Hidup terkadang membawa kita ke persimpangan yang penuh duka dan kesulitan yang tak terduga. Keluarga yang dulu harmonis dan penuh tawa bisa saja terhempas oleh badai kesialan dan kehancuran. Dalam novel ringan ini kisah ralfa,seorang pemuda yang mendapatkan kesempatan luar biasa untuk memperbaiki masa lalu dan menyelamatkan keluarganya dari jurang kehancuran.
Berenkarnasi ke masa lalu bukanlah perkara mudah. Dengan segudang ingatan dari kehidupan sebelumnya, Arka bertekad mengubah jalannya takdir, menghadapi berbagai tantangan, dan membuka jalan baru demi keluarga yang dicintainya. Kisah ini menyentuh hati, penuh dengan perjuangan, pengorbanan, keberanian, dan harapan yang tak pernah padam.
Mari kita mulai perjalanan yang penuh inspirasi ini – sebuah cerita tentang kesempatan kedua, keajaiban keluarga, dan kekuatan untuk bangkit dari kehancuran.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Michon 95, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 12 : Kencan Pertama
Hari Sabtu pagi, Ralfa masih terlelap di kamarnya, menikmati ketenangan. Tiba-tiba, bunyi bel rumah memecah keheningan. Suara Viktor terdengar dari luar, "Tuan Ralfa, ada tamu untukmu?"
Ralfa terbangun, bingung. "Tamu? Siapa pagi-pagi begini?"
Ketika ia membuka pintu, Ralfa terkejut melihat Adelia dan Daigo berdiri di depan pintu rumahnya.
"Pagi, Ralfa! Ayo kita pergi kencan sekarang!" kata Adelia dengan nada gugup.
Ralfa melongo, "Oh iya, hari ini adalah hari Sabtu."
"Hari ini sangat cerah, sia-sia jika kalian tidak pergi berkencan," tambah Daigo.
"Tapi ini masih pagi, setidaknya biarkan aku mandi dulu," jawab Ralfa.
"Ngomong-ngomong, tumben Viktor ada di sini di pagi hari?" tanya Ralfa.
"Aku ada sedikit pekerjaan di sini," jawab Viktor.
Setelah Ralfa mandi, mereka diantar Pak Mul pergi ke kota untuk berkencan. Ralfa menyuruh Pak Mul menjemput mereka saat selesai.
Ralfa mencoba membuka obrolan. "Halo Adelia, bagaimana kabarmu hari ini?"
"Kabarku baik, kalau kamu?" Adelia menjawab dengan nada malu-malu.
"Aku baik-baik saja." Ralfa berpikir, Sial, apa yang harus aku lakukan? Ini adalah pertama kalinya aku pergi kencan.
"Seingatku dalam film, mereka pergi ke kafe, terus nonton di bioskop, terus makan, dan jalan-jalan di taman," gumamnya.
"Anu, Adelia, ayo kita pergi kafe?" tanya Ralfa.
"Boleh," jawab Adelia dengan nada malu-malu.
Akhirnya, mereka pergi ke kafe untuk minum kopi dan mengobrol lebih banyak.
"Baiklah, Adelia, ayo kita pergi makan. Aku tadi belum sarapan," kata Ralfa.
"Aku juga tadi belum sarapan, karena terburu-buru," jawab Adelia.
Setelah membayar, mereka pergi ke sebuah warung dan memesan dua porsi soto ayam.
"Soto di sini terkenal enak," kata Ralfa.
"Aku setuju, semua perpaduan bumbunya pas," balas Adelia.
Setelah selesai makan, mereka menuju bioskop.
"Kita mau nonton film apa?" tanya Ralfa.
"Ralfa, aku ingin nonton film ini," jawab Adelia.
"Ghost Reverse? Ini film horor, kamu yakin mau menonton ini?" tanya Ralfa, sedikit khawatir.
"Ya," jawab Adelia dengan tegas.
Saat film dimulai, Adelia langsung ketakutan dan tidak berani menatap layar bioskop.
"Adelia, kamu yakin masih mau melanjutkan nonton film ini?" tanya Ralfa.
"Ya, aku tidak apa-apa kok, Ralfa," jawab Adelia
Tiba-tiba, Viktor muncul di bangku belakang mereka. "Tuan Ralfa, ini kesempatanmu, genggam tangannya!"
Ralfa menoleh dan terkejut, "Heee? Apa yang dia lakukan di sini?" gumamnya.
"Hei bocah! Jika kau pacarnya nona, kau harus lebih agresif!" Viktor menambahkan.
Ralfa menoleh ke kiri Dan terkejut menemukan Daigo juga ada di sini.
Ralfa yang gugup berusaha menggenggam tangan Adelia. Adelia terkejut dan pipinya memerah.
Setelah film selesai, Ralfa berkata, "Adelia, kamu enggak perlu memaksakan dirimu menonton film yang enggak kamu suka!" dengan nada lembut.
"Maaf, aku juga enggak tahu kalau filmnya seseram itu," jawab Adelia dengan nada menyesal.
Sementara itu, Viktor dan Daigo masih mengikuti mereka sambil sembunyi-sembunyi.
"Adelia, ayo kita pergi ke taman itu?" ajak Ralfa.
Adelia mengangguk dan berkata, "Ralfa, bisakah kamu menggenggam tanganku seperti tadi?" dengan nada malu-malu.
Ralfa yang terkejut mendengar itu menggenggam tangan Adelia dengan malu-malu.
Akhirnya, mereka sampai di taman dan duduk di bangku taman.
"Adelia, kamu sudah cukup berubah ya, sejak pertama kita bertemu waktu itu?" tanya Ralfa.
"Iya, setelah kejadian itu aku sedikit-sedikit berusaha agar berubah agar lebih baik," jawab Adelia.
"Kamu sudah berusaha keras," kata Ralfa dengan senyuman yang membuat Adelia tersipu malu. "Tapi siapa sangka, kejadian itu membuat kita jadi lebih dekat satu sama lain."
"Benar, aku juga tidak menyangka," balas Adelia.
"Ngomong-ngomong, aku akan pergi ke toilet dulu," kata Adelia.
"Silahkan, tidak usah terburu-buru," jawab Ralfa.
Adelia pergi ke toilet dan bergumam, "Ralfa sudah berusaha keras untuk menjadi pacar yang baik untukku, aku juga harus berusaha untuknya."
Sementara itu, Ralfa duduk sendirian di bangku taman dan berkata, "Semoga saja tidak ada kenalan kami yang melihat kami berdua sedang berkencan, kalau tidak aku tidak tahu bagaimana harus menjelaskannya."
Tiba-tiba terdengar suara, "Loh Ralfa, apa yang sedang kau lakukan di sini?" Ralfa terkejut menoleh dan melihat Cindy, teman sekelas Adelia.
"Loh Cindy, apa yang sedang kau lakukan di sini?" tanya Ralfa dengan nada terkejut.
"Aku habis pergi belanja dan sedang dalam perjalanan pulang, kalau kamu?" jawab Cindy.
"Aku sedang jalan-jalan," jawab Ralfa, berusaha tenang.
Sementara itu, Adelia yang baru keluar dari toilet melihat Ralfa berbicara dengan seseorang tapi tidak tau siapa orangnya. Dengan semangat, ia berlari menghampiri Ralfa dan berteriak, "Sayang, maaf membuatmu menunggu, ayo kita jalan lagi!" ,dengan nada ceria
Ralfa dan Cindy yang mendengar itu menoleh, dan mereka bertiga sama-sama terkejut.
"Adelia, apa kau barusan memanggil Ralfa dengan sebutan sayang?" tanya Cindy, terkejut.
Ralfa bergumam, "Kenapa tiba-tiba Adelia begitu bersemangat dan memanggilku sayang?" dengan nada kaget.
"Anu, apa kalian berpacaran?" tanya Cindy bingung.
Ralfa panik dan berguman, "Aku harus jawab apa ya, iya atau enggak?"
Namun sebelum Ralfa menjawab, Adelia merangkul tangan Ralfa dan berkata, "Itu benar! Kami pasangan yang saling mencintai yang baru saja berpacaran belum lama ini."
Cindy dan Ralfa terkejut.
"Adelia," gumam Ralfa
"Aku mengerti, aku sangat terkejut dan tidak menyangka," kata Cindy dengan nada gugup.
"Iya kan sayang?" tanya Adelia dengan gugup.
"Benar, kami baru saja jadian," jawab Ralfa, juga gugup.
"Kalian berdua terlihat sangat cocok, aku sangat yakin. Kalo begitu, aku pulang duluan ya dan maaf mengganggu kencan kalian. Ralfa, jaga Adelia baik-baik," kata Cindy sebelum pergi.
Setelah Cindy pergi, Adelia berkata, "Maaf aku tadi terlalu gugup dan malu."
"Tidak apa-apa, aku tahu kau gugup karena ini kencan pertamamu, bahkan ini juga kencan pertamaku," jawab Ralfa.
"Aku sangat lelah," kata Adelia.
"Adelia, apa kau mau pulang?" tanya Ralfa.
"Ya," jawab Adelia.
"Oke, aku akan telpon Pak Mul untuk menjemput kita dan mengantarmu pulang," kata Ralfa.
Namun sebelum Ralfa menelpon, Viktor dan Daigo muncul dari tempat persembunyian mereka.
"Tidak perlu, aku akan mengantarmu pulang," kata Viktor.
"Nona Adelia, aku juga akan mengantarmu pulang," tambah Daigo.
"Akhirnya mereka keluar juga"
"Eh Daigo ,kenapa kamu di sini?",tanya adelia kaget
"ternyata dia dari tadi tidak sadar ,ada mereka berdua mengikuti kita", gumam ralfa
Mereka berdua hanya mengangguk menyetujui.
Akhirnya, mereka pulang ke rumah masing-masing. Dalam perjalanan pulang, Ralfa mengirim pesan kepada Adelia.
"Hari ini sungguh menyenangkan ya."
"Ya, aku sangat menantikan kencan kita selanjutnya," balas Adelia.
"Aku juga, dan tolong untuk sementara rahasiakan hubungan kita dari teman-teman kita di sekolah ya," kata Ralfa.
"Iya, soalnya aku juga tidak tahu harus bilang apa pada mereka," jawab Adelia.
"Dan juga beritahu Cindy untuk merahasiakannya juga," tambah Ralfa.
"Ya, nanti akan aku beritahu dia, tidak usah khawatir," jawab Adelia.
"Oke," kata Ralfa.
Setelah sampai di rumah, Ralfa menemui ayahnya yang berada di ruang kerja. Saat Ralfa sudah di dalam ruangan, ayahnya bertanya, "Ralfa, kau sudah pulang? Bagaimana kencanmu dengan Adelia?" sambil terus membaca dokumen.
"Kencannya menyenangkan, dan sekarang saatnya Papa menepati janji padaku untuk mengajariku ilmu bisnis," jawab Ralfa.
"Untuk itu, sayangnya harus ditunda dulu untuk sementara," kata ayahnya.
"He, kenapa?" tanya Ralfa.
"Karena kamu, Senin besok sudah harus masuk sekolah," jawab ayahnya.
"A-Aku lupa!" Ralfa terkejut.
Akhirnya, janji itu harus ditunda sampai liburan semester depan.