ISTRI RASA SIMPANAN

Hari ini untuk pertama kalinya Kevin dan Elena berangkat bersama ke kampus. Entah ada angin apa Kevin mengajak istrinya untuk berangkat bersama. Kevin memarkirkan mobilnya di area khusus parkir kampus. Kevin keluar dengan memegang tangan Elena.

Dean tersenyum melihat kedatangan Elena dan juga Kevin. "Elena, Kevin," sapa Dean.

Elena tersenyum namun sedikit kikuk. "Dean.... "

Kevin mengeratkan gengamannya di tangan Elena. "Dean... kamu sudah tahu Elena istriku, aku harap kamu menjaga jarak."

"Tapi... aku masih sahabat Elena, Kevin," ucap Dean.

Kevin menatap sinis Dean. "Aku tahu De, tidak semudah itu kamu berpaling dari Elena."

Dean mengeleng. "Aku tidak akan pernah melupakan Elena. Jika kamu masih menyakiti Elena, aku akan merebutnya."

Kevin menatap tajam. "Jangan harap, Elena tidak akan berpaling lagi dariku. Elena sedang hamil anakku."

Dean kaget mendengar Elena tengah mengandung. Ada rasa nyeri di hatinya, wanita yang selalu di cintainya kini tengah mengandung. Elena semakin tidak enak dengan situasi saat ini.

"Dean... maafkan aku," ucap Elena.

Dean tersenyum. "Selamat Elena, Kevin, sebentar lagi kalian akan menjadi orangtua. Elena sebentar lagi kamu jadi mama muda."

"Makasih... De," ucap Elena.

Dreet... dreet... dreet... !

Getar ponsel milik Kevin berbunyi. Kevin menjauh untuk mengangkat telepon yang masuk. Ini kesempatan bagi Dean untuk bicara pada Elena. Elena hanya tertunduk tidak ingin menatap Dean.

"Elena... apa kamu bahagia bersama Kevin?" tanya Dean.

Elena mendongkak menatap wajah Dean. "Aku tidak tahu, De. Tapi aku sudah menerima Kevin menjadi suamiku."

"Elena... pergi saja jika kamu tidak bahagia, aku akan menerima kamu dan juga anakmu," tutur Dean.

Setelah mengatakan hal itu, Dean pergi meninggalkan Elena. Elena menatap nanar kepergian Dean. Air mata mulai terjatuh di pelupuk mata El. Segera Elena menghapus air mata yang jatuh di pipinya. Kevin datang setelah menerima telepon dari seseorang.

"Elena... kamu masuk saja dulu, aku mau keluar ada urusan," ucap Kevin.

Elena mengernyit. "Kamu... mau kemana?"

"Aku... ada urusan kantor. Nanti pulang kampus aku akan menjemputmu. Ingat kata-kataku ini, jangan dekati Dean dan jangan dekati Amel," ucap Kevin.

Elena semakin heran. "Kev... Dean sahabatku!"

Kevin berdecak. "Kalau Dean tidak punya rasa padamu, aku tidak akan melarang kamu untuk berdekatan dengannya."

"Kev... apalagi yang kamu takutkan, aku sudah milikmu seutuhnya. Jangan pisahkan aku dengan sahabatku," lirih Elena.

Kevin menghela. "Oke... tapi kamu harus ingat ini, jika Amel mendekatimu kamu harus menjauh darinya. Ingat jangan percaya apa pun yang di katakan Amel. Kamu hanya harus percaya yang aku katakan."

Aku hanya takut jika Amel sudah memberitahu Andra, batin Kevin.

Elena mengangguk meski dia sendiri tidak mengerti dengan apa yang di ucapkan Kevin. Kevin pergi meninggalkan Elena di kampus. Di perjalanan menuju parkiran mobil, Kevin berpapasan dengan Dika.

Dika menatap tajam Kevin, Dika tahu Kevin adalah suami dari Elena. "Kevin.... "

Kevin tersenyum smirk. "Dika... aku tahu siapa kamu. Jangan macam-macam denganku."

Dika semakin geram pada Kevin. "Kevin... jika kamu masih menyakiti Elena, aku akan membawanya pergi darimu."

Kevin terkekeh. "Kamu lah yang membuat Elena menderita. Dari awal kamu lah yang menyebabkan Elena sengsara."

Kevin menepuk pundak Dika lalu berbisik. "Kalau kamu berani macam-macam, ingat rahasiamu bakal terbongkar."

Dika mengepal tangan, merasa geram akan perkataan Kevin. Dika tidak berkutik di depan Kevin. Jika Kevin membongkar rahasianya pada Elena, sia-sia saja Dika selama ini mendekati El. Kevin pria muda dengan otak licik dan kejam.

Kevin melajukan mobilnya menuju kantor. Setelah sampai di gedung kantornya, Kevin bergegas menuju lift atas. Di dalam lingkungan kantor tidak ada yang mengetahui jika Kevin yang mempunyai perusahaan. Mereka para karyawan kantor hanya mengetahui bahwa Doni lah bos mereka. Yang mereka tahu Kevin adalah saudara dari Doni.

Kevin membuka pintu ruangan Doni. Kevin melihat sudah ada Doni, Amel dan Andra yang tengah duduk di sofa. Kevin mengepal, benar dugaanya jika Amel sudah memberitahu ayahnya Andra.

Kevin duduk di sofa samping Doni. "Apa mau kalian?"

Andra berdecak. "Ck... kamu sudah menyakiti hati anakku."

Kevin memutar mata malas. "Dari awal aku juga tidak menyukai anakmu itu."

Amel mendelik. "Kevin... aku sudah memberi segalanya kepada kamu. Tega kamu bicara seperti itu."

Kevin memutar mata malas. "Sudah cukup aku berpura-pura selama ini. Mengejar kamu selama tiga tahun, bersikap romantis. Kamu pikir tidak membuang waktuku. Kamu itu sama saja seperti wanita penghibur buatku."

Andra kesal akan hinaan Kevin pada putrinya. "Kevin... kamu jangan menghina putriku. Ingat rahasiamu ada padaku, jika kamu tidak ingin masuk penjara jangan pernah meninggalkan Amel."

Kevin geram, matanya sudah merah menahan emosi. "Bre**k loe Andra, ayahku sudah memberimu kekayaan yang melimpah tapi kamu masih ingin memerasku!"

Andra tertawa. "Kekayaan itu masih tidak cukup untukku. Ayahmu sudah menghina diriku, dan menjadikan aku sebagai pelayannya. Aku ingin membalas kalian semua termasuk pada istrimu itu."

Kevin mendelik. "Apa maksudmu... Elena tidak ada sangkut pautnya dengan ini."

Andra terkekeh. "Kamu lupa isi video itu, dan juga aku ingin membalas perbuatan ibu Elena yang telah menolak diriku."

Andra tersenyum licik begitu juga Amel. Kevin sudah bertahun-tahun menjadi budak mereka. Selama tiga tahun Kevin hidup di dalam sandiwara yang telah dia buat. Kevin menyadari itu semua salahnya.

Andra dan Amel keluar dari kantor meninggalkan Doni dan Kevin. Kevin mengebrak meja meluapkan emosinya. Doni menepuk pundak Kevin agar pria itu merasa tenang.

Kevin menarik rambutnya. "Kenapa semuanya jadi rumit gini?"

"Kev... sabarlah, kita pasti bisa temukan video itu," ucap Doni.

"Kapan Don... pria itu sangat licik. Kamu tahu sepak terjang Andra, bukan?" ucap Kevin.

Doni ingin bicara tapi terlihat gugup. "Kev... katakan saja sebenarnya pada Elena."

Kevin menatap tajam Doni. "Kamu ingin Elena pergi dariku?"

Doni mengeleng. "Mungkin dia akan merasa shock saat mengetahuinya. Tapi aku rasa hanya sebentar saja, kita bisa membujuknya."

"Ini bukan masalah kecil Doni, ini sudah menyangkut nyawa orang. Kamu pikir Elena akan menerima ini semua," ucap Kevin.

Doni menghela. "Sudahlah... biar aku cari cara agar Andra bisa kita singkirkan. Aku ingin mengatakan padamu kalau April sudah kita temukan.

Kevin menatap Doni. "Kamu temukan di mana?"

"April... selama ini ada di luar negeri dan Andra yang ada di balik ini semua," ucap Doni.

Mendengar nama Andra, Kevin semakin marah. "Kenapa mesti pria itu lagi!"

"Aakkhhhh," teriak Kevin.

"Doni... kamu suruh anak buahmu untuk mengikuti Elena. Elena saat ini sedang hamil," ucap Kevin.

Doni kaget. "Hamil... kamu serius?"

Kevin mengangguk membenarkan ucapannya.

Tbc

Dukung Author dengan vote, like dan juga koment.