Aku menunggu jawaban dari bu Nirmala dan bu Zahira, namun hingga dua hari ini berikutnya, aku belum mendapatkan jawaban dari masalah tersebut.
"Bu, Andai aku tak cerita tentang masalah bullying ini pada ibu, aku mungkin masih sekolah di sekolah X ya bu," ucap Zahrana padaku saat kami tengah makan bersama.
Aku memandang putri sulungku tersebut.
"Bila kamu tidak bilang pada ibu, ibu yakin, Allah akan menunjukkan jalan lain agar ibu bisa mengetahui masalahmu nduk. Wis nggak usah dipikirkan lagi. Ayo cepat makannya. Nanti keburu dihabiskan mas," ucapku mengalihkan pembicaraan.
Aku berusaha tak terlalu mendengarkan perkataan Zahrana karena aku masih menunggu penjelasan dari bu Zahira dan bu Nirmala dan pengakuan dari Ghania agar semua menjadi jelas. Akankah Zahrana tetap bisa sekolah disana atau tidak pun tidak, akupun tak tahu jawabannya karena aku akan mempertimbangkan semua dari beberapa sisi, dan aku pasti akan memilih sisi yang paling aman untukmu, Zahran
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DUOELFA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PEMBERITAHUAN DARI PAK RYAN
Ada berita tentang kabar penculikan anak merebak di daerahku. Menurut berita ada tujuh atau sepuluh anak hilang hanya dalam kurun waktu dua minggu. Hatiku merasa was-was saat Zahrana berangkat ke sekolah maupun pulang dari sekolah. Rasa was was semakin menghantui saat Zahrana terlihat belum pulang saat melewati batas jam pulang sekolah. Berurang kali aku selalu mengecek ke arah jalan, menengok ke arah kanan dan kiri, menanti di pagar rumah dagn berharap Zahrana segera muncul dibalik belokan yang berada di ujung jalan. Saat Zahrana terlihat dari kejauhan, baru aku bisa bernapas dengan lega.
Aku juga semakin giat menyekrol di aplikasi biru, melihat berbagai grup penjualan motor seken yang berada didaerahku serta area yang tak jauh dari rumah, sekiranya mampu aku kesana agar aku segera mendapatkan motor sesuai dengan yang kuharapkan. Sebenarnya, kalau boleh jujur, aku juga memiliki rasa pesimis bisa mendapatkan motor dengan harga hanya lima ratus ribu rupiah untuk sekelas motor matic, motor yang sangat kuinginkan, tapi aku hanya berdo'a semoga Allah mengabulkan keinginanku yang begitu mustahil itu. Bukankah Allah maha segalanya, Maha yang mampu memberikan sesuatu yang mustahil dengan cara yang begitu mustahil pula? Aku hanya perlu perlu satu hal saja yaitu yakin.
Setelah sekian lama menyekrol di grup penjualan, aku semakin pesimis. Pada akhirnya aku tak mengunjungi grup penjualan lagi karena belum ada yang sesuai dengan harga dan motor yang sesuai keinginanku. Aku mencoba membuka grup gadai motor dan menemukan seseorang yang baru saja meng upload
Mr X
Gadai motor matic Mio Soul lima ratus rupiah saja. Segera saya tebus tiga bulan lagi. Hubungi 08xxxxxxxxxx
Saking gugupnya menemukan motor sesuai bajet, nomor itu bukannya kusalin, malah kutulis dikertas. Segera kusimpan nomor hp tersebut di kontak baru dan segera kubuka aplikasi hijau memberikan pesan pada seseorang yang mengadai motor tersebut agar tidak keduluan oleh yang lain.
Assalamu'alaikum
Mas
Perkenalkan Saya Siti
Saya berminat menggadai motor
Sudah ada yang minat belum mas?
Lama sekali mr X itu membalas waku. Ada rasa khawatir bila aku didahului orang lain. Aku hanya berdo'a semoga motor ini adalah rezekiku. Itu saja.
Klunting
Dia menjawab: :Belum ada yang cocok mbak. Monggo (silakan)."
Kubalas: "Saya berminat mas."
Mr.X: "Tapi ini motornya tidak ada BPKB, tidak ada STNK. Semua ketlisut (hilang). Gimana mbak?"
Kubalas:" Nggak apa mas. Saya berminat mas."
Mr.X: "Tapi ini ban motornya sudah halus. Waktunya ganti.gimana mbak?"
Kubalas: "Gak apa mas."
Intinya Mr.X wa apapun hanya kujawab iya, iya dan iya agar aku bisa mendapatkan motor tersebut.
Dua jam kemudian orang tersebut datang ke rumah beserta motor matic yang diupload tadi. Aku langsung suka. Saat melihatnya, aku sudah bisa membayangkan saat aku membonceng ketiga anakku, Zahrana, Mumtaz dan Arsenio di motor itu.
"Keadaan motornya seperti ini. Maaf ya mbak. Kalau mau tak ambil nanti saya kabari. Mungkin tiga bulan saja," ucap mr.X tersebut.
"Iya mas," jawabku singkat.
Segera kuulurkan lima lembar uang berwarna merah padanya. Mr.X tersebut pamit undur diri karena sudah ditunggu temannya diujung jalan.
Aku begitu senang telah memiliki motor meskipun hanya motor gadai dan tak ada suratnya sama sekali. Yang kupikirkan saat ini adalah agar bisa mengantar dan menjemput Zahrana ke sekolah. Waktu. Rasanya sudah cukup melihat Zahrana berangkat dan pulang memakai selama hampir satu setengah tahun ini.
"Terima kasih Zahrana, sudah mau dan berusaha naik sepeda selama ini disaat anak yang lain diantar jemput memakai sepeda motor," ucapku dalam hati.
Ternyata waktu senangku memiliki motor baru tak berujung lama. Hanya dua minggu saja aku menggunakan, motor itu rusak. Turun mesin akibat terlambat tidak diisi oli. Kutanyakan pada tukang servis, membutuhkan uang kira-kira tujuh ratus ribuan untuk memperbaikinya.
Zahrana kembali naik sepeda mini birunya yang berwarna pucat. Tak tega rasanya mengingat sebentar lagi ujian sekolah. Aku akan mengabari Mr.X bahwa motornya rusak.
Assalamu'alaikum
Mas, motornya baru dua minggu dirumah, sudah tak bisa digunakan. Ini gimana ya?
Mr.X: Maaf, saya belum bisa mengembalikan uang mbak. Anak saya sedang sakit.
Satu setengah bulan kemudian mr.X tersebut ku wa lagi
Assalamu'alaikum
Mas, mohon maaf mengganggu
Gimana motornya mas?
Mr.X membalas
mbak, jenengan tambahi dua ratus ribu ya. Uangnya kapan-kapan tidak apa-apa mbak.Terus jenengan perbaiki. Anggap saja itu motor jenengan
Setelah percakapan tersebut, motor tersebut kubawa dengan riang ke tukang servis motor. Setelah diperbaiki, keseluruhan habis tujuh ratus ribu rupiah. Aku sangat senang karena motor sudah kembali pulih, tapi juga merasa sedih karena uang jatah pendidikan Zahrana semakin berkurang saja.
"Alhamdulillah, aku sudah bisa memakai sepeda motor lagi. Sudah bisa antar jemput Zahrana. Tapi uang Zahrana tinggal 1.9 juta. Gimana ini?" Tanyaku dalam hati.
Aku baru saja istirahat siang saat ada wa masuk dari pak Ryan, wali kelas Zahrana.
Assalamu'alaikum
Bu, mohon maaf mengganggu aktifitas hari ini
ini ada informasi dikabupaten ada sekolah X yang memiliki asrama untuk Zahrana. Untuk biaya insyaallah lebih murah dari sekolah favorit di kota
Satu di daerah Y berada di daerah utara, yang satu di daerah X berada di selatan. Mohon konfirmasinya njeh agar saya bisa segera mencarikan informasi lebih lanjut terkait dengan asramanya.
Kulihat lagi sekolah tersebut. Jarak dari rumah ke daerah Y adalah tiga puluh lima kilometer, sedangkan ke daerah X hanya membutuhkan tujuh belas kilo meter. Akhirnya aku memilih ke daerah X saja, karena melihat jarak tempuh dari rumah ke sekolah tersebut.
wa'alaikumussalam
Sama sekali tidak mengganggu pak.
Setelah saya pertimbangkan, saya memilih di daerah X saja karena lumayan dekat dari rumah, hanya tujuh belas kilometer.
Terima kasih informasinya njeh pak.
Aku kembali meletakkan gawai di tempat biasa dan mengambil dompet hitam, tempatku menaruh uang pendidikan untuk Zahrana. Aku menghitung uang tersebut yang ternyata hanya tinggal sembilan belas lembar uang berwarna merah karena kupakai untuk menggadai serta memperbaiki motor di tempat servis.
Uang untuk persiapan sekolah Zahrana hanya tinggal satu juta sembilan ratus ribu rupiah. Sedangkan sebentar lagi harus melunasi biaya untuk perpisahan serta kelulusan di sekolah dasar. Sementara saat ini, aku belum memiliki penghasilan sama sekali karena hanya fokus pada motor rusak ini agar segera bisa dipakai.
Entah mengapa Hasna juga belum datang kembali ke rumah atau sekedar untuk memberi kabar tentang uang kayu yang belum dibayar tempo hari padahal ini sudah lebih dari dua bulan. Entah mengapa aku memiliki firasat yang kurang baik bahwa ia tidak akan membayar kekurangan uang tersebut.
Bagaimana ini ya Rabb? Bagaimana caraku menyukupi kebutuhan untuk pendidikan Zahrana serta kebutuhan sehari-hari? Sedangkan untuk pendidikan Mumtaz dan Arsenio saja belum ada rencana dan belum terpikirankan sama sekali.