NovelToon NovelToon
DIAM DIAM SUAMIKU NIKAH SIRIH

DIAM DIAM SUAMIKU NIKAH SIRIH

Status: sedang berlangsung
Genre:Pihak Ketiga / Suami Tak Berguna / Selingkuh
Popularitas:10.1k
Nilai: 5
Nama Author: Hasri Ani

"Loh, Mas, kok ada pemberitahuan dana keluar dari rekening aku tadi siang? Kamu ambil lagi, ya, Mas?!"

"Iya, Mai, tadi Panji WA, katanya butuh uang, ada keperluan mendadak. Bulan depan juga dikembalikan. Maaf, Mas belum sempat ngomong ke kamu. Tadi Mas sibuk banget di kantor."

"Tapi, Mas, bukannya yang dua juta belum dikembalikan?"

Raut wajah Pandu masih terlihat sama bahkan begitu tenang, meski sang istri, Maira, mulai meradang oleh sifatnya yang seolah selalu ada padahal masih membutuhkan sokongan dana darinya. Apa yang Pandu lakukan tentu bukan tanpa sebab. Ya, nyatanya memiliki istri selain Maira merupakan ujian berat bagi Pandu. Istri yang ia nikahi secara diam-diam tersebut mampu membuat Pandu kelimpungan terutama dalam segi finansial. Hal tersebut membuat Pandu terpaksa harus memutar otak, mencari cara agar semua tercukupi, bahkan ia terpaksa harus membohongi Maira agar pernikahan ke duanya tidak terendus oleh Maira dan membuat Maira, istri tercintanya sakit.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasri Ani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

DILABRAK,,, SIAPA TAKUT

[Aku pernah merasakan sesaknya menangis dari Ushalli hingga Assalamu'alaikum. Sekarang buku lama telah kututup rapat dan buku baru akan kubuka perlahan. I trust You God.]

Kutulis sebuah story yang kuanggap sebagai story terakhirku dalam meratapi hidup. Cukup sudah aku bermain dengan semua ini. Keputusan cerai telah keluar, aku pun yakin gugatan harta gono-gini yang aku ajukan akan berhasil setelah semua bukti aku berikan. Namun, nyatanya itu tak membuatku puas dan lega. Hingga akhirnya aku pasrah, aku putuskan untuk menutup cerita lama dan membuka lembaran baru bersama Zahra-ku.

"Hah? Dokter Sean lagi yang baca pertama, harusnya diprivasi dulu, Maira. Haaa...." gumamku saat kubayangkan apa yang ia katakan dari seberang sana setelah membaca statusku, pastilah kata 'lebay' seraya sembari tersenyum miring.

Jika aku terlihat baik-baik saja saat ini, sesungguhnya, ada banyak luka yang kuhapus secara paksa. Tak serta merta aku tersenyum tanpa adanya luka di dalam sana, luka itu masih ada. Hanya, kadang datang dan kadang pergi. Namun, aku tak mempermasalahkan, bukankah luka dalam hidup adalah manusiawi?

Hari berganti, minggu pun berlalu, tapi Zahra setiap malam masih saja tak ada perubahan. Terpaksa, hari ini aku putuskan untuk datang ke rumah singgah yang sudah Dokter Sean beritahukan setelah kami pulang dari Mall beberapa Minggu lalu.

Saat siang memang ia terlihat baik-baik saja, tapi begitu malam datang dengan mata terpejam, dia terus mengigau memanggil Bude dan mengatakan api. Awalnya, aku berniat membawanya ke psikolog. Namun, dokter Sean melarang dan menyarankan untuk mencoba pindah tempat saja dulu.

"Kita hanya perlu waktu dan sambil menunggu waktu itu, kita alihkan perhatiannya pada hal lain yang membuatnya senang, lambat laun Zahra akan terbiasa dengan sendirinya," katanya kala itu. Ya, aku hanya bisa mengikuti, biar bagaimanapun juga dia lebih berpengalaman dibanding aku. Terlebih saat ini hanya dia satu-satunya yang bisa kuajak berdiskusi perihal Zahra.

Brak!

Brak!

Brak!

Aku tersentak ketika tiba-tiba aku mendengar pintu digedor dengan kasar saat aku sedang berkemas menyiapkan barang yang harus dibawa ke rumah singgah.

"Maira!"

Brak!

Brak!

Brak!

"Pucuk dicinta wulan pun tiba. Lama sekali tidurmu, Vi."

Aku tersenyum ketika mendengar suara siapa yang berteriak memanggil-manggil namaku. Viona.

Selama ini aku terus melakukan tekanan melalui sosial media dengan berbagai cara. Namun, ia seolah tak terpancing dan bahkan, hingga ribuan orang menghujat dan menyerang akunnya, ia tetap bergeming, seolah hilang ditelan bumi. Kemungkinan besar Mas Pandu melarang mereka menanggapi untuk menjaga nama baik dan reputasi. Bukankah itu yang sering dilakukan orang-orang dengan kasta tinggi? Munafik.

"Maira! Buka, Mai!"

Brak!

[Bu, tolong, tahan Zahra di rumah, ya. Saya ada sedikit masalah.]

Kukirim pesan pada Bu Neneng. Tampaknya akan ada pertunjukan yang jelas tidak boleh terlihat oleh Zahra.

[Masalah apa, Neng?]

Dengan cepat Bu Neneng membalas.

"Istri muda Mas Pandu ngelabrak saya ke rumah."

Kini aku mengirim pesan suara seraya

memperdengarkan teriakan dan gedoran pintu Viona.

Sengaja aku berlama-lama membukakan pintu, agar Viona semakin panas lalu teriakan dan gedoran pintu itu terdengar semakin keras dari tempat di mana aku membuat pesan suara. Ya, supaya lebih natural, lah.

"Kurang ajar. Oke akan saya kerahkan semua ibu-ibu.

Tenang, Neng. Zahra akan aman di tempat Ibu." Balas Bu Neneng.

Aku tersenyum lalu bergegas membuka pintu.

"Maira, buka!"

Brak!

Brak!

Brak!

Suara Viona terus terdengar, rumah di daerah sini memang sedikit berjarak, tidak seperti di komplek yang saling berdekatan namun tak saling kenal. Beruntung dia datang di jam seperti ini, sebab, di jam seperti ini orang masih sibuk di dapur sendiri-sendiri, sehingga ia masih selamat, tidak diusir oleh warga karena caranya yang brutal.

"Mai ...." Ucapannya terhenti saat pintu kubuka selebar bahu.

"Berisik!"

Tanpa aba-aba. Ia mendorong pintu sekuat tenaga, lalu masuk ke dalam tanpa aku persilahkan.

Aku menggeleng, betapa tidak sopannya wanita pilihan Mas Pandu ini. Pantas saja masuk rumah tangga orang seenaknya, masuk rumah orang saja tanpa tak ada adabnya.

Kubiarkan tingkahnya yang sok berkuasa dengan mata yang terus menyisir seluruh rumah ini untuk sejenak. Biarlah-biar dia merasa paling tinggi kastanya, tapi lihat saja setelah ini.

"Cuma kayak gini dibilang istri pertama yang paling dicintai?!"

ujarnya dengan nada menghina. Rumah ini memang tak semegah rumahnya. Tapi memang rumah seperti inilah yang selalu utarakan pada Mas Pandu dulu dan sesungguhnya dia mewujudkan lebih dari yang aku utarakan.

"Iya, tapi rumah ini hak milikku. Lah, rumah kamu? Namanya aja nama Mas Pandu, kan? Yang kamu tahu apa artinya itu? Artinya aku juga punya hak di sana sebagai istri sah. Memalukan sekali kamu."

"Ha ha ha, kamu udah bukan istrinya lagi."

"Justru itu Viona, rumah itu akan aku tuntut pula nanti. Dasar bodoh,"

batinku tertawa, melihat kebodohan Viona yang masih saja belum sadar arti dari ucapanku.

"Udah, nggak usah banyak cakap, mau apa datang ke sini? Apa sudah nggak sabar jadi artis antagonis dadakan?"

tanyaku to the poin.

"Ini ulahmu kan, Mai? Apa maksudmu, Mai? Kamu dicerai kenapa nggak terima? Kamu menggiring opini publik untuk menyerangku, sekarang wajahku pun dipertontonkan di sebuah akun. Kamu tahu, Mai, kalau Mas Pandu sampe tau, kamu bisa habis!"

"Aku atau kamu yang habis?"

Dengan nada sinis aku balik bertanya. Ia tampak semakin emosi. Lalu ia melempar sebuah majalah wanita yang aku tahu, di dalam sana ada kolom berisi curhatanku.

"Kamu gila, ya, Mai! Dan ini apa? Nge tag aku segala.

Nge tag Mbak Rani, Mas Tama, Mas Pandu. Mamaku. Kamu gila?!"

Kini ia mulai menunjukkan screenshoot akun yang menyerang akunnya.

Aku tertawa melihat tingkah para netizen yang menyerang brutal di sosial media Viona.

"Hei, mereka cari tahu sendiri. Bukan aku. Kurang kerjaan aja kalau aku memberitakan tentang kamu segala."

"Masalahnya kamu nggak ngrespon, kamu diem."

"Kan emang iya, aku musti ngrespon apa coba?" ujarku santai seraya memainkan jemariku.

"Eh, Mai. Kamu harus klarifikasi, kalau enggak. Aku akan laporin kamu atas tuduhan pencemaran nama baik," ancamnya dengan penuh percaya diri.

"Silahkan, monggo. Lagi pula mau klarifikasi apa kalau nyatanya emang seperti itu. Masak aku suruh bohong kayak kalian yang sukanya bohong. Dosa, dong,"

ujarku kemudian tertawa renyah.

"Oke kalau itu maumu. Mas Pandu pasti akan menjebloskan kamu ke penjara."

"Oh, ya? Masak?! Ih takut, deh."

"Eh, tolol. Semua juga udah pada tahu siapa aku dan siapa kamu? Aku Istri sah kamu nggak punya apa-apa.

Bukti juga sudah banyak. Masih aja nggak tahu diri."

"Maira." Ia mengangkat tangan, rupanya mau main kekerasan. Oke. Dengan cepat aku menghalaunya. Tak akan kubiarkan pipiku disentuh olehnya. Cepat aku menghempaskan tangan lalu

, "Plak!"

Dengan cepat pula tanganku menyerobot pipinya. Ia tersentak kaget lalu mulutnya menganga tak percaya.

Tangannya terus memegangi pipi, kesakitan. Memang kali ini aku menamparnya kuat-kuat. Agar dia tahu apa yang pernah aku rasakan akibat ulahnya.

"Apa? Mau lagi?!"

ancamku seraya mengangkat tangan untuk ke dua kali.

"Maira, kamu!"

Detik selanjutnya, ia mulai mendorong pundakku, sigap kakiku menendang kaki jenjang yang saat ini terekspose nyata, sebab ia hanya memakai dress sebatas lutut.

Bugh!

Mampus.

"Ah, Mai!" pekiknya memegangi kaki.

"Enak? Masih kurang?! Sini maju!" tantangku.

"Sekarang, aku akan laporin kamu atas penganiayaan."

Lagi-lagi ia membuatku tertawa, ia bersikap seolah polisi adalah bapaknya.

"Silahkan! Kamu yang ke rumah, aku hanya membela diri. Selesai urusan," jawabku tanpa ragu.

"Maira." Ia kembali maju.

Aku langsung mendorongnya dan ia terhuyung lalu tersungkur.

"Maira!"

"Ayo bangun, biar sekalian aku kasih kenang-kenangan di muka mulusmu itu. Ayo bangun, dong."

"Mariah!" sentaknya, menatapku penuh amarah, lalu bangkit dengan wajah merah bak orang kesurupan. Ia berjalan cepat ke arahku, dengan amarah menggebu.

Kusingsingkan lengan baju, menyambut tangan yang terkepal kuat dan diarahkan padaku.

"Hei jangan sentuh Neng Maira!" Suara Bu Neneng terdengar saat aku sedang menahan tangan yang hampir menyentuh mukaku.

Viona menoleh ke arah pintu. Dengan cepat pula aku menghempaskan tangan itu.

Aku tersenyum dan Viona terperangah. Melihat para ibu-ibu yang diketuai oleh Bu Neneng berbondong-bondong masuk ke dalam rumah. Sebentar lagi, drama akan segera dimulai dan diputar secara live.

"Eh, nggak usah ikut campur kalian. Saya nggak kenal sama kalian. Urusan saya sama Maira. Bukan kalian."

"Setiap pelakor adalah musuh kami. Kamu nggak tahu

malu, udah merebut suami orang, eh malah datang nge labrak. Harusnya Neng Maira yang nge labrak," ujar Bu Neneng.

"Betul, nggak tahu diri!" timpal ibu-ibu yang lain.

"Neng Maira, mau diapain ni orang?" lanjut Bu Neneng.

"Eh, beraninya main keroyokan. Kamu juga ngapain video segala? Dasar kampungan!"

umpat Viona, lalu mencoba merebut ponsel dari Bu Sarah yang saat ini tengah asik mengambil video. Namun, beberapa Ibu menghalau Viona.

"Langkahi dulu kami, kalau mau nyerang Bu Sarah," tantang Bu Neneng.

"Kalian emang kampungan! Maira, suruh matikan nggak Video nya!"

"Nggak mau, kamu yang ke sini, mengusikku."

"Eh, Mai, kamu yang mengusikku lewat media."

"Aku cuma curhat, itupun nggak nyebut nama? Apa coba salahnya curhat?!"

"Maira...!"

"Apa?"

1
Ma Em
Oh mungkin yg cari Sean itu suruhan istrinya Hartawan yg bos nya Pandu mantan suaminya Maira , wah seru nih nanti kalau Maira nikah dgn Sean Maira nanti akan jadi bos nya Pandu .
Ninik
berarti perusahaan yg dipegang pandu perusahaane bapak nya dokter Sean tp istri kedua nya serakah menguasai semuanya
Ninik
heh pandu beda istri beda rejeki mungkin dulu maira selalu mendoakanmu tp sekarang viona cuma butuh uangmu dasar jadi laki laki kok bego tapi bener jg yang kamu bilang kalau itu karma mu
Ma Em
Akhirnya Bu Azizah jadi salah paham dikiranya dr Sean menghamili Maira , Bu Azizah tdk tau bahwa Maira hamil anak dari mantan suaminya si Pandu bkn anak Sean 😄😄
Ninik
makasih Mak othor cantik untuk crazy up nya hari ini semoga hari2 selanjutnya terus seperti ini 💪💪💪💪 tenang aku dah subscribe juga
Hasri Ani: 😁😁mksi kembali say...
total 1 replies
Ninik
ternyata oh ternyata mas dokter anak Bu Azizah to dan apa td benihnya gak subur wah jgn2 dikawinin nih orang dua kan maira lagi hamil g ada laki pas kan jadinya Sean jadi ayah nya si baby
Ninik
pandu g melek apa ya Zahra bukan anaknya Zahra keluarga maira pasti pandu mau maksa maira rujuk menggunakan zahra karna tau sekarang maira hamil
Ninik
Rani pasti ngomong sama nanti dan pandu bakal tahu kalau maira hamil anaknya dihitung dr waktu perceraian,,,, Thor kenapa up nya dikurangi padahal di awal bab selalu crazy up nya
Hasri Ani: hehe tangan lagi kurang sehat say.. Sox UP BAB di cerita lainnya juga..
total 1 replies
Ninik
Thor kok cuma satu biasanya sekali up 3 ayo Thor semangat 💪💪💪
Hasri Ani: ditunggu ya say tangan ku kayak nya ada sedikit masalah Sox ngilu2 hehe mngkin efek ketikan Sox ada Bab dari cerita lainnya juga yang saya up hehehe
total 1 replies
Ma Em
Maira kalau pandu ngajak rujuk jgn mau lbh baik maira dgn dokter Sean saja , biarkan si pandu menyesal seumur hidupnya .
Ninik
rasanya g sabar nunggu lanjutan esok hari 💪💪💪
Ma Em
Maira mau saja nurut sama Pandu akhirnya kamu sendiri yg menyesal juga tersingkir karena maira terlalu cinta sama pandu sehingga apa yg dikatakan pandu dituruti saja tanpa melawan emang maira yg bodoh , sekarang baru menyesal setelah dibuang pandu mungkin baru terbuka matanya .setelah tau semua kebenaran nya .
Ninik
lanjut Thor 3 bab lagi bolehkah mumpung masih emosi nih mau ikut Jambak si pelakor aku rasanya
Hasri Ani: 🤣🤣🤣sabar saaay...
total 1 replies
Ninik
Thor saat maira nangis marah2 sama Alloh sebetulnya salah ya mestinya marahnya sama Mak othornya karna yg bikin sengsara kan Mak othor jgn kelamaan nyakitin maira ayo mulai kehancuran pandu dan viona aku aja yg baca nyesek rasanya
Hasri Ani: waduhhh.. 🤭🤭🤭
total 1 replies
Ninik
kpn penderitaan maira berakhir lantas kpn balas dendamnya
Ninik: jujur ini novel hampir ku hapus karna g kuat bacanya liat penderitaan maira jantung rasanya kaya mau meledak
total 2 replies
Ninik
Mai jgn lupa kamu minta bayaran untuk kamu menyumbangkan darah mu waktu itu jgn tangung2 bayarannya adalah nyawa viona karna dulu kamu kasih darah untuk viona hidup
Ma Em
Maira masa kamu ga bisa kabur dari Pandu seberapa pinter sih si Pandu sampai kamu tdk bisa berkutik , cari akal dong jgn cuma pinter ngomong doang tapi otak ga dipake .
Ninik
Thor kenapa pandu kejam sekali katanya dia taat ibadah tp kok zinah katanya adil tp kok hanya istri ke w yg dibelikan rumah dan ditransfer nafkah sedang maira malah diporotinbahka uang warisan dr keluarga nya maira taat agama dr mana DLAM Islam penghasilan istri suami g berhak lho bahkan uang mahar pernikahan jg suami g berhak sama sekali lha ini pandu apa
Makhfuz Zaelanì
maira nya terlalu lamban
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!