Mimpi Aqila hanya satu, mendapat kasih sayang keluarganya. Tak ada yang spesial dari dirinya, bahkan orang yang ia sukai terang-terangan memilih adiknya
Pertemuannya tanpa disengaja dengan badboy kampus perlahan memberi warna di hidupnya, dia Naufal Pradana Al-Ghazali laki-laki yang berjanji menjadi pelangi untuknya setelah badai pergi
Namun, siapa yang tau Aqila sigadis periang yang selalu memberikan senyum berbalut luka ternyata mengidap penyakit yang mengancam nyawanya
.
"Naufal itu seperti pelangi dalam hidup Aqila, persis seperti pelangi yang penuh warna dan hanya sebentar, karena besok mungkin Aqila udah pergi"
~~ Aqila Valisha Bramadja
.
.
Jangan lupa like, komen, gift, dan vote...🙏⚘😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mukarromah Isn., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 5 : Tuduhan
Pemandangan baru yang pasti menjadi gosip hangat di kalangan para mahasiswa pagi itu, seorang bad boy kampus membonceng cewek berhijab yang dikenal berprestasi
Banyak yang memuji mereka ibarat tokoh novel yang sedang hits di kalangan remaja tentang kisah cinta bad boy dan murid teladan, namun tak sedikit hujatan yang di lontarkan mereka, apalagi yang mereka tau Aqila selama ini menyukai Galang, terlihat jelas dari sikapnya yang perhatian dan memandang laki-laki itu dengan tatapan kagum
Aqila tutup telinga mendengar ucapan mereka, setelah sampai di parkiran ia langsung turun dengan sedikit berlari setelah mengucapkan terima kasih
"Tunggu..." Tak sempat Naufal menyelesaikan ucapannya, Aqila sudah tak nampak di ujung sana
Naufal mengambil pensil kayu dan sebuah buku kecil berwarna biru yang jatuh dari tas gadis itu, mungkin ia tak menyadari salah satu resleting tasnya terbuka, begitulah pikir Naufal
'Apa itu kebahagiaan? Apa arti bahagia yang sesunguhnya? Adakah kebahagiaan tanpa pengorbanan atau tanpa kata mengalah?'
Itulah kalimat yang tertulis pada salah satu halaman buku milik Aqila yang terbuka, Naufal bukan lah orang yang ingin tau masalah orang lain tapi entah kenapa melihat tulisan Aqila disana membuatnya ingin mengetahui lebih jauh tentang gadis itu
"BOS" tiga laki-laki dengan pakaian serupa menghampiri Naufal, hingga membuatnya mengurungkan niat membuka lembaran buku kecil itu lebih jauh
"Geng kobra ngajak balap ntar malem" Ucap Gempano dengan suara cukup keras
"Jangan ngomong keras-keras gempa bumi, untung parkiran sepi" Panil menepuk bahu Gempano cukup keras hingga membuat Gempano meringis, tenaga Panil memang tak boleh diremehkan
Naufal mengeluarkan sebatang rokok dan korek dari saku jaketnya dan mulai mengembuskan asapnya ke udara
"Dimana?"
"Jalan tepi pantai, soalnya jalan yang biasa udah berhasil dilacak polisi" kali ini Vian yang menjawab, diantara ketiga sahabatnya memang Vian yang paling waras
"Beritau anak-anak yang lain, buat siap-siap nanti malam, gue yakin tuh orang bukan cuma mau ngajak balap"
"Siap bos"
"Btw bos tumben berangkat pagi, biasa juga kalau ada kuliah pagi berangkatnya pas sisa dua puluh menit baru dateng"
"Lo nggak liat tadi pak bos bawa siapa?" Gempano menyahut ucapan Panil
"Cewek lo bos?" tanya Gempano, sekaligus menjawab rasa ingin tau temannya
"Bukan"
"Terus?" Hanya tatapan tajam yang diberikan Naufal sebagai jawaban, yang cukup membuat nyali mereka ciut dan hanya tersenyum canggung
.....
"Sumpah, saat Bu Maya yang ngajar gue mendadak jadi mahasiswi teladan" ucap Renata merapikan buku-buku pelajaran yang tergeletak di atas meja
"Emang biasanya lo kayak gimana?"
"Ya gue nggak nyatet serajin ini dan meja ngggak seberantakan ini dengan banyak buku" Aqila hanya tertawa kecil mendengar jawaban sahabatnya itu
"Eh btw Aqila..." Aqila memandang ke arah Renata yang sengaja menggantung ucapannya
Ia menaikkan sebelas alisnya tanda tak mengerti
"OMG, LO TADI PAGI DI BONCENG KAK NAUFAL"
Aqila menutup telinga mendengar suara cempreng Renata, beruntung kondisi kelas sudah cukup sepi
"Terus?"
"Ya ini momen yang harus diabadikan, selama hampir dua tahun kuliah disini, gue nggak pernah liat cewek menduduki motor kebanggaan dia"
"Lo kan liatnya di kampus doang, kita nggak tau diluar sana dia kayak gimana, ke kampus aja jarang banget"
"Iya juga sih tapi kan..."
"Kak Aqila" seorang mahasiswi berdiri di depan pintu kelas memanggil nama Aqila hingga mengalihkan perhatian mereka berdua
"Ya?"
"Reyna jatuh dari tangga"
"APA" Aqila langsung berlari keluar kelas disusul Renata yang mengikutinya dari belakang
Mereka bertiga berlari menuju tangga yang terletak di lorong paling ujung tepatnya di samping gudang, keadaan disana terlihat sepi sekali, Jarang ada mahasiswa yang memilih lewat sana karena jaraknya yang lumayan jauh dari kelas
Tepat dibawah tangga itu mereka melihat Reyna terduduk disana memegang kepalanya
"Reyna"
"Bagaimana bisa jatuh?" Aqila memeluk Reyna erat yang mulai sesenggukan namun hanya gelengan yang diterimanya sebagai jawaban
"Ada yang luka?" Tanyanya kembali namun Reyna tak kunjung menjawab dan masih menangis
"Reyna ayo kami anter ke UKS" Fani temannya yang tadi memanggil Aqila ikut memegang sebelah bahu Reyna
"LO APAIN ADIK GUE?" Teriakan Rian menggema di lorong itu sampai membuat mereka tersentak
"Kak Rian" Reyna langsung berlari memeluk Rian erat dan menumpahkan tangisnya
"Ada yang sakit? Mana yang sakit?" Reyna memegang keningnya yang terlihat memar namun tak sampai mengeluarkan darah
"Siapa yang ngelakuin ini? Siapa yang dorong Reyna sampai jatuh?"
Reyna hanya terdiam tak menjawab dan masih menangis dengan sesegukan
"Dia?" telunjuk Devano mengarah ke arah Aqila membuat mereka terkejut sedangkan mata Aqila mulai memerah karena tak menyangka Rin akan menuduh dirinya semudah itu tanpa bukti apapun
"Bu bukan" Aqila menjawab dengan terbata-bata sambil menahan air matanya agar tak keluar
"Dia yang dorong kamu?" Rian mengulangi pertanyaan yang sama karena tak mendapat jawaban dari Reyna sedangkan Aqila yang tak tahan dengan tuduhan itu langsung berlari menahan tangisnya karena kakaknya yang tak mempercayainya
"Lo jangan nuduh orang sembarangan dong, udah syukur Aqila mau dateng kesini nolongin adik kesayangan lo, kalau nggak percaya tanya sama Fani, dia yang manggil Aqila tadi" Renata menunjuk kearah Fani yang sedari tadi diam menyaksikan
"Dan lo" Renata mengarahkan telunjuknya ke arah Reyna yang masih terduduk disana
"Seenggaknya lo jawab pake gelengan kalau bukan Aqila yang dorong lo, jangan buat masalah semakin rumit kayak gini? lo pikir Aqila manusia apaan? dia juga punya hati, gue lebih ngenal dia dari pada lo sebagai keluarganya" Renata langsung pergi setelah mengeluarkan unek-unek yang disimpannya, Aqila tak mungkin sanggup mengatakan itu kepada mereka karena ia lebih mementingkan perasaan orang lain
"A anu kak sebenarnya Reyna tadi kepeleset karena salah satu anak tangga cukup licin" Fani menunduk menjelaskan karena merasa tak enak melihat hal itu, bagaimana pun juga ia yang telah memanggil Aqila untuk datang kesini karena tak tau harus mencari bantuan kemana
"Apa yang terjadi disana?" Galang bertanya kepada Renata saat berfafasan di koridor, ia mendengar teriakan Rian yang cukup keras dan melihat Aqila yang berlari dengan kepala menunduk melewatinya
Berubah, itulah yang dilihat Galang dari sikap Aqila, tak ada Aqila yang tersenyum manis atau sekedar menyapa untuk menanyakan kabar, dan Galang benci kenapa ia merasakan hal yang berbeda dari sikap itu? padahal ia sudah yakin kalau Reyna yang ia cintai dari masa SMA bukan Aqila
"Urus pacar lo yang cengeng itu dan bilangin buat jangan nuduh orang sembarangan"
Renata berlari setelah mengatakan itu, meninggalkan Galang dengan berbagai pertanyaan yang muncul di benaknya mendengar ucapan Renata
.
Banyak Typo 🙏🙏🙏