NovelToon NovelToon
Jika Ipar Adalah Maut Maka Mertua Adalah Neraka

Jika Ipar Adalah Maut Maka Mertua Adalah Neraka

Status: sedang berlangsung
Genre:Konflik etika / Keluarga
Popularitas:6.2k
Nilai: 5
Nama Author: Tiara Pradana Putri

Alika Islamadina. Perempuan 34 Tahun. Memiliki Suami bernama Kevin Aprilio. Keduanya baru saja dikaruniai seorang putra setelah 7 tahun menunggu. Lika-liku pernikahan yang dijalani Alika menjadi seorang Istri bagi Kevin tidaklah mudah.
"Mas, Aku harus jawab apa?" Alika memberikan ponselnya dan memperlihatkan chat salah seorang kerabat Mereka.
Sambil mengambil ponsel Alika dengan tatapan memicing Kevin membaca pesan yang tertulis disana "Udah Aku jawab!" setelah mengetikan sesuatu di pesan yang disodorkan Alika Kevin mengembalikan ponsel milik Alika.
"Mas, kok Kamu jawabnya begitu. Nanti apa tidak akan jadi salah paham. Aku sudah sering jelaskan kalau kerabat Kamu sering menyudutkan Aku, seolah karena Aku Kalian jarang hadir." kedua netra Alika mulai berkaca-kaca terbayang bagaimana selama 8 tahun pernikahan Mereka keluarga besar Kevin sering menyudutkan Alika.
"Ngaklah! Kamu aja yang terlalu baper!"
Begitulah Kevin jika Alika mengatakan kebenaran mengenai perilaku Keluarga besarnya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiara Pradana Putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tetangga Julid

Alika mengajak Adam keluar menuju tempat membeli sayur.

Entah kenapa, hari ini Alika sedang ingin sekali makan sayur asem dan ikan asin.

"Eh Mama Adam. Belanja?" sapa seorang tetangga Alika yang sudah lebih dulu sampai di warung sayuran.

"Iya Bu." Alika sambil tersenyum menjawab sapaan tetangganya.

Sambil memilih-milih sayur, Alika mengajak ngobrol Adam yang semakin hari semakin ceriwis saja.

"Mau masak apa Lika?"

"Lagi kepingin sayur asem Bu?"

"Loh, terus Adamnya ikut makan sayur asem gitu? Perutnya jangan dikasih makanan yang begitu dulu, nanti malah sakit pencernaannya."

"Ya enggak Bu, itu kan buat Saya. Kalau Adam sudah ada makanannya sendiri.

"Enak ya Ibu-Ibu jaman sekarang, mau kasih makan anak tinggal beli. Kan banyak tuh bubur instans dipinggir jalan yang harga Rp 5.000,-. Padahal belum tentu bersih dan pasti gizinya ga jelas."

Alika tak menanggapi, toh sejak Adam mulai MPASI di usia 6 bulan hingga sekarang Adam 1 tahun Alika selalu membuat sendiri makanan Adam.

Tapi Alika tak pernah gembar-gembor, toh semua itu menurut Alika hak masing-masing tak perlu jadi ajang pamer-pameran.

"Oh iya Lika, perasaan Saya jarang lihat mertua Kamu datang? Kenapa?"

"Ya Ibu Mertua Saya kan juga punya rumah sendiri Bu, dan banyak yang harus diurus juga."

"Oh kirain Kamu ga akur sama Ibu Mertua Kamu."

Jika saja tidak ramai, Alika ingin duluan bayar dan selesai dengan drama perjulidan saat ini. Namun posisi warung sayur yang ramai membuat Alika harus antri.

"Oh ya, perasaan Saya Adam sering banget ya belakangan Kamu ajak keluar, ga bagus Lika. Diluar kan banyak polusi, anak kecil rentan virus."

"Ya mau gimana lagi Bu, dirumah ga ada orang kalau Papanya kerja, jadi terpaksa kemana-mana Adam Saya bawa. Ga mungkin ditinggal sendirian dirumah."

"Jaman sekarang udah canggih, tuh anak Saya kalau beli apa-apa serba online. Eh tahu-tahu Saya dirumah udah nerima paket aja. Udah dibayar juga. Soalnya udah dibayar. Ga COD."

Alika malas meladeni sang Ibu Tetangga yang pembicaraannya semakin meninggi.

Melihat Alika sudah selesai memilih bahan belanjaannya sang Ibu Julid mempersilahkan Alika membayar duluan.

"Kamu duluan aja Alika, Saya masih mau milih-milih. Anak sama Mantu Saya pesen dimasakin rawon sama soto."

Alika tak banyak bicara, memilih menyelesaikan pembayarannya dan pamit duluan.

"Heran, manusia hobi banget berlomba-lomba menunjukkan siapa dia. Semoga Adam kelak jika sukses tetap rendah hati ya Nak." senyum Alika sambil menatap binar mata Adam yang senang diajak sang Mama.

Alika melihat beberapa tetangganya yang sedang berkumpul dirumah Ibu Julid yang tadi bertemu di warung sayur.

"Lika! Sini!" seorang tetangga Alika melambaikan tangan meminta Alika mendekat.

"Ada apa Bu?"

"Kamu lihat Bu Willa ga?"

Alika tak mau mengatakan kalau dia baru saja bertemu bahkan menjadi korban julid ibu tersebut.

Gelengan kepala Alika membuka sang tetangga angkat suara.

"Ini, Mas-Mas ini datang ke rumah Bu Wila mau nagih hutang."

"Kami dept collector dari BPR Sumber Dana. Kami mencari Pak Andri dan alamat yang ada pada Kami menunjukkan rumah ini."

"Oh betul Pak. Pak Andri itu menantunya Bu Wila. Nah itu orangnya. Bu Wila sini, ada orang cari menantu Ibu."

Alika bisa melihat raut wajah sang tetangga yang baru beberapa saat lalu menjulitinya.

"Mari Bu, Saya duluan. Mau masak sayur Asem. Sederhana tapi nikmat." Alika pamit undur diri tak mau ambil pusing.

1
Nyonya Gunawan
Biarin az alika ntar lo kevin kesusahan tetangga" pasti g' mau ada yg bantuin..
Nyonya Gunawan
Alika kasian bget sich..
Nyonya Gunawan
Mending kerja az kmu alika,,siapa tau bsa ada yg kerja di rumah..
kumpulin uang biar bsa pisah ma kevin
Nyonya Gunawan
Mending kmu cari kerja az lika kumpulin duit bnyak",,ru mnta cerai ngapain tinggal ma keluarga toxic bkin sakit hati az.
SHINICHI KUDO
Karyanya bagus. Ceritanya menarik.
SHINICHI KUDO
Next thor
Nyonya Gunawan
Mertua mulutnya lemes bget sich..
Nyonya Gunawan
Sabar alika..
Adico
nyimak ceritanya
Nyonya Gunawan
Sabar y alika..
Nyonya Gunawan
Nyimak dlu y thor..
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!