Apa jadinya ketika dua orang insan yang terkenal tidak pernah akur tiba-tiba menikah, imbas dari keisengan seorang gadis bernama Putri Inayah yang ingin membalas kekesalan pada musuh bebuyutannya Devano putra Fathariano.
Akankah pernikahan keduanya kandas atau justru waktu bisa menumbuhkan rasa cinta diantara keduanya???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Misteri dibalik seorang Diana Larasati.
Di ambang pintu nyonya Diana berpapasan dengan Devano, yang baru saja usai memberikan tindakan operasi pada pasiennya yang lain. tak sepatah katapun yang terucap dari mulut Devano, hanya tatapan tak biasa yang ditujukan pemuda itu kepada ibu tiri dari istrinya tersebut. menurut Devano rasanya percuma menghargai wanita yang tidak punya perasaan seperti nyonya Diana. Ya, meski tidak memiliki bukti tetapi hati kecil Devano yakin jika wanita itu lah yang menjadi dalang dibalik insiden yang terjadi pada ayah mertuanya.
Nyonya Diana menatap Devano dari ujung kaki hingga ujung rambut. Wanita itu tidak dapat memungkiri jika suami dari anak tirinya tersebut memang sangat tampan. terlebih profesi Devano yang merupakan seorang dokter, semakin membuat pria itu terlihat gagah dan berwibawa di matanya.
"Terima kasih atas kerja keras anda yang telah menyelamatkan nyawa suami saya, dokter Devano." sadar dengan sikap Devano, Nyonya Diana menggunakan panggilan formal kepada suami Inayah tersebut.
"Tidak perlu berterima kasih karena itu sudah menjadi tugas saya sebagai seorang dokter." jawab Devano seadanya. tak ingin berlama-lama berdekatan dengan wanita jahat itu, Devano lantas pamit masuk ke dalam ruangan perawatan ayah mertuanya.
"Apa wanita itu melakukan sesuatu sama kamu, Nay???." Devano mencemaskan keadaan istrinya setelah kedatangan nyonya Diana.
Inayah terpaksa berdusta, ia menggelengkan kepala untuk menepis dugaan suaminya. Devano pun lega mendengarnya.
"Jangan pernah menyembunyikan apapun dari mas, Inayah!!! Jika ada apa-apa, ngomong sama mas!!!." pesan Devano.
Inayah diam saja, tak merespon ucapan Devano karena sejujurnya ia merasa bersalah karena tidak bisa menceritakan yang sebenarnya terjadi kepada suaminya tersebut.
"Nay, sebaiknya kamu pulang untuk istirahat, biar mas yang akan menjaga papa di sini!!!." melihat wajah istrinya yang terlihat sedikit pucat karena kurang istirahat, Devano menyarankan Inayah untuk beristirahat di rumah sementara dirinya tetap di sana untuk menjaga ayah mertuanya.
Meskipun hampir seluruh anggota tubuhnya masih terpasang alat medis lengkap, namun kini ayahnya Inayah tak lagi di rawat di ruang ICU melainkan di ruang VVIP sesuai dengan permintaan Devano. Menjadi cucu dari pemilik rumah sakit tidak membuat Devano kesulitan untuk melakukan semua itu demi memaksimalkan perawatan bagi ayah mertuanya.
"Aku mau tetap di sini, mas." ujar Inayah dengan wajah memelas.
Devano mengelus lembut puncak kepala istrinya. "Baiklah, kamu boleh tetap di sini tapi kamu tetap harus beristirahat Inayah, mas nggak mau kamu sampai sakit!!!." secara terang-terangan Devano menunjukkan kekhawatirannya terhadap sang istri.
Inayah terharu dengan sikap serta perhatian suaminya. "Terima kasih, mas. Terima kasih untuk semuanya." untuk kedua kalinya dalam sehari ini Inayah memeluk suaminya terlebih dahulu.
"Tidak perlu berterima kasih, sayang, mas hanya melakukan sesuatu yang sudah seharusnya mas lakukan sebagai suami kamu." perkataan Devano terdengar begitu lembut dan hangat di indera pendengaran Inayah. Terlebih pria itu memanggilnya dengan sebutan sayang.
Inayah menarik diri dari pelukan Devano, menengadahkan wajahnya menatap dalam manik mata hitam milik suaminya itu, dan tindakan Inayah tersebut mampu menciptakan kerutan halus di kening Devano, pertanda bingung. "Ada apa???." ujar Devano.
"Nggak papa, mas." jawab Inayah, masih dengan posisi menatap wajah tampan suaminya. "Aku hanya nggak nyangka aja mas, seorang Devano putra Fathariano yang dulunya selalu manggil aku dengan sebutan gadis pembuat onar sekarang justru manggil aku dengan sebutan sayang." sambung Inayah sambil menarik kedua sudut bibirnya.
Devano pun ikut tersenyum mendengarnya. "Jika di ingat-ingat permusuhan di antara kita memang lucu dan menggelikan. Apalagi saat kamu mengaku sudah mengandung anaknya mas, di restoran waktu itu."
Inayah nampak mengusap tengkuknya ketika Devano mengingatkan dirinya akan tindakan gila nya sewaktu di restoran tempo hari.
"Semoga saja nantinya tidak ada anak gadis mas yang mengikuti sikap gila mommy nya." sambung Devano sambil mengulum senyum.
Tok...tok....tok....
Suara ketukan dari balik pintu mengalihkan perhatian pasangan suami istri tersebut. "Masuk!!!." ujar Devano pada seseorang di balik pintu.
"Maaf jika kedatangan saya menggangu tuan...Nona..." ujar pak Darwis sembari menundukkan pandanganya.
"Sama sekali tidak menggangu kok pak, silahkan duduk!!!." Inayah mempersilahkan pak Darwis duduk di sofa single sementara ia dan juga suaminya ikut duduk berdampingan di sofa doble.
Dari raut wajah pak Darwis, sepertinya pria itu ingin menyampaikan hal penting. "Apa ada sesuatu yang ingin bapak sampaikan???." tanya Inayah, memastikan dugaannya.
"Nyonya Diana ingin mengambil alih tugas dalam merawat ayah anda, Nona. Sebagai istri sah dari tuan Rahman, posisi nyonya Diana saat ini di atas angin karena mereka adalah suami-istri maka nyonya Diana lebih berhak atas tuan." setelah meninggalkan rumah sakit nyonya Diana mendatangi pengacara keluarga mereka serta pak Darwis untuk menyampaikan keinginannya tersebut.
"Tapi saya adalah putrinya, dan saya juga berhak atas papa saya. apa salahnya jika saya yang merawat papa"
Mendengar perkataan istrinya, Devano merasa jika Inayah juga memiliki kecurigaan yang sama dengan dirinya terhadap nyonya Diana. "Sebentar sayang...!! jangan bilang, kamu juga mencurigai ibu tiri kamu yang menjadi dalang dibalik ini semua???." tanya Devano dengan tatapan curiga.
Pada akhirnya Inayah tak sanggup lagi menyembunyikan kebenaran dari sang suami. "Mas, tolong bantu aku!!! Aku tidak mau sampai papa di rawat sama wanita jahat itu." pinta Inayah sambil menggenggam tangan suaminya.
Devano menghela napas dalam mendengarnya. permintaan Inayah sudah cukup menjadi jawaban atas pertanyaannya barusan.
"Sepertinya kali ini posisi Nyonya Diana lebih unggul daripada kita tuan, karena beliau adalah istri sah dari tuan Rahman." ujar pak Darwis, seakan paham dengan arti sorot mata Devano.
"Kecuali_."
"Kecuali apa, pak???." desak Inayah tak sabar.
"Kecuali jika kita memiliki bukti jika nyonya Diana yang telah menjadi penyebab utama dalam insiden yang terjadi pada suaminya." sambung pak Darwis.
"Mas...." Inayah sampai mengguncang tangan suaminya yang nampak diam, seperti sedang berpikir.
"Tenangkan dirimu, Nay...mas akan berusaha mencari cara agar papa tidak sampai dirawat oleh wanita itu!!." kata Devano yang kini tengah berusaha memutar otak mencari solusi untuk permasalahan ini.
"Pak jika yang didinginkan oleh wanita itu hanyalah harta papa, aku akan menyerahkan bagiannya. asalkan wanita itu bersedia berpisah dari papa."
"Nay...kamu ngomong apa sih???." Devano kurang setuju dengan keputusan yang akan di ambil oleh Inayah. Bukan semata-mata karena harta, tapi Devano hanya tak ingin istrinya itu menyerah begitu saja pada ibu tirinya.
Inayah sadar betul jika suaminya tidak setuju dengan keputusannya, tetapi saat ini ia tidak punya pilihan lain, apalagi beberapa saat yang lalu ibu tirinya tersebut telah mengungkapkan keinginannya.
"Tapi sepertinya bukan hanya harta yang diinginkan oleh nyonya Diana, Nona. tapi ada sesuatu yang diinginkan oleh wanita itu, Sesuatu yang saya sendiri tidak mengetahuinya, Nona."
Jantung Inayah seperti berhenti berdetak mendengarnya. Jika bukan hanya harta seperti pengakuannya tadi, lalu apalagi yang diinginkan oleh ibu tirinya tersebut dari keluarganya.
bikin judul sendiri mereka nya...