggunakan kesempatan ini!
Mutiara segera mengambil tasnya. “Ya, tentu, Nak. Mamah akan temani. Sisil, kamu di rumah ya.”
Sisilia tidak terima. “Loh, Kak Vian! Sisil juga mau ikut! Sisil kan tahu selera wanita. Kita bisa ke mal!”
Sisilia segera berjalan menuju Zavian, berusaha memegang lengannya.
Nalea bergerak cepat. Ia segera melangkah, berdiri di depan Zavian, menghalangi Sisilia.
“Tidak bisa, Sisil,” potong Nalea, nadanya dingin dan memaksa. “Ayah dan Kak Azlan sedang pergi. Mamah dan Kak Zavian akan keluar. Kau harus menemaniku di rumah. Aku butuh teman ngobrol, dan kau adalah adikku.”
Aku tidak akan membiarkanmu ikut. Di luar sana, kau akan menghubungi Lidya dan merencanakan hal lain. Kau tetap di bawah pengawasanku, Rubah Iblis.
Sisilia menatap Nalea dengan amarah yang mendidih. Ia tidak bisa melawan karena Azlan dan Ivander tidak ada.
“Tapi… tapi, Kak Nalea kan bisa sama Grace!” rengek Sisilia.
“Grace sedang istirahat, malam ini dia akan menangkap penjahat. Jangan banyak protes, Sisil,” ucap Nalea asal, sengaja untuk menakuti Sisilia.
Zavian, yang mendengarkan seluruh suara hati Nalea, tersenyum kecil dalam hati. Bagus, Lea. Terus awasi dia.
Zavian menyadari Nalea dengan sengaja meminum racun itu. Rasa hormatnya pada Nalea semakin membesar dan mulai mengikis anggapan jika Nalea bukanlah anak liar seperti yang dituduhkan Sisilia.
“Sudahlah, Sisil. Kamu temani Nalea. Kakak tidak akan lama,” ujar Zavian. Ia meraih lengan Mutiara dan mengajaknya keluar.
Mutiara melirik Nalea. Terima kasih, Nalea. Mamah akan segera check-up. Mamah akan membuktikan semua yang kau katakan.
Mutiara merasa terharu dan penuh ketakutan. Putri yang ia buang, kini mempertaruhkan nyawa untuknya.
Setelah Zavian dan Mutiara pergi, tinggallah Nalea dan Sisilia dalam keheningan yang mencekam di ruang tamu.
Sisilia duduk di sofa, memasang wajah cemberut. “Dasar pengganggu!” desisnya pelan.
Aku masih di sini, Sisil. Coba saja kau bergerak, dan aku akan mematahkan kakimu sebelum kau sempat mencapai telepon. Nalea hanya bersandar di dinding, matanya tajam mengawasi Sisilia.
"Sisil, adikku sayang. Jangan pergi dong. Temani kakakmu ini berkeliling kompleks. Siapa tahu ada pria tampan atau duda kaya yang bisa jadi pacar kakak! Sisil, tunggu! Jangan ngambek, dong!"
... *******...
Ruangan kantor Kayzo Renand, yang tersembunyi di lantai atas sebuah club malam eksklusif, dipenuhi asap rokok dan aroma kulit mahal. Kayzo duduk di kursi putar besar, tangannya memainkan pulpen perak dengan gerakan konstan. Pikirannya jauh, melayang ke sebuah rumah mewah di pinggiran kota.
Di sampingnya, Devano, wakil ketua Krayrock, menatap atasannya dengan heran. Tingkah Kayzo belakangan ini sangat mengganggu, terlalu banyak melamun dan terlihat seperti remaja kasmaran, bukan seperti pemimpin geng terkuat di kota.
“Bagaimana?” tanya Kayzo tiba-tiba, tanpa mengalihkan pandangan dari pulpennya. Suaranya terdengar dingin, tetapi ada kegelisahan yang tersembunyi.
Devano menghela napas. “Saya sudah melakukan apa yang Anda perintahkan, Kayzo. Dia sudah diawasi.”
Devano mencondongkan tubuhnya ke depan. “Tapi, sungguh, aku harus bertanya. Kenapa Nalea? Kenapa kita harus membuang waktu dan sumber daya hanya untuk mengawasi ketua Black Rat? Lagipula, dia sudah kembali ke keluarga kandungnya, sepertinya dia sudah insaf.”
Kayzo menghentikan permainan pulpennya. Ia mendongak, tatapannya tajam dan menghunjam, membuat Devano bergidik.
“Aku bilang, Devano,” Kayzo menekankan setiap kata dengan nada yang sangat rendah dan mengancam, “tak perlu banyak bicara. Awasi saja, dan laporkan. Kau bekerja untukku, bukan menanyakan alasanku.”
Devano menelan ludah. Ia tahu, meskipun Kayzo kini memiliki background dari Keluarga Mahaka, ia tetaplah Kayzo yang kejam dan tidak mengenal ampun.
“Baik, Kayzo. Hanya saja…” Devano tidak bisa menahan diri. “Aku hanya heran. Kau terlalu lunak terhadap Nalea dan Black Rat. Mereka sudah mengambil alih tiga daerah kekuasaan Krayrock di Utara! Apa kita harus diam saja, brengsek?”
Kayzo menyeringai, senyum tipis yang tak mencapai mata. “Jangan panggil aku brengsek, Devano. Itu urusan lain. Aku punya alasan sendiri. Kerugian tiga wilayah itu bisa kita tutup dalam semalam. Tapi jika dia terluka… itu harga mati.”
Devano mengangkat bahu, tidak mengerti.
“Lupakan itu dulu,” ujar Devano, mengubah topik. “Malam Minggu ini, Morgan mengajak balapan motor di kawasan Sentul. Dia menantang langsung Krayrock. Kau harus turun tangan, Kayzo.”
Kayzo menyandarkan punggungnya. Ia berusaha mengingat. “Morgan? Siapa bajingan itu?”
“Dia dari geng motor Kingbash,” terang Devano. “Geng yang sok-sokan berkuasa di jalur Selatan. Mereka selalu berisik.”
Kayzo mengetuk-ngetuk meja. “Balapan. Baik. Apa hadiahnya jika menang?”
Devano menyeringai kotor. “Uang tunai dua puluh lima juta. Dan… empat orang gadis cantik, yang bisa kita bawa ke markas untuk bersenang-senang.”
Kayzo berdecak jijik. Ia menatap Devano dengan tatapan menghina.
mana ada darah manusia lebih rendah derajatnya daripada seekor anjingg🥹🥹🤬🤬🤬