" Mas Wira, kalau sudah besar nanti, Mega mau menikah dengan mas Wira ya?! pokoknya mas Wira harus menikah dengan Mega..?!" ucap gadis kecil itu sembari menarik lengan Wira.
Mendengar rengekan Mega semua orang tertawa, menganggapnya sebuah candaan.
" Mas Wira jangan diam saja?! berjanjilah dulu?! mas Wira hanya boleh menikah dengan Mega! janji ya?!" Mega terus saja menarik lengan Wira.
Wira menatap semua orang yang berada di ruangan, bingung harus menjawab apa,
" mas Wira?!" Mega terus merengek,
" iya, janji.." jawab Wira akhirnya, sembari memegang kepala gadis kecil disampingnya.
Namun siapa sangka, setelah beranjak dewasa keduanya benar benar jatuh cinta.
Tapi di saat cinta mereka sedang mekar mekarnya, Mega di paksa mengikuti kedua orang tuanya, bahkan di jodohkan dengan orang lain.
bagaimanakah Nasib Wira, apakah janji masa kecil itu bisa terpenuhi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
di tengah jalan
Wira menghentikan motornya di depan rumahnya, rumah pribadinya.
" turunlah.." ujar Wira, tentu saja Mega patuh dan turun.
Mega menatap bangunan berwarna putih itu, dengan pilar pilar yang besar hampir seperti yang yang dirumah kakungnya.
" ini rumahku, ayo masuk.." ajak Wira,
Wira mengeluarkan kunci dari saku celananya, berniat membuka pintu itu, namun pintu itu sudah terbuka lebih dulu.
" mas? Ingat rumah tho?" tanya Dani, sesungguhnya itu sebuah sindiran.
" Kau dirumah? tidak ke gudang memangnya?"
" sudah tidak ada barang yang harus di kirim, lagi pula ini jam berapa tho mas, moso aku disuruh kerja sampai malam.." Dani beralih menatap Mega,
" Lho? Mbak Mega ini?" Dani buru buru menyalami Mega.
" Ini...?" Mega mencoba mengingat,
" keponakanku, Dani.. Yang cengeng itu.." sahut Wira,
" ya ampun?! Dani?!" Mega terlihat senang bertemu dengan Dani yang sudah dewasa itu, bahkan tubuhnya jauh lebih tinggi dari Mega.
" Masuklah mbak Mega ,akan kubuatkan teh.." ujar Dani
Akhirnya Mega masuk ke dalam rumah,
Ruang tamunya luas, namun perabotannya tidak banyak, hanya ada sofa dan Meja.
" Apa ini rumah baru?" tanya Mega sembari duduk di sofa berwarna abu abu itu,
" tidak, kenapa? Kosong ya?" Wira duduk disamping mega.
" iya, mas jarang pulang kesini?"
" sebelum ada kau aku selalu pulang kesini, karena gudang lebih dekat dari sini.."
" lalu sekarang? Jadi karena aku?"
Wira mengulas senyumnya,
" Memangnya kau tidak suka melihatku setiap hari?" Wira mendekatkan wajahnya,
" cup.." di kecupnya pipi Mega.
" sembarang sekali? Bagaimana kalau Dani melihat?" protes Mega.
" memangnya kenapa kalau Dani lihat?"
" entahlah mas, rasa malu mu sudah hilang kemana.." gumam Mega.
tidak lama Dani datang membawa teh hangat untuk Mega.
" repot saja dan, padahal kami cuma sebentar.." ujar Mega,
" memangnya mau kemana mbak? kan baru datang?" tanya Dani,
" mau ke sanggar, melihatku latihan.." sahut Wira,
" wah.. Jangan mbak.."
" kenapa?" tanya Mega,"
" nanti mbak Mega cemburu.."
" huss!" Wira melotot pada Dani.
" banyak sekali ya perempuannya"? tanya Mega,
" ya banyak! Muda muda cantik cantik.."
" lambemu dan.. bosen Urip dek kene?" nada Wira tenang namun mengancam
Mega mengulas senyum, ia melirik Wira yang sibuk melotot pada Dani.
" Dia pasti menjadi artis disana ya?" sindir Mega.
" Sudah sudah, kalian ini bicara apa ngalor ngidul nggak jelas!"
" oh ya? Berarti kau disini terus ya dan?" tanya Mega,
" iya mbak, kalau bukan saya siapa yang menjaga rumah ini,
Mas Wira pulang pulang cuma tidur,.dia sibuk sekali,
Saya sampai heran, apa gajinya tidak cukup, sehingga ia masih harus jadi tukang beras.."
Mega menatap Wira, kau menjual beras mas?"
Wira mengangguk,
" aku menjadi pengepul beras, kapan kapan ku ajak kegudang."
" mas Wira cukup laris lho mbak, banyak yang ingin menjadi kekasihnya.."
Dalam hati Wira sungguh sungguh mengumpat Dani.
" Benarkan? Wah.. Senang sekali pastinya ya..
Ganteng, gagah, berpangkat, cinta budaya juga.. Paket lengkap kan dan?" Mega mengulas senyum tenang,
" kau jangan dengarkan ucapan anak ini Mega, apa yang terjadi tidak begitu.."
" sepertinya begitu.. Dulu juga begitu bukan?"
Wira sontak menggenggam tangan Mega,
melihat itu Dani tersenyum konyol,
Mega dan Wira seperti membawa Dani ke masa lalu.
Masa dimana keduanya tidak bisa terpisahkan, meski oleh gunjingan orang.
Dan sekarang pun rupanya akan begitu,
Tampak jelas di mata Dani cinta yang kembali terpancar di mata Wira.
Memang benar,
cinta bisa membuat laki laki sekuat apapun menjadi lemah tidak berdaya.
" apa yang kau tertawakan?" Wira menatap Dani kesal.
" tidak mas.. Aku hanya senang melihatmu bahagia seperti ini.. " ujar dani, sesungguhnya orang di sekitar Wira tau jelas, bahwa Mega adalah istri orang,
namun melihat betapa bahagia nya Wira, tidak ada satu orang pun di keluarganya yang berani merusak kebahagiaannya.
Entah bagaiman ujungnya, bersatu atau berpisah kembali seperti dulu, yang penting Dani senang melihat wajah Wira yang sudah lama tidak menunjukkan ekspresi yang teduh dan penuh cinta itu.
" Tidur disini saja nanti mbak, ada banyak kamar kosong.."
" tidak dan, aku harus pulang.."
" ya takutnya kemalaman.."
" apa kata orang kalau aku menginap disini?" Mega menolak.
" semalam apapun kami akan tetap pulang.." jawab wira.
" hemmm ya wes..
Bukannya mengusir, tapi cepatlah berangkat mas, mungkin disana sudah banyak orang yang menunggumu.."
" baiklah..! Ayo berangkat Mega.." Wira bangkit,
sementara Mega masih meminum teh buatan dani
" terimakasih ya dan.. Kapan kapan kita ngobrol yang lebih panjang.." Mega ikut bangkit
Sementara saat keduanya menuju ke sanggar, sebuah motor berpapasan dengan mereka.
" Mega?!" lagi lagi Ferdi,
" Wira? Mau kemana?" tanya Ferdi beralih pada Wira.
Wira menghentikan motornya,
" ada apa? Sampai sampai mengajak bicara di jalan, apa ada keperluan penting denga mega atau denganku"? tanya Wira denga. Wajah yang tidak ramah.
" Wah, aku hanya menyapa, tapi kau galak sekali.. " Ferdi tertawa,
" Aku sedang buru buru, Mega juga."
Ferdi lagi lagi tertawa,
" kukira kau sudah berubah, tapi ternyata kau tetap saja Wira yang dulu, aku heran apakah kau terobsesi pada Mega?" Ferdi seperti sengaja bicara seperti itu untuk membuat Wira kesal.
Wira tersenyum kecut,
" Mega bukan wanita yang bisa di perlakukan sembarangan, jadi berhentilah membuat alasan untuk sekedar berbincang dengannya.
Ferdi tertawa, lalu menatap Mega,
" kau tidak bosan Mega? Laki laki ini sudah mengikutimu sejak kecil,
Dan sekarang setelah kau dewasa dan bertambah cantik, dia lebih menyebalkan.
Apa suamimu tidak masalah melihatmu terus menerus bersama Wira?" Ferdi benar benar mengusik Wira.
Mega tau Wira sudah menahan diri dengan baik, di ulurkan tangannya, mengusap lembut dada Wira.
" Tenanglah mas.." bisa Mega,
Ferdi lagi lagi tertawa mendengar itu.
" baiklah, lanjutkan perjalananmu " ujar Ferdi beranjak pergi dengan motornya.
Sementar Wira masih diam di tempat.
Untung saja, jalan yang mereka lalui ini termasuk sepi perkampungan.
Masih banyak ladang yang ada di sekitar.
" Sudah.. Jangan di pikirkan, dia tidak setara denganmu,
jadi jangan marah, itu hanya akan membuatmu menyesal di kemudian hari"
Mega mengelus dada Wira dengan tenang.
Saat tangan Mega mengelus dadanya Wira menangkap tangan itu, dan menciumnya.
jadi terpaksa saya buat yg baru.. hikhikhiks..
bingung ini gmn caranya nerusin novelnya.. judul ini keputus..😢🙏
Bau2nya Wira bakal diinterogasi Mega 😂