NovelToon NovelToon
Pesugihan Siluman Pocong

Pesugihan Siluman Pocong

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor
Popularitas:4.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deri saepul

Warga kampung Cisuren digemparkan oleh kemunculan setan pocong, yang mulai berkeliaran mengganggu ketenangan Warga, bahkan yang menjadi semakin meresahkan, banyak laporan warga menyebutkan kalau Dengan hadirnya setan pocong banyak orang yang kehilangan uang. Sampai akhirnya warga pun berinisiatif untuk menyelidikinya, sampai akhirnya mereka pun menemukan hal yang sangat mengejutkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deri saepul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Memantau

Pov Jaya

"Ini semua gara-gara kamu yang penakut, sehingga setan pocong bisa menghilang kembali." Gerutuku yang merasa kesal dengan Ari yang sejak dari tadi terus berteriak, tidak kuat melihat hantu pocong yang berkeliaran di kampung Cisuren.

"Mending tidak ada Wak, karena kalau ada kita akan sangat kesusahan." jawab Dudung menimpali.

"Bukan begitu Dudung, kita kan sedang mengintip Ke mana perginya dan Apa maksud tujuannya, berkeliaran di kampung kita wa jadi penasaran takut pocong itu bukan pocong hantu, melainkan pocong jadi-jadian yang akan mengancam ketentraman kita semua."

"Oh begitu tujuannya, Aku menyesal berteriak sehingga pocong itu menghilang aku berjanji tidak akan berteriak lagi ketika bertemu setan pocong, tidak akan takut lagi." ujar Ari yang mulai mengerti maksud dan tujuan, Kenapa kita mengikuti hantu pocong.

"Yang terjadi biarkan terjadi, karena kita tidak bisa mengulanginya lagi. Ya sudah ayo kita berjalan lagi!" Pisah Abah Diding sambil memulai kembali perjalanannya.

Ronda yang 4 orang kembali melanjutkan perjalanan untuk mencari keberadaan kembali setan pocong, Namun sayang teriakan teriakan ketakutan membuat pocong itu tidak menampakkan diri lagi.

Meski belum membuahkan hasil, aku dan teman-teman ronda lainnya tidak sedikitpun merasa bosan, terus berjalan menyusuri jalan yang tadi kita lalui ketika pertama kali bertemu hantu pocong, sambil terus memindai keadaan sekitar. ketika sampai ke dekat masjid terdengar suara anjing yang menggonggong dari arah rumah Mang salah.

"Nah ada suara anjing yang menggonggong dan gonggongannya, sangat mencurigakan." Ujar Abah Diding sambil kembali ke arah datangnya suara.

"Jalannya agak dipercepat! Awas senter jatuh." Timpalku sambil berjalan dengan cepat Mengikuti Abah Dudung yang sudah mendahului kembali lagi menuju rumah Mang salah.

Tak lama diantaranya kita pun sampai di tempat yang dituju, disambut dengan bau kemenyan disusul dengan bau bangkai seperti tadi. Aku dan teman-teman yang lain sudah memiliki curiga, pasti setan pocong tidak akan jauh dari tempat itu. Mbah diding yang menjadi pemimpin dia menghentikan langkah membuat kami semua berhenti mata kami saling memindai keadaan sekitar, takut diserang dari belakang oleh setan pocong. Ari yang sudah berjanji tidak akan berteriak, terdiam dengan tubuh yang bergetar.

"Awas hati-hati kita tidak boleh lengah, takut ada sesuatu yang tidak diinginkan." ujar Mbah Didin mengingatkan.

Brug! Brug! Brug!

Dari arah jauh terdengar suara galian tanah yang sedang diuruk menggunakan cangkul, suaranya Bergema membuat bulu Kuduk semakin berdiri, bahkan Abah Diding yang memiliki keberanian, wajahnya terlihat pucat dengan menatap ke arahku.

"Abah sepertinya mendengar suara orang yang sedang menimbun tanah." ujarnya dengan berbisik.

"Iya aku juga Mendengar hal yang sama," jawabku dengan penuh kehati-hatian.

Terdengar suara angin yang bergemuruh begitu kencang, namun anehnya tidak ada pohon yang bergerak sedikit pun. Ari dan Dudung tidak ada yang berbicara mereka dengan sabar menunggu kejadian yang akan terjadi selanjutnya, terlarut dengan khayalan membayangkan kedatangan setan pocong yang sangat menyeramkan.

Blug! Blug! blug.....!

Terdengar suara orang yang berjalan dari arah depan rumah Mang salah, aku dan teman-teman menahan nafas sambil melirik ke arah datangnya. suara terlihatlah dengan jelas bahwa setan pocong itu sedang berjalan tanpa menginjakkan kaki di atas tanah, mengelilingi rumah Mang salah sampai akhirnya berhenti di pinggir kamar.

"Masya Allah! ternyata setan pocong itu berada di sini, apa jangan-jangan setan pocong itu peliharaan Mang salah?" ujar Abah Diding dengan suara yang pelan, matanya tetap menatap ke arah benda putih yang terlihat berdiri.

"Bisa jadi bah! Terus apa yang akan kita lakukan sekarang, Apakah kita mau menangkapnya atau bagaimana?" jawabku yang semakin penasaran ingin mengetahui rahasia setan pocong.

"Kita awasi aja terlebih dahulu dengan sabar, Jangan melakukan tindakan yang tergesa-gesa. kita pahami Apa maksud dan tujuan setan pocong." jawabnya memberikan saran.

Aku dan ketiga ronda yang lainnya tidak ada yang berbicara lagi, mata kami menatap ke arah setan pocong yang sedang berdiri di samping rumah Mang salah, mungkin tepat berada di samping kamar tidur. keadaan semakin sunyi rasa dingin mulai menyelinap masuk ke sumsum Balung.

Kita terus memperhatikan gerak-gerik setan pocong yang mencurigakan, sampai akhirnya setan itu berjalan kembali dengan perlahan, diikuti dengan suara-suara aneh yang membuat bulu Kuduk semakin terasa merinding. namun setelah diperhatikan ternyata arah majunya setan pocong mendekat ke arah kami, seolah sadar kalau dirinya sedang diintip.

"Duh..... aduh...... semakin dekat .....! awas, awas.....! setan itu semakin dekat." Ari yang sejak dari tadi menguatkan diri tidak mampu menahan ketakutan ketika dihampiri makhluk putih berkuncung, tangannya memegang sarung Abah diding dengan begitu erat tubuhnya terlihat bergetar.

"Iya Jaya, benar setan pocong itu mendekat ke arah Kita. Apa yang harus kita lakukan?" Ujar Abah diding yang terlihat bergetar, mungkin tidak kuat melihat kenyataan yang begitu menakutkan."

"Lari Bah, lari! nanti digigit......!"

"Ya sudah, ayo.....!"

Tanpa membuang waktu lagi, kita pun berlari saling mendahului, menimbulkan suara blag blig blug, ketika kaki menginjak tanah. namun ketika kita keluar dari Jalan Gang tiba-tiba terdengar suara angin yang berhembus membawa bau bangkai yang begitu menyengat, sehingga kami semua menghentikan langkah, tidak kuat menahan bau yang begitu menutup hidung.

Tubuh Abah Diding terlihat terjatuh, sambil terbatuk-batuk begitu juga denganku yang berhenti mendadak nafas, yang memburu sehingga memudahkan bau itu menusuk hidungku, membuat kepala terasa pusing dan pening, Begitu juga dengan Dudung dan Ari yang tidak jauh berbeda nasibnya.

Aku dan teman-teman ronda yang lainnya terkapar lemah di atas jalan, seperti orang yang baru keracunan terasa ada semilir angin kecil yang terasa dingin, membuat suasana menjadi agak sedikit segar. Abah diding terlihat bangkit dari tempat terjatuhnya, mungkin kalau siang wajahnya akan terlihat pucat Pasi, matanya merah tidak kuat menahan isi perut yang hendak keluar.

"Dasar kurang ajar....! Dasar setan tidak tahu diri meracuniku sampai setengah mati. Bangun Jaya, bangun.....!" ujarnya sambil mengucek kedua bola mata seperti orang yang baru bangun tidur, bau bangkai perlahan mulai sirna digantikan oleh udara segar yang terbawa oleh angin malam.

Aku mual sekali Bah sampai tidak kuat menahan, Dasar setan kurang ajar....! ke mana sekarang dia?" jawabku sambil bangkit kemudian melirik ke arah Dudung dan Ari yang masih terkapar lemah

Aku dan bah Diding berusaha menolong kedua pemuda yang ikut ronda, sampai akhirnya mereka pun bangun kemudian duduk, matanya memindai keadaan sekitar seperti ada yang dicari.

"Apa yang sebenarnya terjadi bah?" tanya Dudung sambil menatap penasaran ke arah Abah Diding.

"Celaka.....! kita kalah telak, kita kalah sebelum bertanding. sekarang kita pulang ke pos ronda tidak usah melanjutkan kembali pengintaian." jawab Abah diding sambil bangkit.

Baru saja aku hendak bangkit, dari arah atas tiba-tiba ada sosok bayangan putih yang terbang di atas kepala Abah Dinding, membuat orang yang didekati berteriak dengan kencang.

"Hantu..... ada hantu......, hantu.....!" teriaknya sambil berlari terbirit-birit menyelamatkan diri meninggalkan kami yang masih kebingungan.

Pocong itu berbalik ke arah Ari kakinya terlihat seperti hendak menendang, membuat Ari yang sejak dari tadi ketakutan berteriak memecah heningnya malam. ketika hendak berlari kakinya terpeleset Sampai akhirnya dia pun terjatuh, ketika hendak bangkit tubuhnya tidak bisa digerakkan, merasa lemas dengan ketakutan yang menyiksa.

Dudung yang lumayan memiliki keberanian dibandingkan dengan Ari, dia pun bangkit dari tempat duduknya kemudian mundur ke belakang, namun langkahnya terhenti ketika tubuhnya menabrak pocong yang sudah berdiri di belakangnya

"Tolong......! hantu.......!"

Tanpa memikirkan keadaan sekitar, Dudung pun loncat ke arah depan, kemudian berlari dengan secepat kilat meninggalkanku yang masih tetap berdiri menatap ke arah bayangan putih yang mulai mendekat ke arahku.

Aku memasang kuda-kuda seperti hendak bertarung, dengan kaki kanan dimajukan ke di depan, sedangkan kaki kiri dimundurkan ke belakang. Aku akan mencoba melawannya, kalau bisa aku akan menangkap hantu yang sudah meresahkan warga kampung Cisuren.

Pocong itu semakin mendekat dengan segera aku memajukan kaki kiri ke depan, lalu mengarahkan tangan ke arah pocong. namun heran tanganku sama sekali tidak bisa menyentuhnya, seperti sedang menyentuh asap yang tidak bisa digenggam.

Keberanianku semakin tumbuh, melihat serangan tangan tidak membuahkan hasil. Dengan segera apapun melayangkan kaki kanan hendak mengarah ke arah kepala, namun kuda-kuda yang dipasang tidak terlalu kuat ketika, seranganku tidak mengenai sasaran tubuhku terbawa oleh tenaga kaki yang terbang ke atas.

Brugh!

Tubuhku terjatuh rasanya sangat ngilu, namun aku tidak memperdulikan semuanya. dengan segera aku pun bangkit ketika aku hendak menangkapnya, tiba-tiba pocong itu menghilang dan muncul kembali di atas kepala.

Bugh!

Serangan kaki pocong terkena ubun-ubunku membuat tubuhku terasa meriang panas dingin, bulu Kuduk terasa berdiri, yang paling aneh tubuhku tiba-tiba lemas tak berdaya sampai akhirnya terkapar kembali.

"Ampun, tolong......! tolong....! ampun......!"

Ungkapku ketika ada yang memegang gunduk, rasanya terasa dingin seperti ditempeli es balok. keinginan menangkap setan pocong langsung sirna seketika karena dia memiliki kehebatan yang begitu luar biasa.

Mataku terpejam tidak ingin menyaksikan kejadian selanjutnya. mungkin malam ini adalah malam terakhir aku melihat cahaya Rembulan. setan pocong yang kuanggap sepele ternyata tidak mudah ditaklukan. aku terus menunggu kejadian yang akan terjadi selanjutnya namun. Setelah menunggu beberapa lama tidak ada kejadian yang aneh, perlahan mataku mulai terbuka kemudian memindai keadaan sekitar yang sudah kembali normal seperti semula. bahkan Ari masih terus bergumam sambil bergerak-gerak seperti orang ayan.

Suasana terasa sunyi bahkan hewan-hewan malam tidak terdengar bersuara, tubuhku dipenuhi oleh keringat, nafas memburu Badan terasa lemah  aku menarik nafas dalam kemudian menoleh ke arah Ari yang masih terus bergerak-gerak hendak bangkit namun tidak bisa.

"Ari sedang apa kamu?"

"Aku takut Kang Jaya....., aku takut hantu pocong...., takut..., takut sekali Kang......, takut.....!"

"Bangun pocongnya sudah pergi, tadi Akang Hajar sampai kabur....!" ujarku sambil berdiri.

"Yang benar Kang Jaya?" jawab Ari sambil menghentikan pergerakan tubuhnya, kemudian dia pun bangkit lalu memindai keadaan sekitar yang nampak Sunyi sepi tidak ada setan yang menakutkan.

"Ayo kita pulang ke pos ronda."

Aku dan Ari akhirnya berjalan dengan santai menuju pos ronda. tak lama diantaranya kami pun sampai disambut oleh dua orang yang sedang melamun seperti banyak pikiran.

"Setan pocong itu kabur bah, tidak tahu ke mana perginya?" ujarku sambil duduk di tepian pos ronda.

"Susah ternyata mengintip makhluk halus. Abah kira tidak akan menghampiri ternyata setan itu tahu kalau dia sedang diintip. Dasar kurang ajar hampir saja jantung Abah copot, tidak kuat melihat bentuknya yang menyeramkan dan baunya yang sangat menyengat...."

"Aneh Memangnya, setan dari mana? Terus kenapa berada di rumah masalah atau jangan-jangan Mang salah yang memelihara setan pocong?" ujarku mulai menebak-nebak.

"Mustahil, itu tidak mungkin karena yang Abah tahu masalah adalah orang sholeh, baik, pintar sopan dan tidak pernah menyakiti hati orang lain. ditambah kehidupannya yang seperti keluaran pesantren dan ibadahnya sangat rajin." jawab Abah diding menyanggah pendapatku.

"Iya Kang Jaya, aku tahu kalau memang salah orang baik."

"Terus kenapa setan pocong berada di rumahnya?" Tanyaku yang masih merasa heran.

"Kalau mang Salah orang baik mungkin saja setan pocong itu adalah setan yang memiliki niat jahat dengan keluarga Mang salah, atau istilah lain masalah adalah korbannya." jawab Dudung Memberikan komentar.

"Belum pasti karena kita belum memiliki bukti yang kuat." jawabku menyanggah pendapat Dudung.

Akhirnya Kami berempat terdiam melamun menerka-nerka Apa yang sebenarnya Baru saja kami alami, sampai akhirnya kami pun ngobrol ngalor ngidul terutama membahas pengalaman masing-masing ketika bertemu dengan setan pocong. aku dan ketiga teman lainnya terus ngeronda sampai pagi dan tidak terjadi kejadian yang menakutkan baru, aman sampai waktu ngeronda selesai.

1
Sri Ningsih
ceritanya jdi ngalor ngidul😒
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!