🌻Bijaklah dalam membaca. Novel ini mengandung unsur 21+🌻
Siapa yang mau mengalami kegagalan di hari pernikahan? Pasti tidak ada yang menginginkannya.
Niranida Alifia, hampir saja mengalaminya. Kekasihnya membatalkan pernikahan mereka tepat di hari H.
Untunglah ada seorang pria yang mau menikah dengannya, dan acara pernikahan berjalan lancar. Tapi bagaimana jalan kisahnya kalau menikah bukan dengan pria pilihannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vivi We, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 8. Salah tendang
Nira langsung bisa menebak kalau wanita paruh baya yang masih terlihat cantik itu adalah ibu dari Arka, yang tak lain dan tak bukan adalah mertuanya. Kesan yang buruk, diperjumpaan pertamanya. Bukannya berdandan cantik. Ini? Dia seperti wanita gila yang gagal menikah.
Nira mencoba meminta bantuan Arka. Dari bawah meja, kakinya menendang-nendang kaki Arka.
"Arka, apa yang kamu lakukan?" tanya mamanya.
Dengan kening berkerut, Arka menatap mamanya bingung.
"Kenapa apanya?" Arka balik bertanya.
"Kamu menendang kaki, Mama." jawab mama Sovi.
Arka melirik tajam Nira yang kepalanya tertunduk.
"Ahhhhh,,,! Sial sekali! Kenapa salah sasaran?" gumam Nira. Dia baru tahu kalau yang dari tadi dia tendang itu adalah kaki mertuanya.
"Bukan aku, Ma. Mungkin itu tikus." jelas Arka dengan sudut bibir yang tertarik.
"Apa? Kamu bilang aku apa? Tikus? Dasar Arka kurang ajar! Kamu kakeknya tikus!" umpat Nira dalam hati.
"Masa sih, ada tikus di rumah ini? Nanti mama bilang ke Pak Rahmat untuk mencari tikusnya supaya cepat dibuang. Mama geli." ujar mama Sovi sambil bergidik ngeri.
Arka mengangguk-anggukkan kepalanya.
"Setuju! Buang sejauh-jauhnya, Ma. Agar tikusnya kapok. Kalau perlu, tikusnya dikuliti lebih dulu." sahut Arka.
"Awas kamu Arka! Saat kamu tidur, akan aku cekik kamu! Tega-teganya menyamakanku dengan tikus." gerutu Nira dalam hati dengan tangan yang terkepal erat di bawah meja.
"Sudah-sudah! Kita jangan bahas tikus lagi!" mama Sovi menyudahi percakapan tentang tikus itu. Dia jadi lupa ingin menanyakan wanita cantik yang duduk berhadapan dengannya.
"Arka, siapa yang kamu bawa ini?" tanya mama Sovi, sambil menatap intens Nira. Perempuan yang masih mengenakan kebaya pengantin.
"Istri." jawab Arka singkat tanpa menatap mamanya yang sudah berdiri di sampingnya.
Mamanya kaget tak percaya sampai air teh yang ia tuang ke cangkir Arka penuh dan meluber karena bengong tak percaya dengan jawaban Arka.
"Ma, tehnya." protes Arka yang merasakan celananya basah terkena air teh hangat yang mengalir membasahi celana kerjanya.
"Sory, sory! Mama tidak sengaja, sayang." ucap mama Sovi langsung meraih tisue untuk membersihkan celana Arka.
"Kamu yakin? Dia istrimu? Kamu pasti bercanda, kan?" tanya mama Sovi masih tak percaya. Takutnya Arka hanya berbohong atau menyewa wanita, karena selama ini selalu didesak oleh dirinya untuk segera menikah mengingat usianya yang sudah memasuki 32 tahun.
"Mama tidak percaya?" tanya Arka dan di balas gelengan kepala oleh mama Sovi.
"Jangankan, Mama. Arka sendiri juga tidak percaya." seloroh Arka dengan sangat santainya tanpa memperdulikan Nira sama sekali.
"Ish, kamu ini! Orang tua tanya serius, kamunya jawab asal!" gerutu mama Sovi.
"Dia memang istriku, Ma." jelas Arka dengan sikap dinginnya.
"Ok, ok! Mama percaya. Tapi, kapan kalian menikahnya?" tanya mama Sovi lagi.
"Kemarin." jawab Arka.
"Apa?" mata mama Sovi melotot sempurna.
Plak....!
Tangan mama Sovi mendarat tepat di lengan kanan Arka, dan mampu membuat Arka meringis kesakitan.
"Kamu! Dasar anak kurang ajar! Anak durhaka! Menikah diam-diam tanpa memberitahu Mama, tanpa mengundang Mama? Anak macam apa kamu? Apa kamu sudah tidak menganggap Mama lagi?" bentak mama Sovi yang marah karena tak tahu sama sekali tentang pernikahan putranya. Karena seharusnya ini menjadi moment yang ditunggu-tunggu olehnya.
"Bagus! Hajar dia, Mama mertua! Hajar sampai babak belur!" batin Nira dalam hati.
"Ini mendadak, Ma." jelas Arka.
"Tunggu! Mendadak katamu? Jangan bilang kalau,,,," mama Sovi menatap perut Nira.
Nira yang ditatap, langsung mengelus perutnya.
"Tidak, Tante. Saya tidak hamil. Saya berani bersumpah. Saya wanita baik-baik." sahut Nira sambil mengacungkan dua jarinya. Dia tak mau ada kesalah pahaman. Apalagi sampai orang mengira yang tidak-tidak tentangnya.
kl dah begini byk x syaratnya....😞
but...ttp Semangat!!!
nyimak ya 🤝☺️💪
kasihan GEO ya ...
gmna nanti klo Arka tau klo Nira adlh adiknya Livia