Wajah tampan, cool, pintar juga merupakan ketua klub basket Fakultas, itulah Barra. Tak heran jika dirinya menjadi cowok idola di kampusnya. Namun semenjak duduk di bangku kuliah hingga sekarang semester 5 dirinya tak pernah menjalin hubungan serius dengan cewe manapun. Meski selalu saja ada cewe yg berusaha menempel padanya tapi tak pernah ada yg menjadi pacarnya.
Hingga seorang mahasiswi baru membuat dirinya penasaran pada pertemuan pertama mereka. Karena satu dan lain hal mereka pun menjadi dekat.
Akankah Barra jatuh cinta padanya? Mungkinkah mereka berjodoh?
Yuk ikutin kisahnya.. cerita ringan dengan konflik santai. Pokoknya lebih banyak yg manis-manisnya soalnya author ga terlalu suka kesedihan. Hehe..
Biar tambah seru baca juga kisah sebelumnya di karya “Jodohnya Caca.”
Update setiap hari Senin, Kamis
Selamat membaca…💙
Disarankan bijak dalam membaca karena banyak yg sinopsisnya hampir sama tapi isinya berbeda ^_^
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Clairecha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Dua Tujuh
“Barra kamu maen juga kan?” sahut Caca sengaja menahan Barra.
“Hmm..” singkat Barra dengan wajah kesal.
“Yaudah siap-siap dulu gih..!”
“Ada urusan yg belum beres..” ketus Barra.
“Oh.. urusan kita yaa..?” akhirnya malah bahasan itu yg lolos dari mulut Caca.
Barra pun menatap Caca lekat, wajah Caca kini tersipu merah merona. Dalam hatinya dia mengutuk apa yg barusan keluar dari mulutnya. Rasa penasaran yg dari kmrin dia tahan, sudah tak terbendung lagi.
Setelah sekian menit Caca dibuat salah tingkah dengan tatapan Barra, akhirnya seulas senyum terpancarkan dari wajah Barra. Ada kelegaan di hati Caca walo sebenarnya dia sedikit sebal dengan dirinya yg tak bisa menyembunyikan kebahagiaannya.
“Emang apa urusan kita?” Barra kini sengaja menggoda Caca membuatnya tertunduk malu.
“Eung… basket!
Yaa.. aku udah yaa nurutin kamu nih tanding basket!” jawab Caca sambil nyengir, untung aja dirinya bisa berpikir cepat dan kembali mengatur perasaannya yg sudah salah tingkah.
“Terus kenapa emang klo kamu udah ikutan?” Barra kini mendekatkan wajahnya pada Caca.
“Aku udah ga bakal kena hukuman kamu lagi kan..”
“Hmm.. tapi idup kamu ttep ga bakal tenang.. kecuali…” Barra menggantung ucapannya.
“Kecuali apa?” selidik Caca.
“Kecuali.. klo kita jadian!” tegas Barra sambil menatap Caca intens namun bukan tatapan lembut layaknya pria yg jatuh cinta, tatapan itu lebih ke tatapan intimidasi, penuh tekanan.
Caca pun sedikit takut dan gugup dibuatnya. Namun ada kesenangan lain dalam hati Barra melihat cewek yg kini disukainya itu tampak cemas. Keisengan Barra ini tak lain karena dia tahu betapa besar gengsinya Caca untuk mengakui jika dia suka pada dirinya.
“Gimana?” Barra menaikturunkan kedua alisnya.
Pemaksaan Barra ini justru membuat Caca semakin tak yakin untuk mencoba pacaran dengannya, walau jauh di lubuk hati Caca sangat menginginkannya. Kecemasan Caca adalah sikap Barra yg kuat seperti ini akan menjadi masalah kelak jika hubungannya mesti diakhiri.
Sebaliknya Barra memaksa karena dia memang menginginkan Caca menjadi miliknya secara kan memang Caca calon istrinya hanya saja hal ini cuma Barra yg tau. Harga diri Barra yg tinggi pun membuat kerumitan ini karena dia ingin Caca benar2 menjadi miliknya karena perasaannya bukan karena perjodohan.
Hal tersebut membuat perjalanan cinta mereka berliku. Kedua mahluk yg sama-sama keras kepala akan dipersatukan oleh cinta, tentulah butuh cukup waktu untuk menurunkan ego.
“Kok maksa sih..?” jawab Caca datar.
“Habis… kamu yg udah kasih ciuman pertama ke aku, jadi semua itu harus dipertanggungjawabkan!” jawab Barra hanya alasan.
“Cih..” Caca hanya bisa berdecih sambil memikirkan sebaiknya apa yg harus dia lakukan sekarang, dia takut jika hubungannya dengan Barra kelak harus diakhiri tak akan semudah yg dibayangkan.
“Klo kamu ga mau.. kamu yg harus bertanggungjawab atas kekalahan pertandingan sahabat tim putra kali ini, karena penolakan kamu akan membuat aku ga fokus bertanding…!” jawaban Barra kali ini cukup membuat Caca membulatkan bola matanya dengan sempurna.
Caca semakin pusing dengan kelakuan Barra saat ini. Dirinya tak menyangka jika Barra akan memaksa begini. Dengan nafas berat akhirnya Caca menjawab segala paksaan Barra agar mereka pacaran.
“Iyaa.. ok! Ayok kita jadian… tapii, cuma kita berdua yg boleh tau klo kita pacaran!.. Gimana..?”
“Ok! Ga masalah lah klo mesti ga dibilang-bilang.. toh ntar juga pada tau…! Deal yaa.. jadi mulai sekarang kita pacaran?” tanya Barra sekali lagi pada Caca dengan tegasnya.
“Yaa…! Kita Pacaran….!” jawab Caca dengan setengah keyakinannya.
...****************...
Akhirnya… Barra telah menemukan Cintanya… karena respon pembaca kurang aktif.. jadi kisah mereka sampai sini dulu yaa..
Thanks readerss yg masih setia sampai saat ini menunggu dan membaca karyaku..
Terimakasih atas semua dukungan kalian semoga kebaikan kalian terbalaskan kembali yaa… 💙
Sampai jumpa lagi di karya selanjutnya..^_^
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Thankyuuu💙
btw aku juga punya karya Thor kalau boleh mampir ya Thor kita saling mendukung kiw kiw 😘😘