Kisah seorang istri yang mencintai suaminya, namun di balas dengan penghianataan dan balas dendam kelurga nya.
Ella menyambut cinta Andrean yang selalu perlakuan dirinya bak seorang Ratu. Hingga akhirnya mereka menikah. Namun sayang, sikap peduli, perhatian dan kasih sayang Andrea menghilang begitu saja. Andrean perlakukan Ella bak orang asing di rumah nya sendiri.
Hingga perselingkuhan Andrean di ketahui Ella. wanita berparas cantik yang memiliki segudang prestasi itu mencoba bertahan. Ia Terus berbuat baik dan patuh pada sang suami. Tetapi kesabaran Ella ada batasnya, sampai akhirnya pertahanan Ella runtuh.
Ella membuat permohonan surat cerai dan mentalak Andrean.
Pria tampan penuh kharisma itu berkata "kau ingin bercerai? Tidak akan pernah bisa, selama pembalasan ku belum berakhir!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon enny76, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali pulang
Setelah makan siang bersama nenek Timothy, Ella pamit untuk bermain di taman, masih banyak tumbuhan bunga kesayangannya disana. Bunga anggrek bulan adalah milik ibunya Soraya. Di halaman belakang, dulu ia dan ibunya seringkali bermain biola.
Hari ini begitu cerah, Ella mulai menggesek biola dan mengeluarkan bunyi suara merdu.
Tak jauh dari rumah Ella, ada sebuah peternakan sapi persis di belakang rumah Ella, hanya terhalang sebuah tembok yang menjulang. Tetapi alunan melodinya terdengar sampai di sana.
"Siapa yang bermain biola?" tanya sosok pria tinggi tegap, ia sedang bermain pacuan kuda di area peternakan miliknya.
Bukan kah ia tahu, lahan yang ia beli lima tahun lalu terhalang tembok tinggi yang di kelilingi hanya beberapa rumah tua. Tetapi, saat ia datang untuk melihat ternak demi perjalanan bisnisnya. Tiba-tiba mendengar suara alunan biola yang sangat merdu.
"Apa kau tahu siapa pemilik rumah tua itu?" tanyanya pada Jojo asisten yang mengurus peternakan
"Selama lima tahun saya bekerja di sini. Seumur hidup saya baru mendengar ada orang bermain biola Tuan." pria itu berbicara sambil bergidik.
Tak lama seorang pria paruh baya berlari tergopoh-gopoh kearah tuan nya.
"Tuan, kuda untuk nona Celine sudah saya siapkan."
Pria berwajah tampan itu mengangguk, tetapi ia seperti tidak ingin beranjak dari tempat itu. Melihat tuannya terdiam, pria tua itu tersenyum.
"Apa tuan terhipnotis dengan suara biola itu?" tanyanya sedikit sungkan.
"Kau asli orang sini bukan?"
Kakek tua itu mengangguk. "Iya tuan."
"Apakah ada hantu di lokasi sini? sela Jojo yang tiba-tiba merinding
Kakek tua itu menoleh kearah tembok, lalu berkata. "Di belakang peternakan ini adalah rumah milik keluarga Timothy. Dulunya di huni oleh kelurga Mortin."
Kakek tua itu terdiam, sang majikan terlihat penasaran dan masih berharap mendengar kelanjutannya.
"Terus apa hubungannya dengan suara biola itu?" sahut jojo yang ikut penasaran. Sebab yang ia tahu rumah itu tidak berpenghuni bertahun-tahun.
"Pak Bagas memiliki istri dan seorang anak gadis yang mahir bermain biola. Menurut rumor, istri pak Bagas membunuh seorang pria dari kelurga Smit. Istrinya di penjara dan dia menikah lagi. Setelah itu tidak lagi terdengar kabar mereka."
Pria tampan penuh misteri itu masih menatap tembok di depannya hingga alunan melodi itu benar-benar hilang. Ada rasa penasaran dari lubuk hatinya, tetapi ia mengabaikan.
"Pak tua, bawa Celine ke lapangan. Aku ingin berkuda dengannya."
"Baik tuan."
Ella menyudahi bermain biola, ternyata keahlian bermain biolanya masih bagus, walaupun sedikit kaku, sebab sudah hampir 13 tahun tidak memegang biola.
Malam hari Ella membaringkan tubuhnya di atas kasur. Ranjang itu masih ada di tempatnya dan tidak berubah selama 13 tahun ia tinggalkan.
Sebelum tidur Ella meraih ponsel dan berharap Andrean menanyakan kabar nya. Tidak..! Ia tidak pernah lagi berharap Andrean peduli padanya. Setelah tiga tahun hidup bersama, di awal pernikahan Andrean begitu perhatian dan perduli padanya. Selalu menanyakan kabar bila ia berada di luar, seakan tidak pernah ingin jauh darinya. Tetapi petaka itu datang, setelah Nyonya Tiffany pulang dari luar negeri.
Entah apa yang di bicarakan antara ibu dan anak tersebut. Seketika sikap Andrean berubah dratis dan acuh tak acuh. Seringkali ia pulang terlambat, kadang tidak pernah pulang sama sekali. Belakangan Ella baru tahu kalau Andrean seringkali pergi bersama wanita yang katanya teman bisnis. Sejak saat itu Ella tidak pernah bertanya atau mengusik kehidupan Andrean.
Di kelurga Smit, hanyalah nenek Andrean yang menyukai dirinya, sikapnya sangat perhatian dan peduli pada Ella. Menurutnya Ella adalah gadis yang baik dan penurut.
Tiga tahun pernikahan mereka, tidak di publikasikan ke umum, hanya sahabat dan keluarga Andrean saja yang tahu. sebab Nyonya Tiffany belum mengizinkan pernikahan itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, Ella membaringkan tubuhnya, lalu memejamkan mata.
Keesokkan paginya ia sarapan bersama nenek Timothy dan berbincang sebentar. Setelah itu pamit ke rumah pamannya.
Sejam telah berlalu, ia sudah sampai di rumah Ramon. Ella turun dari mobil dan menyapa bibinya yang sedang menyiram tanaman.
"Pagi bibi Elis."
Wanita itu mengangkat wajahnya, ia terkejut melihat kedatangan keponakannya.
"Ella?!"
Keduanya berinteraksi dan saling mengobrol setelah cipika-cipiki.
"Kata ibu mertua kamu ada di rumah tua, kenapa tidak bilang hari ini mau datang?"
"Aku tidak mau merepotkan bibi."
"Ayok kita masuk." ucap Elisa ramah
"Paman sudah pulang dinas?"
"Sudah kemaren sore."
Tak lama Ramon datang dan menyambut Ella. Keduanya mengobrol di taman samping rumah.
"Bagaimana keadaan mu Ella?"
"Aku... Baik saja paman." kata Ella seraya menyeruput teh manis buatan bibinya Elisa.
"Ohya Paman, bagaimana perkembangan perusahaan Timothy?"
Ramon menghela nafas panjang sambil menatap pepohonan di depannya "Kamu tahu? Setelah suamimu menarik semua aset miliknya di perusahaan kita, TM grup mengalami kebangkrutan."
Ella terdiam, perasaan nya campur aduk. Antara sedih dan juga marah.
"Apa sebenarnya yang di inginkan Andrean? Menghancurkan perusahaan kelurga Timothy?!' lanjut Ramon dengan suara datar, tetapi wajahnya terlihat frustasi.
"Paman."
Ella mengeluarkan kartu ATM dan menyerahkan pada Ramon.
"Di ATM ini ada uang 300 milyar, aku harap uang ini bisa membantu memulihkan perusahaan Timothy."
Ramon terkejut "Tidak usah Ella, itu uang mu. Paman tidak ingin merepotkan."
"Paman tidak usah sungkan. Selama ini paman yang membiayai sekolah dan kuliah ku, tidak ada salahnya aku membantu."
Ramon tersenyum "Terima kasih Ella, di kemudian hari paman akan menggantinya."
"Tapi... " Ramon menatap Ella yang terlihat sedih , seperti ada luka yang ia sembunyikan. "Apa sikap Andrean masih baik padamu?"
Ella tersenyum pahit "Aku sudah tidak perduli pada sikapnya yang acuh tak acuh. Tetapi... Rasanya aku sudah mulai capek dengan sikap dinginnya."
Ramon merasa prihatin, ia mengusap bahu Ella lembut. "Seandainya kamu sudah tidak kuat, kembali lah kesini. Kita rintis kembali perusahaan kelurga Timothy."
Ella terdiam sejenak, lalu mengangguk "Iya Paman."
Elisa sudah menyiapkan hidangan siang itu, mereka mulai menikmati makan siang bersama. Sorenya Ella pamit pulang.
Dus minggu sudah Ella berada di Marola, esoknya ia bersiap untuk kembali pulang ke Perth. Nenek Timothy tetap tinggal di rumah pamannya dan tidak ingin pulang ke rumahnya untuk sementara waktu.
Ia sudah mendengar dari bibi sari, kalau Andrean sudah kembali pulang dari dinas ke Malvin dua hari lalu. Sebenarnya masih ada sisa waktu cuti, tetapi ia memutuskan untuk pulang.
Menempuh perjalanan 12 jam untuk sampai ke ibukota Perth, akhirnya Ella sampai di kediamannya pada malam hari. Bibi sari dengan cepat membuka pintu gerbang.
"Malam bu Ella." sambutnya sambil meraih koper dari bagasi mobil.
Ella berjalan masuk di ikuti bi Sari.
"Saya sudah siapkan makan, apa ibu ingin makan sekarang?"
Tiba-tiba langkah Ella berhenti, ia menatap dua cangkir di atas meja tamu.
Ella menoleh ke arah bi sari "Apa ada tamu datang kesini?"
Seketika wajah wanita itu berubah "A-da." jawab nya gugup.
"Siapa?" Tanya Ella dingin.
Asisten rumah tangga itu memutar bola matanya "temannya bapak."
"Wanita! Tanyanya lagi penuh selidik.
"Iya... Dia datang bersama pak Andre, lalu pergi lagi."
Ella membuang nafas kasar, dadanya sedikit sesak. Lalu ia melanjutkan langkahnya menuju lantai atas.
"Kamu sudah berani bawa wanita ke rumah kita Andre!" gumam nya sambil membuka pintu kamar.
💜💜💜💜
Kalau novel ini mau di lajut, tolong bantu LIKE, VOTE, GIFH, RATE BINTANG 5 DAN KOMENTAR POSITIF 🥰