NovelToon NovelToon
Same But Different

Same But Different

Status: sedang berlangsung
Genre:Anak Kembar / Teen School/College / Mengubah Takdir / Teman lama bertemu kembali / Trauma masa lalu / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Kanza Hann

Isya sadarkan diri dalam kondisi amnesia setelah mengalami kecelakaan ketika studi wisata. Amnesia itu membuat Isya lupa akan segala hal yang berkaitan dengan dirinya, bahkan banyak yang menilai jika kepribadiannya pun berubah. Hari demi hari ia jalani tanpa ingatan yang tersisa. Hingga pada suatu ketika Isya bertemu dengan beberapa orang yang merasa mengenalinya namun dengan identitas yang berbeda. Dan pada suatu hari ingatannya telah pulih.

Apa yang terjadi setelah Isya mendapatkan ingatannya kembali?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kanza Hann, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

031 : Terlambat Pulang

"Aku pulang!" ucap Daniel begitu sampai di rumah.

Bi Yasmin yang dari tadi menanti kedatangan putra majikannya menjadi lega setelah mendengar suara tersebut. Beliau pun langsung bergegas menghampiri. "Nak Daniel, Kenapa jam segini baru pulang?" tanya Bi Yasmin khawatir.

Daniel menatap jam di dapur yang sudah menunjukkan pukul setengah 7 malam. Dengan senyum manisnya ia menjawab, "Aaa, Eum... tadi aku ada latihan untuk kontes piano 2 minggu kedepan Bi."

Bi Yasmin nampak sumringah mendengarnya. "Nak Daniel ikut kontes piano? Mewakili sekolah?"

"Iya, bi. Aku mewakili sekolah baruku untuk kontes itu."

Bi Yasmin ikut senang mendengarnya. "Wah, selamat ya! Nak Daniel memang hebat. Belum lama ada di sekolah baru pun sudah menjadi wakil sekolah untuk ikut kontes. Bibi yakin pasti Nak Daniel nanti akan menang sama seperti sebelumnya!"

Sudah banyak piagam penghargaan yang Daniel dapat dari puluhan kontes piano yang ia menangkan saat masih tinggal di Kota Bandung. Jadi, kemampuannya dalam bermain alat musik satu ini sudah tidak dapat diragukan lagi.

Namun, Daniel tetap rendah hati dan tidak ingin bersombong diri. Ia senantiasa diam dan tidak membeberkan kemampuannya kepada orang lain secara berlebihan. Bahkan saat dipuji pun dia hanya menyikapinya dengan biasa. "Ah, bibi terlalu memujiku! Lagipula aku jadi wakil dari kontes ini karena direkomendasikan oleh seseorang. Dan dia pun adalah keponakan dari guru musik yang mengurusi kontes itu."

Bi Yasmin menggeleng heran. Anak yang satu ini meski sudah dipuji sesuai kenyataan, ia masih saja kerap mengelak. Belia pun menjelaskan kemungkinan besarnya pada Daniel. "Ck ck ck... walau sudah direkomendasikan sekalipun jika kemampuanmu tidak layak, pasti tidak akan dipilih untuk mewakili kontesnya! Apalagi itu membawa nama baik sebuah sekolah. Kalau Nak Daniel terpilih, itu tandanya kemampuan Nak Daniel benar-benar hebat dan diakui oleh mereka! Lagipula pihak sekolah tidak akan sembarangan dalam memilih peserta kontes, iya kan?"

Daniel hanya bisa mengiyakan pendapat Bi Yasmin. "Iya bi, iya..."

Daniel terlihat lelah. Ia langsung menuju meja makan setelah mengambil sebotol cola dari kulkas. Kerongkongannya terasa begitu haus karena dalam waktu beberapa jam dia belum meneguk air setetes pun. Daniel mengambil gelas kosong untuk diisi dengan cola yang sudah ia ambil, namun dengan sigap Bi Yasmin meraihnya dan langsung diisi dengan air mineral.

"Yah, bi..." keluh Daniel yang sangat ingin minum cola tapi malah diganti dengan air mineral biasa.

Bi Yasmin segera menjauhkan botol cola itu dari Daniel dengan mengembalikannya ke kulkas. Kemudian, beliau menasehati putra sang majikan seperti anaknya sendiri. "Jangan kebanyakan minum cola! Itu nggak baik buat kesehatan. Mendingan banyakin minum air putihnya. Sebentar lagi kan Nak Daniel mau ikut kontes, jadi kesehatan itu lebih baik dijaga dari sekarang. Nak Daniel harus banyak berlatih juga kan? Nanti kalau sakit bagaimana?"

Daniel yang mendengarnya seperti tengah mendapat omelan dari emak. Sekali lagi ia hanya bisa mengangguk-angguk paham sembari mengiyakan. "Iya iya bi, iya..." supaya Bi Yasmin merasa puas, Daniel meneguk habis air mineral yang beliau tuangkan.

Glek glek glek

"Nah, gitu dong!" Bi Yasmin jadi senang melihat putra sang majikan mau menuruti nasehat yang ia berikan.

"Ya sudah bi, aku mau mandi dulu!"

"Iya. Setelah mandi langsung ke sini untuk makan malam ya! Ini bibi sudah masakin tumis kerang hijau kesukaan Nak Daniel!" Bi Yasmin memperlihatkan sepiring penuh tumpukan tumis kerang hijau sesuai apa yang beliau katakan.

"Oke, siap bi!"

***

Krieettt...

Suara pintu kamar yang dibuka oleh seseorang. Di dalam ruangan masih tampak gelap. Namun, sebagian disinari oleh cahaya bulan yang berhasil melewati celah jendela. Agar nampak lebih terang, gadis itu menyalahkan lampu kamarnya.

Ceklek

Sekarang semuanya terlihat lebih jelas. Ternyata pemilik ruang kamar kecil itu adalah Fina. Ia baru saja pulang setelah selesai dengan pekerjaan paruh waktunya. Tentu saja ia kelelahan habis bekerja. Begitu sampai di kamar pun Fina langsung berbaring di kasur lantai. "Huftt... punggungku rasanya seperti mau copot!" keluh Fina dengan kondisi tubuhnya yang teramat sangat lelah. Tiada empuknya ranjang tebal, hanya ada kasur lantai yang semakin menipis karena sudah lama terpakai.

Maklum saja, beginilah kondisi ruangan pribadi atau kamar milik anak panti asuhan. Kecil dan sederhana asalkan sudah nyaman digunakan untuk istirahat. Melihat sekeliling kamar membuat Fina teringat akan seseorang, "Ella..." ucapnya lirih.

Dahulu, Fina berada satu kamar yang sama dengan Ella. Di kamar itu juga mereka menghabiskan waktu istirahat bersama dan menjadi lebih akrab sebagai teman satu kamar. Terkadang mereka juga saling bertukar cerita sebelum tidur setelah selesai bekerja paruh waktu. Dengan begitu rasa lelah dalam diri mereka terasa berkurang jika ada orang lain yang bersedia mendengar keluh kesah hidupnya.

Entah kenapa begitu teringat dengan sahabatnya yang sudah meninggal itu membuat air mata Fina mulai mengalir. Ia pun meringkuk sembari menangis. "Hiks hiks... Ella maafkan aku!"

Perkataan Bella terus saja menghantuinya. "Sepertinya kamu lupa jika kamu juga berkontribusi atas meninggalnya Ella! Atau kamu sengaja melupakannya?"

Sebenarnya Fina tidak pernah bermaksud seperti itu. Hanya saja jika itu benar, maka dia akan merasa sangat bersalah kepada Ella.

Teringat jelas di ingatan Fina dahulu saat Ella masih hidup, dia adalah gadis yang sangat baik. Saat Fina sedang dalam kesulitan, Ella pasti datang membantu. Sama seperti waktu Fina dirundung oleh Bella, tidak ada yang berani menolongnya kecuali Ella. Kira-kira kejadian itu terjadi satu tahun yang lalu.

~ Flashback on ~

Plakk

Bella menampar keras pipi Fina dan mendorong tubuhnya ke sudut tembok. Bella menatap tajam gadis yang sudah membuatnya begitu marah seperti ini. "Hei kutu buku! Seharusnya kamu kerjakan tugasku sampai selesai dong! Gara-gara kamu nilaiku jadi nggak sempurna hanya karena satu soal belum kamu jawab!"

"Ma-maaf..." Fina hanya bisa mengucapkan kata maaf sembari gemetar ketakutan.

"Maaf maaf, berapa kali kamu terus saja minta maaf?!" saking kesalnya Bella hendak menampar Fina lagi, namun tindakannya berhasil dihentikan oleh suara seseorang yang memergoki aksinya.

"Berhenti!!" teriak Ella dengan lantang. Ia tidak bisa tinggal diam melihat kawannya dirundung begitu saja.

Fina menoleh ke arah sumber suara, termasuk Bella dan kedua teman satu gengnya. Nampaknya Bella mengenali gadis yang tiba-tiba datang mengganggunya aksinya. "Ella? Ada apa kamu di sini?" Bella dan Ella memang keduanya berada di kelas yang sama, sehingga wajar kalau mereka sudah saling kenal. Hanya saja keduanya tidak terlalu akrab.

"Seharusnya aku yang tanya, kenapa kamu ada di sini?" Ella balik bertanya.

Dengan santainya Bella mengatakan, "Aku sedang bersenang-senang! Apa kamu tidak lihat?" padahal yang sedang dia lakukan adalah merundung Fina hanya karena sedikit kesalahan yang ia perbuat.

"Apakah ini yang kamu maksud dengan bersenang-senang?" tanya Ella meminta kepastian jawaban dari Bella. "Iya, tentu saja! Apa kamu merasa terganggu?"

"Iya, jelas aku merasa terganggu jika kalian merundung sahabatku!" jawab Ella mantap. Ia sama sekali tidak peduli dengan akibat yang mungkin ia dapat jika mengusik kesenangan gadis itu.

Bella terkejut dengan apa yang baru saja Ella katakan, seolah baru pertama kali ia mendengarnya. "Astaga... benarkah?"

"Kamu tidak tahu kalau mereka berasal dari panti asuhan yang sama?" tanya Jessi, salah satu anggota gengnya.

"Tidak, aku tidak tahu! Tapi untungnya sekarang aku sudah tahu! Sepertinya ini akan jadi lebih menarik!" Bella langsung melepas cengkeramannya dari tubuh Fina. Sekarang ia lebih tertarik untuk mendekat ke arah Ella.

Sembari tersenyum sinis Bella mendekatkan mulutnya di telinga Ella untuk mengatakan suatu hal dengan nada pelan. "Aku akui keberanianmu hari ini cukup menghibur! Selanjutnya adalah giliranmu! Apakah kamu masih terlihat berani untuk menghadapi itu?"

1
Anonymous
keren
Wy Ky
.
Protocetus
izin promote ya thor bola kok dalam saku
F.T Zira
like sub dan 🌹 untukmu kak Thor🫰🫰
F.T Zira
aku ninggalin jejak di chapter 1 dulu ya kak.. nanti baca secara berkala...

-One Step Closer-
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!