Setelah bertahun-tahun hidup sendiri membesarkan putrinya, Raisa Andriana seorang janda beranak satu, akhirnya menemukan kembali arti cinta pada Kevin Wibisono duda beranak dua yang terlihat bijaksana dan penuh kasih. Pernikahan mereka seharusnya menjadi awal kebahagiaan baru tapi ternyata justru membuka pintu menuju badai yang tak pernah Raisa sangka
Kedua anak sambung Raisa, menolak kehadirannya mentah-mentah, mereka melihatnya sebagai perebut kasih sayang ayah nya dan ancaman bagi ibu kandung mereka, di sisi lain, Amanda Putri kandung Raisa, juga tidak setuju ibunya menikah lagi, karena Amanda yakin bahwa Kevin hanya akan melukai hati ibunya saja
Ketegangan rumah tangga makin memuncak ketika desi mantan istri Kevin yang manipulatif, selalu muncul, menciptakan intrik, fitnah, dan permainan halus yang perlahan menghancurkan kepercayaan.
Di tengah konflik batin, kebencian anak-anak, dan godaan masa lalu, Raisa harus memilih: bertahan demi cinta yang diyakininya, atau melepas
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Queen_Fisya08, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25 Jesika Gelisah
Setelah telepon dari Bryan berakhir, aku hanya bisa menatap layar ponsel ku tanpa berkedip...
Nama itu… Bryan Louis Raharja, Konglomerat yang sering muncul di berita, pemilik beberapa perusahaan yang bahkan karyawannya saja sulit dijangkau..
Sementara dirinya? Hanya karyawan toko roti biasa, gaji cukup, hidup sederhana, dan tinggal di kontrakan kecil bersama Naila.
Benar-benar tidak masuk akal, aku memeluk bantal sofa, mata ku menerawang ke arah langit-langit kontrakan..
"Ada hal penting yang ingin ia bicarakan…” gumam ku pelan, hampir seperti berbicara pada diri sendiri..
“Hal penting apa coba? Bertemu juga belum pernah…” lanjut ku
Pikiran ku tidak berhenti berputar, aku mencoba menebak-nebak, mungkinkah ia salah sambung? Mungkin… orang itu hanya bercanda? Atau… mungkin aku terlibat masalah tanpa ku sadari?
Aku semakin gelisah.
Tiba-tiba...
"Jess! Jess! Ini anak bengong lagi! Jesikaaaa!” Naila menjerit tepat di telinga ku
Aku langsung tersentak kaget sampai hampir menjatuhkan ponsel ku..
"Naila! Lu tuh ya… kalau mau teriak, jangan di kuping gue, teriak sana di kebon, kuping gue masih normal” ucap ku kesal
"Lah lu dari tadi gue panggil-panggil gak dengar-dengar, bengong kaya patung begitu, ya gue teriak lah! Biar lu sadar! Kesambet baru tau rasa lu!” ucap Naila sambil mendengus dan menyilang kan tangan di dada
“Kalau gue kesambet beneran, itu pasti gara-gara lu yang ngagetin!” balas ku sambil manyun.
Naila mendekat, duduk di samping ku, lalu menyenggol bahu ku..
"Udah, sekarang jelasin, besok lu jadi mau ketemu sama itu konglomerat?” tanya nya
Seketika ku menggigit bibir dan gelisah..
“Gimana ya, kalau gue nggak datang… dia bisa cari gue dan gue merasa kaya buronan”
Naila mengangkat alis.
“Lah iya juga… orang kaya biasanya kalau mau sesuatu, ya tinggal cari, bisa ketemu dalam hitungan jam.” ucap Naila menakut-nakuti
“Maka dari itu… Gue takut, serius, takut banget, gimana kalau dia orang jahat? Atau mungkin… dia salah sangka? Atau… dia butuh sesuatu sama gue? Gue nggak ngerti.” ucap ku sambil menarik napas panjang
Naila duduk bersila, tampak berpikir.
“Terus… lu mau gue temenin?” ucap nya seketika
Aku mengangguk cepat, mata ku memohon seperti anak kecil.
"Ya Naila, boleh, tolong gue… gue takut pergi sendirian, sekali aja, temenin gue besok ya?” ucap ku
Tapi Naila menggeleng mantap.
“OGAH.”
Jesika melongo.
“Hah?? Ogah?? Kenapa? Tadi lu yang nawarin, kata mau temenin gue, eh tiba-tiba berubah pikiran bilang ogah" tanya ku tidak habis pikir
“Jesika… toko lagi rame-rame-nya, kita berdua nggak mungkin izin barengan, kasihan yang lain, kasihan Bu Raisa juga, selama ini Bu Raisa tuh udah baik banget sama kita, masa kita ninggalin dia pas toko lagi rame sih, tadi tuh gue cuma bercanda?” ucap Naila sambil menatap ku serius
Aku terdiam seketika dan aku tahu… Naila benar..
Bu Raisa tidak pernah marah ketika karyawan nya salah, tidak pernah memotong gaji, selalu memprioritaskan kenyamanan karyawan, memberikan bonus berkali-kali, bahkan memberi mereka makan kalau lembur
.
Aku menghela napas panjang mengakui kebenaran itu..
“Ya juga ya… kalau gue dan lu sama-sama izin, toko bisa berantakan karena Bu Raisa sudah kasih kabar di grup besok ia datang sore, dan eman-teman pasti kerepotan" ucap ku, lalu ku menatap sahabat ku itu dengan pasrah..
"Ya sudah deh… besok gue pergi sendiri, gue bakal izin sama Bu Raisa buat masuk siang. Setelah ketemu itu konglomerat… gue langsung ke toko.” lanjut ku
"Gitu dong, itu baru sahabat gue yang bawel dan pemberani dan tenang aja, gue doain. Semoga itu orang nggak ngapa-ngapain lu, semoga lu juga baik-baik saja.” Naila tersenyum kecil sambil menepuk bahu ku
“Amin.. tapi gue takut” ucap ku lemas
'Ya namanya juga pertama kali dihubungi konglomerat, cuma lu doang, Jes, orang miskin tapi dikejar-kejar orang kaya.” jawab Naila sambil cekikikan
“Ini bukan sinetron, woy!” ucap ku sambil mendengus kesal
Tapi jauh di dalam hati… ia juga merasa heran, tidak mungkin orang seperti Bryan mencari dirinya tanpa alasan...
Dan hal itu… membuatnya semakin tidak bisa tidur malam ini
***
Keesokan paginya aku bersiap-siap untuk pergi menemui Bryan tetapi sampai sekarang dia belum juga menghubungi ku mau ketemu dimana..
Setelah menunggu sekitar setengah jam akhirnya ada chat masuk dari Bryan
("Maaf nona, pertemuan nya kita tunda dulu karena ada hal lebih mendesak yang aku harus tangani") isi pesan Bryan dan aku langsung bisa bernafas dengan lega dan berteriak memanggil Naila
Naila langsung menghampiri ku dan ia bengong melihat ku jingkrak-jingkrak..
"Lu pagi-pagi beneran kesambet ini, wooyy, lu kenapa masih pagi sudah teriak-teriak dan jingkrak-jingkrak seperti itu? di dengar orang di bawa ke rumah sakit jiwa lu" ucap Naila yang bingung melihat tingkah sahabatnya itu..
"Lu tau gak, gue lagi senang banget, gue gak jadi ketemu dengan konglomerat itu, gue bebas, dia batalin pertemuan nya karena ada urusan mendadak" ucap Jesika dengan gembira nya
"Gue kira lu menang lotre, eh gak tahu nya masih tentang konglomerat itu" ucap Naila cengengesan
"Bukan nya ikut senang, malah ketawa-ketawa gitu" ucap ku kesal
"Ogah, gue gak mau di sangka tertular gila" ketawa Naila semakin keras...
"Kampret lu tapi gak apa-apa, yang terpenting gue hari ini gue bebas dari itu orang" ucap ku yang masih senang
Naila hanya bisa menggeleng-gelengkan kepala sambil memeluk tas kerjanya.
"Gila lu, Jes… baru kali ini gue lihat orang senang banget karena gak jadi ketemuan sama orang kaya, padahal kalau dia baik, hidup lu bisa berubah loh dan lu bisa manfaatin dia untuk minta kerja di salah satu perusahaan nya.” ucap Naila sambil mendekat, lalu menepuk-nepuk bahu ku
Aku langsung manyun..
“Yang gue takut bukan karena dia orang kaya, yang gue takut kalau dia mau berbuat jahat sama gue, sedang kan gue ini cantik dan masih perawan tingting lagi, kalau soal kerja, sekarang saja gue sudah bersyukur kerja di toko roti memiliki boss yang baik seperti Bu Raisa, itu sudah lebih dari cukup buat gue" jelas ku
Naila terkekeh pelan.
“Ya udah, sekarang kan lu aman dan sudah lega kan?”
“Lega banget! Gue sampai tadi mau mewek bahagia… sumpah gue merdeka hari ini.” ucap ku sambil memegang dada
Naila memutar bola matanya..
“kalau di buat sinetron seru nih, jadi tiga season" Naila tak henti ketawa
"Terus saja deh, ledek gue" ucap ku sambil mendengus kesal
“Udah, ayo kita berangkat kerja sekarang, jangan sampai gara-gara lu, kita telat kerja,” ucap Naila sambil menarik tangan ku.
“Aku tadi kan sudah izin… tapi karena pertemuannya batal… ya sudah deh, masuk pagi lagi,” gumam Jesika sambil tersenyum-senyum sendiri..
"Nih, anak kenapa lagi, senyum-senyum sendiri, bikin gue merinding tahu gak lu" kata Naila
"Naila seharusnya lu senang dong kalau lihat teman tuh lagi senang, jangan lu sekak terus" ucap ku sambil mendesah panjang.
'Ya deh... Gue ikut senang, nih lihat gue ketawa kan" Naila menunjukkan gigi nya yang rata
"Itu sih gigi lu..., eh tapi gue cuma berharap… dia gak muncul tiba-tiba hari ini atau besok, yang gue takuti ada yang ikuti gue secara diam-diam... Tolonglah semesta, jauhkan gue dari orang itu.” ucap ku sambil berharap
Naila menepuk pundak ku pelan..
“Tenang, kalau dia cari lu… gue pura-pura gak kenal lu.” ucap Naila cengengesan
"Woy! Sahabat macam apa lu!” teriak ku
"Astaga, bercanda, Jes… Ayo kita berangkat kerja” Naila tertawa sambil merangkul ku menuju motor.
Aku hanya menghela napas dan ikut berjalan, tapi jauh di dalam hati ku, perasaan aneh muncul, seperti firasat kalau ia akan mencari ku lagi..!