NovelToon NovelToon
Menguasai Petir Dari Hogwarts

Menguasai Petir Dari Hogwarts

Status: sedang berlangsung
Genre:Akademi Sihir / Fantasi / Slice of Life / Action
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Zikisri

Nama Ethan Cross dikenal di seluruh dunia sihir sebagai legenda hidup.

Profesor pelatihan taktis di Hogwarts, mantan juara Duel Sihir Internasional, dan penerima Medali Ksatria Merlin Kelas Satu — penyihir yang mampu mengendalikan petir hanya dengan satu gerakan tongkatnya.

Bagi para murid, ia bukan sekadar guru. Ethan adalah sosok yang menakutkan dan menginspirasi sekaligus, pria yang setiap tahun memimpin latihan perang di lapangan Hogwarts, mengajarkan arti kekuatan dan pengendalian diri.

Namun jauh sebelum menjadi legenda, Ethan hanyalah penyihir muda dari Godric’s Hollow yang ingin hidup damai di tengah dunia yang diliputi ketakutan. Hingga suatu malam, petir menjawab panggilannya — dan takdir pun mulai berputar.

“Aku tidak mencari pertempuran,” katanya menatap langit yang bergemuruh.

“Tapi jika harus bertarung… aku tidak akan kalah dari siapa pun.”

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zikisri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 20 – Slytherin?

Ethan melangkah ke depan, napasnya tenang meski ratusan mata menatapnya. Ia duduk di kursi tua itu, sementara Profesor McGonagall dengan gerakan anggun menurunkan Topi Seleksi ke kepalanya.

Begitu kain lusuh itu menyentuh rambutnya, suara tua namun lembut terdengar langsung di telinganya.

“Hmm... menarik. Pikirannya begitu rapi dan dewasa untuk ukuran anak seusiamu. Kau teliti, penuh rasa ingin tahu, dan memiliki tekad yang kuat. Karakter seperti ini biasanya milik Ravenclaw... tapi aku juga merasakan sesuatu yang lain—ketegasan, kehati-hatian, dan sisi yang tak suka diatur.”

Suara itu berhenti sejenak, seolah sedang menimbang.

“Aneh... aku pernah menemui seseorang sepertimu dulu, tapi sudah sangat lama. Kau bukan anak kecil biasa, bukan?”

Ethan menahan napas, setengah terpukau oleh fakta bahwa benda ini bisa membaca isi pikirannya. Apakah topi ini benar-benar bisa menembus kesadaran seseorang? Terbuat dari apa? Prinsip sihir macam apa yang membuatnya bisa berpikir sendiri? Mungkin semacam artefak alkimia tingkat tinggi... atau mungkin mengandung jiwa?

“Hentikan pikiran anehmu, Nak,” gumam topi itu tajam.

Peringatan itu justru membuat rasa penasaran Ethan semakin parah. Jiwa? Kalau iya, berarti benda ini mengandung kesadaran. Bagaimana kalau aku membedahnya nanti? Apakah bisa dibuka tanpa menghancurkan inti sihirnya?

“Astaga! Singkirkan tanganmu dari pinggiranku dan berhenti berpikir macam-macam!” suara topi itu meninggi, nyaris panik.

Ethan menahan senyum, sengaja mengangkat tangannya seolah ingin menyentuh kainnya.

“Kau benar-benar berbahaya untuk benda sepertiku. Aku tak mau kau sampai bisa membongkar rahasiaku. Jadi...”

Suara itu terdengar seperti menggeram.

“SLYTHERIN!”

Teriakan itu menggema di seluruh aula.

Profesor McGonagall sempat terdiam sepersekian detik. Di antara para siswa, Agnes menatap kaget, sementara Charles menoleh dengan ekspresi tak percaya. Mereka semua mengira Ethan akan berakhir di Ravenclaw atau mungkin Gryffindor—tapi tentu bukan Slytherin.

Jubah Ethan berubah perlahan. Warna hijau zamrud dan perak muncul di tepinya, dan sebuah lencana berbentuk ular melingkar terpampang di dadanya.

Ethan menuruni panggung dengan langkah tenang, meski pikirannya masih memutar kejadian barusan. Apakah topi itu dendam karena aku menanyakan cara kerjanya? Kekanak-kanakan sekali, pikirnya sinis. Ia melirik topi itu sekilas, dan benda tua itu seolah menatap balik dengan ekspresi marah—kalau topi bisa punya ekspresi.

Ia tahu reputasi Slytherin tidak terlalu baik. Sebelum masuk Hogwarts, Sirius pernah memberitahunya kalau sebagian besar Pelahap Maut berasal dari sana, dan banyak siswa Slytherin yang masih memegang keyakinan tentang kemurnian darah sihir. Ia tak terlalu peduli, tapi di dalam hati kecilnya, ada sedikit rasa enggan.

Apa topi itu bisa membaca pikiranku dan justru sengaja mengirimku ke sini? Ethan mengangkat bahu. Kalau iya, berarti topi itu lebih usil dari yang kuduga.

Begitu ia mendekati meja Slytherin, seorang gadis dengan rambut cokelat tua dan sorot mata tajam berdiri menyambutnya.

“Selamat datang, Ethan Cross. Aku Vanessa Greengrass, prefek Slytherin.”

Ethan menjabat tangannya dengan sopan. “Terima kasih, Prefek Greengrass. Panggil saja Ethan.”

Ia lalu duduk di sebelah Vivian, yang langsung mencondongkan tubuhnya dengan mata membulat.

“Aku nggak nyangka kamu masuk Slytherin! Kupikir kamu pasti Ravenclaw.”

Ethan mengangkat alis. “Aku juga tidak peduli sebenarnya. Tapi sepertinya topi tua itu tidak menyukaiku sejak awal.”

“Topi tua? Maksudmu Topi Seleksi?” Agnes tertawa bingung.

“Ah, lupakan saja.” Ethan menyandarkan tubuhnya santai, enggan melanjutkan pembicaraan.

Di ujung meja, Travers menatapnya dengan senyum sinis, lalu membisikkan sesuatu pada teman-temannya. Ethan menangkap lirikan itu, matanya menyipit tipis. Bagus, pikirnya. Bahkan sebelum seminggu pertama, sudah ada yang memutuskan jadi musuh.

Ia berpaling ke Vanessa. “Prefek Greengrass, apakah di asrama kita ada keluarga Avery atau Snape?”

Vanessa menatapnya heran. “Tidak ada yang masih aktif, seingatku mereka sudah lulus beberapa tahun lalu. Kenapa? Kau kenal mereka?”

Ethan tersenyum samar. “Bukan. Hanya pernah mendengar nama mereka saja.”

Ia merasa sedikit lega—setidaknya tak ada hubungan langsung dengan para Pelahap Maut yang pernah disebut Sirius.

Beberapa menit kemudian, Upacara Seleksi berakhir. Topi dan kursi disingkirkan, dan seorang lelaki tua berjanggut panjang berdiri di meja depan.

“Lihat, itu Profesor Dumbledore!” bisik Agnes penuh semangat. “Penyihir terhebat di dunia sihir sekarang.”

Ethan menatap pria tua itu dengan seksama. Dumbledore terlihat seperti kakek tetangga yang ramah, bukan sosok legenda yang menaklukkan penyihir kelam paling berbahaya. Namun matanya—mata biru pucat yang dalam—memancarkan sesuatu yang tidak bisa dijelaskan: keheningan dan kekuatan.

Pidato Dumbledore singkat, hanya sapaan hangat dan beberapa kalimat pembuka. Lalu ia mengetuk cangkirnya dengan sendok perak dan berkata pelan, “Baiklah, mari kita mulai perjamuan.”

Sekejap kemudian, meja-meja di seluruh aula terisi penuh makanan—ayam panggang beruap, pie labu, puding karamel, dan berbagai hidangan yang berkilau di bawah cahaya lilin.

Sorak-sorai langsung terdengar. Para siswa baru bersorak girang, berebut mencicipi semuanya. Agnes menatap piringnya seolah tak percaya makanan bisa muncul begitu saja.

Ethan tersenyum samar. Di sekelilingnya, para siswa Slytherin yang lebih tua tampak jauh lebih tenang—bergerak dengan elegan, mengambil makanan dengan sendok perak, berbicara dengan suara rendah. Dunia baru yang berlapis-lapis mulai terbuka di depan matanya.

Dan Ethan Cross tahu, malam ini hanyalah awal dari permainan panjang yang akan ia jalani di Hogwarts.

1
Mike Shrye❀∂я
wiiih tulisan nya rapi..... semangat
Zikisri: makasih atas penyemangat nya kk🤭
total 1 replies
Opety Quot's
di tunggu chapter selanjutnya thor
Sertia
Mantap/Good/ lanjutkan
Iqsan Maulana
lumayan bagus ni😁
Iqsan Maulana
next Thor
Hani Andini
next..
king_s1mbaaa s1mbaa
tambahin chapter nya thor...
Reyhan Ramdhan
lanjut thor👍
Zikisri: siap💪
total 1 replies
Reyhan Ramdhan
Bagus, Sangat Rekomen/Good/
Zikisri: thanks 👍
total 1 replies
I Fine
lebih banyak chapter nya thor/Shy/
I Fine
next chapter nya thor💪
Zikisri: Oke 👍
total 1 replies
Niat Pemulihan
nice
Evan Setyawan
Lanjutannya thor👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!