JENNAIRA & KAFINDRA NARAIN DEWANDARU
Gadis bernama Jennaira harus merasakan kecewa terbesar dalam hidupnya karena membiarkan orang asing merampas sesuatu yang amat sangat berharga baginya.
Ia sempat merutuki kebodohannya karena membiarkan kejadian itu terjadi berulang kali dalam waktu semalam . Tak ada penolakan yang benar-benar ia lakukan.
Dalam keadaan mab*k membuatnya hilang setengah kewarasannya saat itu, hingga ia sadar saat hinaan dan tuduhan tak berdasar dilayangkan padanya .
Wanita ****** dari mana kamu berasal?
Berapa kamu dibayar untuk menghancurkan hidup saya?
Bahkan disaat ia menjadi korban di sini, laki-laki itu sibuk memikirkan kekasihnya. Dunia seolah hanya berisi wanita itu . Tidak memikirkan Jenna yang saat ini tengah terpuruk dengan kenyataan yang ada.
Ikuti kisah Jenna yuk ! Baca dan beri komentar mu tentang karya author 😁🤗 ini hanya untuk orang dewasa ya, anak kecil bukan bacaan seperti ini yang dibaca 😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nona Butterfly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
32
Dijalan aspal setapak yang dipenuhi rerumputan, Jenna berjalan dengan langkah pelan. Didepannya pria jangkung itu menemani dirinya yang berniat jalan-jalan sore.
Melewati kebun persawahan yang dihiasi semburat kuning kemerahan matahari yang perlahan tenggelam menambah ke indahan sore itu.
Keduanya berhenti di sebuah gubuk kecil dipertengahan sawah. Laki-laki itu yang meminta si wanita untuk duduk istirahat sejenak sebelum melanjutkan perjalanan.
" Indahnya, " gumam Jenna, memandangi ponselnya dan objek didepannya bergantian.
Tubuh yang menjulang tinggi dengan bahu lebar itu berdiri sejajar dengan sunset sore itu, tubuhnya seakan memancarkan cahaya kehangatan pada siapa saja yang melihatnya.
Jenna yang masih terpaku dengan pikiran melayang entah kemana, dikejutkan dengan suara pria itu yang memanggilnya berulang kali.
Ah __ malu sekali rasanya.
" Jangan melamun disini, " ucap Kafindra saat keduanya kembali menyusuri jalan setapak yang biasa digunakan para petani untuk lewat .
Jenna menekuk alisnya dalam, sebelum bertanya kenapa , si pria sudah menjawab, " Banyak demitnya disini, repot kalau sampai kamu kesurupan. Saya gak hapal ayat kursi, " ucap nya dengan wajah datar dan terkesan serius.
Sedangkan Jenna , tak bisa menahan tawanya lagi. Bisa-bisanya pria itu berbicara hal tak masuk akal seperti ini. Rupanya hanya wajah nya saja yang ke bule-bulean tapi kelakuannya lokal sekali.
" Tempat seindah ini dibilang angker? Nggak salah Pak? " tanya Jenna, bibirnya masih mengeluarkan tawa kecil yang membuat Kafindra tak bisa berpaling. Sesekali ia menoleh kebelakang, memastikan wanita itu masih berjalan dibelakangnya. Pada akhirnya, ia meminta Jenna, untuk pindah berjalan didepannya. Dengan begitu dirinya bisa leluasa memandangi wanita itu.
Eh mengawasi maksudnya.... 🤭
Lagi dan lagi wanita itu mampu membuatnya memilih untuk terus menatapnya . Kafindra berdehem guna menetralkan rasa gugupnya, " Kalau tidak percaya kamu duduk aja disitu sampai tengah malem, " ucapnya.
Jenna mendengus dalam hati, ngapain tengah malem duduk di sini, nongkrong sama kunti itu namanya.
Sore itu, Jenna benar-benar dibuat tak percaya dengan sifat si mantan Pak bos yang menurutnya aneh. Beberapa kali saat Jenna sibuk mengabadikan gambar pemandangan sore itu di ponselnya, Kafindra justru menawarkan jasa untuk memotret si wanita beserta pemandangannya sekaligus.
Awalnya Jenna ragu tapi namanya rezeki tidak baik ditolak. Kapan lagi bisa foto pemandangan bagus begini.
" Makasih lo Pak, " ucapnya setelah Kafindra menyerahkan ponsel Jenna kembali.
Jenna melirik pria itu yang tak menyahuti ucapan terimakasih nya, wajahnya tidak ada ramah-ramahnya sama sekali.
Dipertengahan jalan, Kafindra berhenti di aliran sungai kecil dibawah jembatan bambu yang dilewatinya , rupanya laki-laki itu mengajak Jenna untuk membasuh kaki yang ternoda oleh lumpur sawar tadi. Sepertinya kemarin disini hujan hingga tanahnya sedikit becek.
Turunan yang cukup curam membuat Jenna berpegangan pada lengan kokoh pria itu, terpaksa dari pada dirinya jatuh hingga membahayakan tubuhnya. Kafindra juga hanya diam saja saat lengannya dijadikan tumpuan oleh Jenna, otomatis tubuh keduanya menempel.
****
Setibanya mereka di Villa, Oma Winda sudah menunggu keduanya di teras ditemani mbak Rina.
" Akhirnya pulang juga, " ucap Oma Winda, wanita tua itu menggeleng kan kepalanya pelan menatap dua cucunya . Pulang dengan celana yang digulung keatas, entah apa yang mereka lakukan tadi.
Tatapannya kini fokus pada Kafindra , wanita tua itu memberi tatapan permusuhan untuk cucu kandungnya sendiri. Ia hanya takut, Kafindra tidak bisa menerima wanita asing yang sengaja ia bawa masuk ke keluarga Dewandaru, walaupun hanya dirinya yang bisa dekat dengan Jenna. Tak akan ia izinkan seluruh anggota keluarga tau, jika tidak ingin kenyamanan Jenna terusik.
Jenna melirik Kafindra, yang nampak kesal dituduh seperti itu. " Nggak Oma, tadi Pak Kafindra malah yang mengantar Jenna jalan-jalan, " ucap Jenna.
Oma Winda menatap kedua cucunya itu bergantian, kenapa mereka berdua terlihat akrab dan saling mengenal ? Sedangkan Kafindra, saja jarang mau berdekatan dengan orang asing terlebih seorang perempuan.
" Ya sudah kamu mandi dulu sana, setelah itu turun untuk makan malam, " Jenna mengangguk seraya tersenyum, kemudian ia pergi menuju kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.
Jenna duduk berhadapan dengan Oma Winda, tadinya ia memilih duduk di samping wanita tua itu. Tapi ia ditolak mentah-mentah dengan alasan mbak Rina yang akan duduk disana. Dengan terpaksa Jenna, uduk di samping pria berwajah datar itu.
🦋🦋🦋🦋🦋🦋
